Laporkan Masalah

Penerapan metode pengadaan obat dengan pembelian secara langsung dan konsinyasi di rumah sakit swasta

ICHTIARTO, Vian Novelia, Dr. Sri Suryawati

2010 | Tesis | S2 IKM-Manajemen dan Kebijakan Obat

Latar Belakang: Rumah Sakit Jogja International Hospital (JIH) dalam pengadaan obat dan perbekalan kesehatan pembeliannya dengan cara konsinyasi dan langsung. Pembelian dengan sistem konsinyasi secara sepintas menguntungkan bagi rumah sakit karena tidak perlu investasi dan tidak adanya stok mati. Dengan demikian risiko kerugian bagi rumah sakit menjadi lebih kecil. Namun belum diteliti apakah efisiensi pelayanan obat dan efektifitas penggunaan obat sudah tercapai. Tujuan: Mengetahui penerapan pengadaan obat dengan pembelian secara langsung dan konsinyasi serta pengaruhnya terhadap efisiensi pelayanan obat dan efektifitas penggunaan obat di RS JIH. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan case study dan bersifat deskriptif-analitik. Data diambil secara retrospektif dan prospektif, dilakukan dengan wawancara mendalam, dan mengumpulkan data dari dokumen pengadaan obat serta survei resep di RS JIH. Hasil: Indikator peresepan menunjukkan bahwa rata-rata aitem obat perlembar resep adalah 2,97 aitem dengan rentang antara 1 sampai 9 aitem. Persentase obat yang ditulis dengan nama generik adalah 12,8%. Resep yang mengandung antibiotik rata-rata sebesar 37,7%. Resep yang mengandung injeksi rata-rata sebesar 8,3%. Persentase peresepan obat esensial rata-rata hanya 12,7%. Rata-rata waktu tunggu pasien dari menyerahkan resep ke farmasi sampai pasien mendapatkan obat adalah 18 menit 45 detik. Persentase obat yang terlayani adalah 100%. Jumlah obat yang mengalami kekosongan selama 1 tahun adalah 487 aitem obat, 83 aitem diantaranya adalah obat yang di adakan dengan sistem konsinyasi dengan rata-rata waktu kekosongan adalah 15,4 hari. Empat ratus empat (404) aitem lainnya merupakan obat yang di beli secara langsung dengan rata-rata waktu kekosongan adalah 24,7 hari. Kesimpulan: Efisiensi pelayanan obat dan efektifitas penggunaan obat dengan pembelian secara langsung dan konsinyasi masih belum tercapai. Apapun metode pengadaan yang digunakan baik konsinyasi maupun bukan, penggunaan obat harus tetap dikendalikan, dengan berbagai perangkat manajemen penggunaan obat yang telah lazim digunakan di berbagai rumah sakit, misalnya pedoman standar pengobatan, formularium rumah sakit dan mekanisme audit peresepan.

Background: Jogja International Hospital (JIH) in the procurement of medicines and medical supplies by consignment and direct procurement. Procurement a consignment system cusorily give an advantage of hospital because does not need a invesment and there is absence of dead stock. Thereby the risk of losses for hospital is expected become smaller. But not yet been done whether a efficiency medicines service and effectiveness of medicine use has been reached. Objectives: To investigate the application of medicines procurement with direct and consignment procurement and the influence on efficiency medicines services and effectiveness medicines use in Jogja International Hospital Method: This study was an observasional case study design and the character of descriptive-analytical. Data retrieved by retrospectively and prospectively, performed with in-depth interviews, and collecting data from medicines procurement documents and surveys of medicine prescription in Jogja International Hospital (JIH). Result: Prescribing indicators indicate that the average number of medicines prescribed per prescription was 2,97 medicines item with a range between 1 to 9 item. Percentage of medicines prescribed by generic names was 12,8%. Percentage of encounters with an antibiotic prescribed was 37,7%. Percentage of encounters with an injection prescribed was 8,3%. Percentage of medicines prescribed from the Essential Medicines List was only as low as 12,7%. Average lead time for patients from pharmacies to deliver prescription to patients getting the medicines was 18 minutes 45 seconds. All (100%) prescriptions were filled. The number of medicines that have stock out for 1 year were 487 item, 83 item of them belong to consignment procurement with an average of stock out time of 15,4 days. Four hundred and four (404) item medicines purchased by direct procurement, had average of stock out time of 24,7 days. Conclusion: The effeciency medicines services and effectiveness of medicines used with the direct and consignment procurement have not been shown. Whatever procurement method is used either on consignment or direct method, the use of medicines should remain under control by using a variety of management tools that has been commonly used in hospitals, such as standard treatment guidelines, hospital formulary and prescribing audits mechanism.

Kata Kunci : Farmasi, Pengadaan, Konsinyasi, Rumah Sakit, Indikator peresepan, Pharmaceuticals, Procurement, Consignment, Hospital, Prescribing Indicators


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.