Studi potensi atraksi dan kesesuaian kegiatan pariwisata alam di Hutan Wisata Pantai Pulo Manuk Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten
SUSANTI, Elvi, Prof. Dr. Ir. Chafid Fandeli
2010 | Tesis | S2 Ilmu KehutananPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi atraksi ekowisata, karakteristik dan persepsi masyarakat dan wisatawan, serta kesesuaian lahan untuk berbagai kegiatan wisata alam di hutan wisata pantai Pulo Manuk. Penelitian ini dilakukan di Hutan wisata pantai Pulo Manuk Perum Perhutani Unit III Jawa Barat – Banten, Desa Darmasari, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Metode yang digunakan adalah penelitian survey deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi-pengikutsertaan dan wawancara terbuka mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil inventarisasi flora dan fauna di kawasan hutan wisata pantai Pulo Manuk, ditemukan 40 jenis pohon dan 31 jenis satwa. Menurut kriteria kualitas keanekaragaman flora dan fauna untuk wisata, jumlah flora dan fauna yang terdapat di lokasi ini termasuk dalam kualitas keanekaragaman sangat baik untuk aset wisata. Untuk potensi lanskapnya, kawasan ini memiliki nilai 19, berarti memiliki potensi lanskap yang termasuk kualitas tinggi (19-33), secara bentang lahannya berpotensi untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata. Potensi atraksi wisata yang dapat dikembangkan di lokasi adalah atraksi wisata alam berupa pantai, laut, pasang surut laut, sungai, gua, hutan, dan pertambangan. Persepsi pengunjung tentang kondisi obyek wisata dan atraksi wisatanya dititikberatkan pada lima aspek, yakni persepsi tentang harga tiket masuk, ketersediaan fasilitas wisata, keamanan di lokasi wisata, dan kebersihan lingkungan wisata dan tingkat ketertarikan terhadap atraksi wisata yang ada. Sebagian besar pengunjung berpendapat bahwa tarif tiket masuk tidak terlalu mahal, fasilitas wisatanya masih kurang, keamanan di lokasi wisata baik dan kebersihan di lokasi wisata cukup bersih. Untuk persepsi tentang atraksi wisata alamnya, hanya wisata sungai dan wisata pantai yang diketahui para pengunjung; atraksi wisata lainnya yakni hutan, gua, dan pertambangan belum diketahui. Sebagian besar wisatawan berpendapat bahwa atraksi alamnya, termasuk dalam katagori menarik. Sebagian besar masyarakat berkeinginan agar dilakukan pengembangan obyek wisata hutan pantai Pulo Manuk, agar terjadi peningkatan jumlah wisatawan melalui promosi yang intensif dan penambahan fasilitas wisata dengan tetap menjaga ketertiban, kebersihan, dan keamanan lingkungan. Pengembangan wisata alam ini diharapkan melibatkan peran aktif masyarakat melalui kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh pengelola, sehingga pendapatan masyarakat dapat meningkat. Penilaian kesesuaian lahan di lokasi obyek wisata ini disesuaikan dengan rencana penggunaan lahan oleh pengelola, yakni pariwisata pantai, area berkemah, area bangunan wisata, area bermain, area piknik, dan area jalur tracking. Hasil penilaian berbagai kesesuaian lahan terhadap berbagai rencana pengembangan menyatakan bahwa kawasan wisata ini sesuai dikembangkan untuk areal pariwisata pantai, areal piknik, areal berkemah, dan jalur tracking, namun tidak sesuai dikembangkan untuk area bermain dan area bangunan pariwisata. Faktor pembatas yang dominan di kawasan wisata ini adalah kondisi batuan karang yang cukup banyak dan kedalaman batuan dasar yang relatif dangkal.
This research aimed to determine the potential attractions of ecotourism in Pulo Manuk beach and to know the characteristics and perception of public and tourists, and the suitability of land for ecotourism activities in the Pulo Manuk beach tourism forest. This research was conducted at the Pulo Manuk beach tourism forest Perum Perhutani Unit III West Java - Banten, Desa Darmasari, Bayah District, Lebak Regency in Banten Province. The method used in this research was descriptive method with quantitative and qualitative approaches. Data were collected by participation-observation and open, in-depth interview methods. The result of this research showed that this area had 40 species of trees and 31 species of animals. According to the plant and animal diversity criteria for tourism, the number of trees and animals found in these locations was categorized as very good for tourism asset. For the potential of landscape, this region had a value of 19, which was classified as highly potential (19-33), meaning that the landscape had the potential to be developed as a tourist destination. The potential tourist attractions that can be developed on the site are ecotourism attractions of beach, sea, ocean tides, rivers, caves, forests, and mining. Tourism perceptions focused on five aspects, perception of admission price, tourist facilities, security, and cleanliness. Most of the tourists thought that the admission ticket was not too expensive, tourist facilities were not sufficient, security was good and cleanliness was enough. For the perception of its ecotourism attractions, only the river and beach were known; other ecotourism attractions of the forest, caves, and mining were unknown. Most tourists thought that its ecotourism attractions were interesting. Most people expected the Pulo Manuk beach tourism forest was developed through promotion and additional tourism facilities, cleanliness, and security. Development of ecotourism was expected to increase community income. The assessment of land suitability was based on land-use planning of beaches as camping areas, building areas, playground, picnic areas, and tracking path. The results showed that the area was suitable for various development plans for beaches area, picnic area, camping area, and tracking path, but not suitable for play ground and the tourism building area. The dominant limiting factors were the condition of coral rock and the relatively shallow bedrock.
Kata Kunci : Ekowisata,Atraksi wisata,Persepsi masyarakat,Kesesuaian lahan,Ecotourism, Tourism Attractions, Perception, the suitability of the land