Demam berdarah dengue di Kota Kupang :: Kondisi iklim, status entomologis dan bukti adanya infeksi transovarial virus dengue pada nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Diptera : Culcidae)

WANTI, Prof. dr. Sugeng Juwono M., DAPE., M.Sc

2010 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran Tropis

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan global dimana Kota Kupang termasuk salah satu daerah endemis DBD dengan incidence rate (IR) yang tertinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT). Penyakit DBD ditularkan melalui gigitan Aedes aegypti (Ae. aegypti) dan Ae. albopictus. Sampai sekarang belum ada obat maupun vaksin yang tepat untuk penyakit DBD, maka dalam upaya pencegahan dan penanggulangan insidensi/kejadian luar biasa (KLB) DBD diperlukan pemahaman tentang aspek epidemiologi antara lain kondisi iklim, status entomologis dan adanya infeksi transovarial virus Dengue (virDen) pada nyamuk Aedes sp. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran hubungan kondisi iklim dengan insidensi DBD, dan status entomologis vektor DBD serta adanya infeksi transovarial virDen pada nyamuk Aedes sp di Kota Kupang. Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan studi cross sectional. Variabel penelitian adalah kondisi iklim, status entomologis dan adanya infeksi transovarial virDen pada Ae. aegypti. Survei larva/pupa dilakukan secara visual, sedangkan survey telur memakai ovitrap. Hasil survey tersebut kemudian dipakai untuk menghitung house index (HI), angka bebas jentik (ABJ), container index (CI), breteau index (BI), pupal index (PI), dan ovitrap index (OI). Telur kemudian dikolonisasi sampai mendapatkan F1 untuk pemeriksaan virDen dengan teknik imunositokimia streptavidin biotin peroxidase complex (ISBPC). Analisis data menggunakan software Excel, Microsoft Word dan Arcview GIS. Penelitian ini menemukan bahwa kondisi iklim (curah hujan, kelembaban, dan temperatur) berhubungan dengan insidensi DBD. Peningkatan dari indek curah hujan, kelembaban dan temperatur akan diikuti dengan peningkatan insidensi DBD. Status entomologis vektor DBD di Kota Kupang menunjukkan tingginya kepadatan vektor dengan HI 48,1%, ABJ 51,9%, CI 16,9%, BI 79, PI 144, and OI 28,3%. Angka infeksi transovarial (AIT) pada Ae. aegypti adalah 20,1%, sementara untuk Ae. albopictus adalah 8,3%. Infeksi transovarial ini dapat ditemukan pada nyamuk Aedes sp jantan dan betina. Tingginya insidensi DBD berhubungan dengan kondisi curah hujan, kelembaban, dan temperatur. Tingginya kepadatan vektor dan adanya infeksi transovarial virDen pada Aedes sp menunjukkan bahwa Ae. aegypti dan Ae. albopictus dapat sebagai reservoir dari virDen, oleh karena itu Kota Kupang mempunyai risiko untuk terjadinya insidensi atau KLB DBD.

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is one of the global public health problems. Kupang Municipality is an endemic DHF area with the highest incidence rate (IR) in East Nusa Tenggara. DHF is transmitted through the bite of Aedes aegypti (Ae. aegypti) and Ae. albopictus. Up to now, there is no appropriate medicine or vaccine for DHF, therefore the understanding its epidemiology factors such as climates, entomological status and transovarial infection of Denvir in Aedes sp is needed. This research aims to describe the correlation between climates and DHF incidence, to understand the entomological status of DHF vector and also to understand the presence of transovarial infection of Denvir in Aedes sp in Kupang Municipality. This research was designed as an observational descriptive with a cross sectional study. The research variables are climates, entomological status of DHF vectors and the presence of transovarial infection of Denvir in Aedes sp. Larva/Pupa was surveyed using a visual method. Ovitraps were used to collect mosquitoes`eggs. The presence of larvae, eggs and pupae indicated the levels of house index (HI), angka bebas jentik (ABJ), container index (CI), breteau index (BI), pupal index (PI), dan ovitrap index (OI). Furthermore, eggs were reared in the laboratory up to F1 for Denvir examination with imunositokimia streptavidin biotin peroxidase complex (ISBPC) technique. Data analysis used software Excel, Microsoft Word and Arcview GIS. This research found that climate variables (rainfal index, humidity and temperature) were correlated with DHF incidences. The increasing of rainfall index, humidity and temperature will be followed by the increasing of DHF incidence. The entomological status showed a high vector density with HI 48.1%, ABJ 51.9%, CI 16.9%, BI 79, PI 144, and OI 28.3%. The transovarial infection rate (TIR) in Ae. aegypti was 20.1%, while it was 8.3% for Ae. albopictus. The transovarial infection can be found in both of female and male Aedes sp. The high of DHF incidences correlated with the condition of rainfal index, humidity and temperature. The high of vector density and the presence of transovarial infection of Denvir in Aedes sp showed that Ae. aegypti and Ae. albopictus can be as a reservoir of Denvir therefore Kupang Municipality has high risk for DHF incidence and outbreak.

Kata Kunci : DBD,Kondisi iklim,Status entomologis,Infeksi transovarial,Aedes sp,DHF,climates,entomological status,transovarial infection, Aedes sp