Laporkan Masalah

Kandungan capsaicin dan anatomi buah cabai merah besar (capsicum annum L. var abrieviata eingerhuth) dan cabai merah keriting (capsicum annum L. var longum Sendt) dengan perlakuan pupuk urin sapi

AISYAH, Andi, Dr. L. Hartanto Nugroho, M.Agr

2009 | Tesis | S2 Biologi

Cabai mengandung capsaicin yang menyebabkan rasa pedas. Senyawa ini berperan penting sebagai bahan masak dan obat. Capsaicin merupakan senyawa metabolit sekunder yang disintesis pada septum buah cabai. Terdapat dua varietas cabai yang dibudidayakan di Indonesia yaitu cabai merah besar dan cabai merah keriting. Kandungan metabolit sekunder dan anatomi buah dipengaruhi oleh faktor lingkungan, salah satu faktor adalah unsur hara. Urin sapi yang telah diolah menjadi pupuk organik mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan menjadi pupuk yang aman bagi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan capsaicin, profil alkaloid, dan anatomi buah cabai besar dan keriting umur 40 hari setelah antesis. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial dengan 5 ulangan. Faktor pertama adalah dosis pupuk urin sapi yang terdiri atas 0, 5, 10, 15, dan 20 ml yang diberikan sebanyak 5 kali dimulai pada umur 35 hari, 40 hari, 45 hari, 50 hari, dan 55 hari setelah pindah tanam. Faktor kedua adalah varietas cabai yaitu cabai besar dan keriting. Parameter yang diamati adalah kandungan relatif capsaicin, profil alkaloid, ketebalan perikarp, jumlah, panjang, dan lebar giant cell, ketebalan serta jumlah sel perifer septum buah cabai besar dan keriting umur 40 hari setelah antesis. Uji fitokimia dengan metode Gas Chromatography (GC). Preparat anatomi buah dipersiapkan dengan metode parafin. Data anatomi dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA), dilanjutkan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf uji 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan capsaicin pada cabai keriting lebih tinggi daripada cabai besar yang tumbuh di medium tanah tanpa perlakuan pupuk. Pemberian pupuk urin sapi mampu meningkatkan kandungan capsaicin buah cabai merah. Dosis 20 ml belum menjadi dosis optimum pada cabai besar dan dosis 15 ml menjadi dosis optimum pada cabai keriting. Kandungan alkaloid secara kualitatif dan kuantitatif pada cabai besar lebih tinggi daripada cabai keriting setelah perlakuan pupuk urin sapi. Pemberian pupuk urin sapi berpengaruh terhadap ketebalan perikarp, ketebalan septum, jumlah sel perifer septum, dan tidak berpengaruh pada jumlah, panjang, serta lebar giant cell perikarp buah pada kedua varietas.

Chilli fruit is an important material in cooking and medicine productions due to the capsaicin contain which cause hot spicy taste. Capsaicin is secondary metabolite compound synthesized in peripheral cells of septum. There are two familiar varieties of chilli in Indonesia, those are red and curly chilli. The secondary metabolites and fruit anatomy can be affected by environmental factors, one of the factor is nutrient elements. Cow urine could be processed to be organic fertilizer which contains nutrient elements required by plant. The fertilizer is environmental friendly. The research objective was to find the content of capsaicin, alkaloid profile, and the fruit anatomy of red chilli at 40 days after fertilization. This research used completely randomized design (CRD) with factorial pattern and 5 replications. The first factor was cow urine fertilizer. The dosage consisted of 0, 5, 10, 15, and 20 ml applied 5 times started at the ages of 35, 40, 45, 50, and 55 days after the plants were moved to treated medium. Second factor involved chilli varieties namely red and curly chilli. Observed parameters were relative content of capsaicin, alkaloid profile, pericarp thickness, number of giant cells, length of giant cell, width of giant cell, septum thickness, and cell numbers of septum periphery of red and curly chilli fruits at 40 days after fertilization. Gas Cromathography (GC) method was used in phytochemical test. Fruit anatomy were prepared with paraffin method. Anatomical data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA), followed with Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) at the significance level of 5%. Research results showed that capsaicin contents in curly chilli were higher than red chilli grown in the non treatment soil medium. Cow urine fertilizer treatment increased the relative content of capsaicin in red chilli up to dosage of 20 ml and the dosage of 15 ml to be the optimum dosage in curly chilli. The qualitative and quantitative content of alkaloid in red chilli were higher than in curly chilli after treatment with cow urine fertilizer. Treatment of cow urine fertilizer had effects on pericarp thickness, septum thickness, and cell numbers of septum periphery, but it had no effect on the number of giant cell, length of giant cell, width of giant cell in both varieties.

Kata Kunci : Capsaicin,Anatomi buah,Giant cell,Urin sapi,Capsicum annum L,fruit anatomy, giant cell, cow urine


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.