Efek Residu temefos (Abate) dan piriproksifen (Sumilarv) terhadap larva aedes aegypti dalam pot tanaman air
ISTIANAH, Siti, Dr. drh. Siti Rahmah Umniyati, SU
2009 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran Dasar dan BiomedisLatar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penelitian di Yogyakarta menemukan bahwa pot bunga merupakan penyumbang kepadatan populasi nyamuk terbesar kedua setelah bak mandi dengan ditemukannya pupa dalam pot. Hal ini menunjukkan pot bunga merupakan kontainer potensial untuk penyebaran DBD.Temefos 1 SG, sebagai bagian dari progam pemberantasan Ae. aegypti di Indonesia, diketahui efektif mempunyai efek residu selama 2-3 bulan. Di Kota Yogyakarta, piriproksifen (SumilarvR) 0,5% SG yang diaplikasikan dengan dosis 0,05ppm tiap 3 bulan, telah diamati menurunkan kepadatan populasi nyamuk. Adapun di tempat-tempat penampungan air yang tanpa perlakuan, misalnya potpot air di pekarangan maupun di pekuburan tetap mengandung pupa, sehingga perlu dipikirkan cara pengendaliannya.Tujuan Penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan efek residu temefos dan piriproxifen terhadap perkembangan larva Ae. aegypti dalam pot berisi tanaman melati air.Methode. Penelitian dilakukan secara eksperimental laboratorium. Subyek penelitian larva Ae. aegypti instar III dibagi secara acak ke dalam tiga kelompok sampel yaitu kelompok I perlakuan dengan temefos (1ppm, 0,02ppm, 10ppm dan 0,2ppm), kelompok II perlakuan dengan piriproksifen (0,05ppm, 0,01ppm, 0,5pm dan 0,1ppm) dan kelompok III kontrol negatif, masing-masing dalam pot berisi tanaman melati air dengan volume air 1000 ml, lima replikat, setiap replikat berisi 25 ekor larva Ae. aegypti instar III. Analisis statistik dengan uji Kruskall Wallis. Hasil Penelitian. Efek residu temefos selama 1 bulan terhadap mortalitas larva Ae. aegypti dalam pot tanaman air mengalami penurunan sebesar 36-86%. Efek residu piriproksifen selama 1 bulan terhadap penghambatan pupa dan IE mengalami penurunan sebesar 13-89%. Simpulan. Residu temefos dan piriproksifen 1 bulan dalam pot tanaman air mengalami penurunan efektivitas.
Background. Dengue Haemorrhagic Fever is a community health problem in Indonesia. Aedes aegypti is an important vector. Pupal density in potted flower in Yogyakarta city was 24%. It showed that potted flower is the potential container for spreading DHF disease. Temephos was aplicated in dengue eradication every 3 months, called abatisasi. Pyriproxyfen were experimented in Yogyakarta. Pyriproxyfen 0,005ppm which experimented in bathing tubs, water tubs and wells every 3 months were proven can decrease adult mosquito densities, but in untreated containers e.g. potted flowers or resting place there were pupa. This condition motivates the researcher to analyze residual effect of temephos and pyriproxyfen on the growing of Ae. aegypti larvae. Objective. This research aims at determining recidual effect reduction of temephos and pyriproxyfen on Ae. aegypti larvae in potted melati air. Methods. Ae. aegypti instar III larvae are taken from Parasitology Laboratory colony. These larvae were divided into 9 group, i.e. temephos (1ppm, 0,02ppm, 10ppm and 0,2ppm), pyriproxyfen (0,05ppm, 0,01ppm, 0,5ppm and 0,1ppm), and control. Every pot is filled with 1000 ml water and 25 larvae. The experiment was replicated 5 times. The data was analyzed using Kruskall Wallis analysis. Result. Residual effect of temephos showed 36-86% reduction of larvae mortality of Ae. aegypti in potted plant. Residual effect of pyriproxifen showed 13-89% reduction of pupal inhibition and IE of Ae. aegypti. Conclusion. Residual of temephos and pyriproxifen showed reduction effectivity on growing of larvae Ae. aegypti in potted plant.
Kata Kunci : Residual effect, Temephos, Pyriproxyfen, Aedes aegypti, Potted flower