Laporkan Masalah

Motif batik Parang Rusak Barong gaya Yogyakarta dan gaya Surakarta :: Sebuah studi komparasi

HASAN, Renta Vulkanita, Prof. Dr. Timbul Haryono, M.Sc

2009 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa

Tujuan penelitian ini adalah membandingkan gaya yang meliputi bentuk, makna, dan fungsi, serta faktor-faktor yang melatarbelakangi motif batik antara Parang Rusak Barong gaya Yogyakarta dan gaya Surakarta. Analisis motif batik Parang Rusaka Barong di Yogyakarta dan Surakarta bukanlah hal yang sederhana. Sepanjang pengamatan yang dilakukan, ternyata motif batik Parang Rusak Barong di kedua wilayah memiliki persamaan dan perbedaan pada ornamentasi maupun warna. Penelitian tentang motif batik Parang Barong gaya Yogyakarta dan Surakarta ini dititikberatkan pada gaya Parang Rusak Barong yang terdapat di keraton Yogyakarta dan Surakarta, sebagai pusat perkembangan budaya. Keraton memiliki peran dalam melacak aspek kesejarahan, yaitu sejak kapan motif Parang Rusak Barong mulai diciptakan dan dikembangkan di kedua tempat tersebut. Persamaan dan perbedaan yang dianalisis meliputi bentuk, fungsi, dan makna, yang dimaksud bentuk meliputi garis ornamentasi dan warna. Adapun fungsi adalah kegunaan motif di kedua tempat sesuai dengan fungsi awal diciptakan sampai dengan perkembangannya; dan yang dimaksud makna merupakan pengartian terhadap motif di kedua tempat. Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya persamaan dan perbedaan motif di Yogyakarta dan Surakarta dianalisis dari segi internal dan eksternal. Segi internal adalah faktor kesejarahan dan kebijakan yang berasal dari keraton, sedangkan segi eksternal yang dimaksud adalah kondisi lingkungan, kebijakan, dan perkembangan masyarakat di luar keraton. Persamaan dan perbedaan utama pada motif batik Parang Rusak Barong terdapat pada struktur yang meliputi bentuk dan warna. Bentuk yang dimaksud adalah susunan garis yang menyusun motif isen-isen, sedangkan warna adalah intensitas yang terdapat pada motif. Persamaan dan perbedaan dari segi fungsi dan makna secara umum maupun khusus tidak terdapat perbedaan di kedua tempat. Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya persamaan dan perbedaan adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh kerajaan masingmasing wilayah dan faktor eksternal merupakan faktor yang terjadi karena kondisi sosial masyarakat yang semakin berkembang serta kebijakan pemerintah Republik Indonesia di bidang pariwisata dan standardisasi perbatikan di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan multidisiplin yang memfokuskan pada kajian kesenirupaan. Pendekatan kesenirupaan yang digunakan untuk mengupas segala sesuatu yang berhubungan dengan gaya seni adalah pendekatan estetika. Pendekatan ini dibantu oleh pendekatan lain, dengan cara meminjam teori-teori relevan dari disiplin ilmu sejarah, komunikasi, antropologi, arkeologi dan sosiologi.

The aim of this research is to compare the style that includes the shape, meaning and function as well as the factors that underlie the pattern of batik Parang Rusak Barong in Yogyakarta and Surakarta. The analysis of the pattern of batik Parang Rusak Barong in Yogyakarta and Surakarta is not a simple matter. Based on the observation, it can be concluded that the pattern of Batik Parang Rusak Barong in those regions have similarities and differences on the ornaments and color. The research on the pattern of batik Parang Rusak Barong in Yogyakarta and Surakarta's style focus on the style found in Yogyakarta and Surakarta Palace. The palace of Yogyakarta and Surakarta is the center of cultural development, especially on the pattern of Parang Rusak Barong since they were united as the Kingdom of Mataram Islam. The palace has a role to track the historical aspect, that is developed in those places. Analysis in the similarities and differences include the shape, function and meaning. The shape meant the ornamental line and color that are used in the pattern, the function meant the use of pattern based on the early function until their progress, while the meaning meant the way they see the pattern. The main similarities and differences in the pattern of batik Parang Rusak Barong are on the structure that include the shapes and color. The shapes meant are on the arrangements of line that construct the fillings patterns. While the color is the frequency found in the pattern. The similarities and differences from the side of function and meaning generally or specifically can't be found in both places. While the factors underlie the similarities and differences are the internal and external factors. The Internal factors are the rules and policy stated by the palace in each regions and the external factor is the factor happens because the society social condition that is more developed as well as the policy of the government of Republic of Indonesia in the tourism sector and the standarization of batik. The method used in the research is qualitative research with multidicipline approach focusing on the study of art. Aesthetic approach is used for relating the style of art. This approach is used with other approaches and use the relevant teories such as: history, communication, anthropology, archeology, and sociology.

Kata Kunci : motif, batik, Parang Rusak Barong, gaya, Yogyakarta, Surakarta, komparasi, pattern, Batik, Parang Rusak Barong, style, Yogyakarta, Surakarta, comparative


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.