Ontologi wayang purwa :: Relevansinya bagi pembentuk karakter bangsa
LAKSONO, Kardi, Dr. Joko Siswanto
2009 | Tesis | S2 Ilmu FilsafatWayang purwa merupakan bagian kebudayaan dalam kategorisasi “local genius†yang memuat semua cara hidup, pandangan hidup dan nilai-nilai hidup. Pemahaman hidup merupakan hakikat dari keseluruhan alam pikiran masyarakat Jawa dan wayang purwa. Hidup dalam wayang purwa disimbolkan dalam pagelarannya maupun dengan “kayon.†Hidup dalam wayang purwa memberikan pijakan ontologis terhadap hidup dan realitas sehingga melalui pemahaman wayang purwa hidup dapat berjalan sesuai dengan “kasampurnaning agesang.†Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan disiplin ontologi, filsafat wayang dan filsafat Jawa; serta sumbangan pemikiran bagi pengembangan budaya Indonesia dalam pembentukan kepribadian nasional dan karakter bangsa. Penelitian ini menggunakan pendekatan (objek formal) ontologi. Bahan penelitian (objek material) adalah wayang purwa yang merupakan suatu simbol hidup itu sendiri. Bahan tambahan dalam penelitian ini adalah pemahaman hidup yang terdapat dalam Serat Centini dan Serat Wirid Hidayat Jati. Metode yang digunakan adalah metode hermeneutika; yang terdiri atas metode deskripsi, komparasi dan refleksi. Hasil penelitian ini adalah: 1. Ontologi wayang purwa mengasumsikan eksistensi manusia sebagai kenyataan “hidupâ€, oleh karena itu, keseluruhan analisis wayang purwa akan bersifat anthroposentris. Hidup dalam alam pikiran masyarakat Jawa terangkum dalam idiom “sangkan parananing dumadi.†Hal ini menandaskan bahwa dalam alam pikiran masyarakat Jawa terdapat alur pemikiran yang bercorak eksistensialisme-teistik. 2. Idiomatik “sangkan parananing dumadi†lebih bercorak monisme-teistik. Pemikiran monisme-teistik diyakini oleh masyarakat Jawa akan keadaan hidup manusia yang harus menuju “manunggaling kawula Gusti.†3. Monisme-teistik tercipta dalam keadaan “manunggaling kawula Gusti†yang bersifat “tunggal tan tunggal.†4. Realitas hidup dipahami sebagai “urip mung mampir ngombe†sehingga di “jagad padhang†ini akan selalu mengalami keadaan yang “owah gingsirâ€, suatu keadaan yang berjalan sejalan dengan konsep “manyokro panggilingan†dalam kerangka acuan “ukum pinesthiâ€. Dalam pemahaman ini hidup akan berjalan sesuai alur “hana tan hana†menuju “sarining hana.†5. Alur hana tan hana menuju sarining hana mengisyaratkan adanya prinsip harmoni-keselarasan yang dapat membentuk kepribadian nasional dan karakter bangsa untuk mewujudkan kemandirian, demokrasi, persatuan nasional dan martabat internasional.
Wayang Purwa (Purwa-Shadow Puppet) is part of Javanese Culture. It refers to “local genius†in which consist three important points: Way of Life, Vision of Life, and Values of Life. Wayang Purwa is a symbolization of the essence of Javanese thought in their understanding of true meaning of Life. Life which is symbolized by Wayang Purwa and Kayon presents ontological basic to life and its reality. For Javanese people, understanding Wayang Purwa and Kayon means life runs in perfection (“Kasampurnaning agesangâ€). The result of the research can be used as one of the input for the base of analysis to find principles in philosophical discipline and interdisciplinary. The research attempted to contribute for the establishment of Indonesian culture and to accelerate the national identity in order to strengthen the nation and character building. Based on the analysis discussed above, the research used the ontological approach (as formal object). The material object of the research is Wayang Purwa as the symbolization of life. Additional literatures are Serat Centini and Serat Wirid Hidayat Jati, in their substantial understanding of the true meaning of life. The method which was used was hermeneutic; which contains descriptive, comparative and reflective method. Results of the research are: 1. Wayang Purwa ontology assumes the existence of human as the reality of life. Therefore, the analysis of Wayang Purwa is anthropocentric. In the Javanese thought, life means the origin and destination of life (or as concluded in the idiom of “sangkan paraning dumadiâ€). It showed that Javanese thought contain the existentialism-theistic. 2. The idiom of “sangkan paraning dumadi†(the origin and destination of life) is monism-theistic. The monism-theistic thought believed by Javanese society itself is no other that human life should set to the unity of human and God (“manunggaling kawula gustiâ€). 3. The monism-theistic thought created in the unity of human and God is one and unite (“tunggal tan tunggalâ€). 4. The reality of life is described as life is only a journey (“urip mung mampir ngombeâ€), therefore in this universe life has ups and downs (“owah gingsirâ€), a situation of nothing returns to nothing (“hana tan hana†to “sarining hanaâ€). 5. The concept of nothing returns to nothing (“hana tan hana†to “sarining hanaâ€) showed the principle of harmony, which establish the establishment of Indonesian culture and to accelerate the national identity in order to strengthen the nation and character building to accomplish the independent, democracy, national unity and international bargaining positions.
Kata Kunci : Budaya Jawa,Wayang purwa,Sangkan paraning dumadi,Manunggaling kawula Gusti,Kepribadian nasional,Javanese Culture,Wayang Purwa,the origin and destination of life,the unity of human and God,national identity,nation and character building