Laporkan Masalah

Safety culture pelayanan transfusi darah di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas dan Unit Transfusi Darah PMI Cabang Banyumas

FEBRIANTO, Jusi, Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc.,Ph.D

2008 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar belakang: Transfusi darah merupakan high-risk area di bidang kedokteran. Di Indonesia belum ada angka insidensi medical error transfusi darah. RSUD Banyumas telah siap melaksanakan patient safety. Sebagai langkah awal implementasi patient safety maka akan dilakukan penelitian survey safety culture pelayanan transfusi darah di RSUD Banyumas dan UTD PMI Cabang Banyumas. Tujuan: Mengukur tingkat budaya safety pada pelayanan transfusi darah di RSUD Banyumas dan UTD PMI Cabang Banyumas. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. dengan rancangan cross sectional survey. Untuk mengukur budaya safety pelayanan transfusi darah digunakan alat ukur yang dibuat oleh AHRQ pada tahun 2004 oleh Sorra et al. Instrumen kedua yang digunakan untuk mengukur blood safety adalah kuesioner blood safety yang dibuat oleh WHO pada tahun 2004. Untuk mengukur perbedaan tingkat budaya safety pelayanan transfusi darah antara kelompok staf yang kontak langsung dengan pasien dan yang tidak langsung digunakan metode statistik independent t-test Hasil dan pembahasan: Safety profile pada pelayanan transfusi darah di UTD PMI sudah cukup baik sedangkan di Bank Darah RSUD Banyumas masih belum baik. Hasil pengukuran dimensi-dimensi budaya safety mulai yang nilainya rendah sampai tinggi adalah sebagai berikut : staffing, organizational learning, respon nonpunitive, frekuensi pelaporan insiden, keterbukaan komunikasi, persepsi umum patient safety, umpan balik pelaporan insiden, pelimpahan tugas antar petugas, harapan/langkah manajer meningkatkan safety, kerjasama dalam unit, dukungan manajemen dalam program patient safety dan kerjasama antar unit di rumah sakit. Hasil pengukuran tingkat budaya safety di unit-unit mulai paling banyak nilai rendahnya sampai dengan yang paling sedikit adalah : UTD PMI, Laboratorium/Bank Darah RS, Perinatologi, ICU, Hemodialisa, Edelweis, Gardena, Kantil, Wiku 1, Unit 2, SMF, Cempaka, Dahlia, IBS, IGD, Bogenvile, Flamboyan, Wijaya Kusuma 2, Melati, Anggrek dan VK. Terdapat perbedaan bermakna tingkat budaya safety pelayanan transfusi darah pada kelompok staf yang kontak langsung dengan pasien dan yang tidak langsung dalam pelayanan transfusi darah (p<0,05) Kesimpulan dan saran: Safety profile pada pelayanan transfusi darah di UTD PMI sudah cukup baik sedangkan di Bank Darah RSUD Banyumas masih belum baik. Terdapat perbedaan bermakna tingkat budaya safety pelayanan transfusi darah pada kelompok staf yang kontak langsung dengan pasien dan yang tidak langsung dalam pelayanan transfusi darah. Perlu dilaksanakan penelitian lanjutan untuk mengukur kembali tingkat

Background:Blood transfusion is a high risk area in medicine. In Indonesia, has not got blood transfusion medical error rate. Banyumas District General Hospital are ready to implement patient safety programme. To implement patient safety programme, therefore has been done a survey of blood transfusion practices safety culture at Banyumas District General Hospital and Banyumas Branch Red Cross Blood Transfusion Unit Objective:To measure blood transfusion practices safety culture level at Banyumas District General Hospital and Red Cross Blood Transfusion Unit Method: The type of this research is quantitative, with cross sectional survey design. To measure blood transfusion practices safety culture level, has been used a tool was made by Sorra et al AHRQ in 2004. To measure blood safety profile has been used a tool was made by Indonesian Red Cross and WHO in 2007. To measure diference blood transfusion practices safety culture level between group of staff with direct contact and indirect contact to patient has been used independent t-test Result and discussion: Blood Safety profile at Banyumas Branch Red Cross Blood Transfusion Unit is quite good and Banyumas District General Hospital is not good enough. Results of dimensions safety culture from the lowest until highest are: staffing, organizational learning, nonpunitive response to error, frequency of event reporting, communication openness, overall perceptions of patient safety, feedback and communication about error, hospital hadoffs/transitions, supervisor/manager expectations/ actions promoting patient safety, teamwork within units, hospital management support for patient safety and teamwork across hospital unit. Results of safety culture level from unit with the most of their level is low until the least of their level is low : blood transfusion unit, laboratory/hospital blood bank, Perinatology, ICU, Hemodialysis, Edelweis, Gardena, Kantil, Wijaya kusuma 1, Unit 2, SMF, Cempaka, Dahlia, IBS, IGD, Bougenvile, Flamboyan, Wijaya Kusuma 2, Melati, Anggrek dan VK. There is significance difference between group of staff with direct contact and indirect contact to patient (p<0,05) Conclusion and recommendation: Blood Safety profile at Banyumas Branch Red Cross Blood Transfusion Unit is quite good and Banyumas District General Hospital is not good enough. There is significance difference between group of staff with direct contact and indirect contact to patient. It will be needed a follow up research to measure again safety culture level

Kata Kunci : Budaya safety, Blood safety, Patient safety, safety culture.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.