Transformasi konflik dan inisiatif lokal perdamaian di Ternate
JUNAIDI, M, Prof. Dr. Sumijati Atmosudiro
2008 | Tesis | S2 AntropologiTernate sebagai potret wilayah dan masyarakat Maluku Utara 1999 yang diliputi konflik telah melewati berbagai proses perdamaian. Konflik Maluku Utara cukup rumit karena sejarah hubungan masa lalu antar kelompok dan etnis di Moloku Kie Raha melewati masa berkonflik yang panjang. Konflik antar momole hingga terbentuknya kerajaan, perebutan wilayah Moloku Kie Raha antar kerajaan Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan. Posisi Ternate menjadi penting setelah berhasil mendominasi atas kerajaan dan kelompok etnik dan Soa (marga) di Maluku Utara. Konflik dan kekerasan semakin kuat setelah bangsa Eropa yang digandeng oleh Ternate maupun Tidore untuk mengukuhkan kekuasaannya. Akibatnya adalah mata rantai kekerasan semakin panjang dan kuat karena tekanan bangsa Eropa dalam praktek monopoli perdagangan rempah-rempah Selama tiga bulan penelitian ini dilakukan, mulai Juli sampai Oktober 2008 di Kota Ternate. Studi ini melihat hubungan konflik di masa lalu dan sekarang dengan menekankan pada proses transformasi konflik dan inisiatif lokal perdamaian di Ternate. Proses sosial yang menjadi bagian analisis seperti konflik pilkada gubernur, demonstrasi, dan suasana sehari-hari yang kontras dengan peristiwa konflik seperti suara musik dan beronggeng. Sejarah masa lalu menjadi memori kolektif masyarakat dan mempengaruhi cara berpikir dan bertindak dalam hubungan antar kelompok dan etnis di Maluku Utara. Memori itu dimunculkan pada saat tertentu seperti konflik kepentingan dari kelompok yang mengatasnamakan etnis atau representasi elit masa lalu (kerajaan). Seperti yang terjadi dalam konflik etnis Kao dan Makian di Kao-Malifut, konflik pasukan kuning dan pasukan putih di Ternate dan konflik kekerasan di daratan Halmahera. Konflik tahun 1999 dan konflik pilkada gubernur menjadi sorot balik melihat hubungannya dengan masa lalu. Penekanannya pada analisis konflik dan proses rekonsiliasi untuk menjelaskan akar masalah dan peta konflik sebagai analisis pendekatan transformasi konflik. Konflik yang terjadi memiliki pola yang sama dengan konflik masa lalu yakni akar masalah bersumber dari kekuasaan dan sentimen hubungan yang dibentuk oleh sejarah antar elit kelompok penguasa dan etnis masa lalu. Konflik 1999 di Maluku Utara melewati berbagai proses rekonsiliasi yang dilakukan oleh pemerintah maupun inisiatif lokal dari masyarakat dan organisasi sosial. Inisiatif perdamaian salah satunya adalah kerjasama UMMU dan gereja St. Xaverius sebagai representasi Muslim dan Kristen. Perdamaian dibangun dengan melupakan konflik masa lalu untuk tujuan yang lebih tinggi (superordinat goal) yaitu memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan. Inisiatif perdamaian juga dari Kesultanan Ternate yang sebelumnya merupakan bagian dari konflik terkini dan masa lalu. Kesultanan Ternate mendorong nilai-nilai budaya Moloku Kie Raha sebagai identitas pemersatu dari perbedaan etnis dan kelompok masyarakat di Maluku Utara. Sosialisasi perdamaian disampaikan melalui media Tabloid Parada memuat sejarah masa keemasan pada masa lalu yang menggambarkan kehidupan damai pada masa lalu. Kedua inisiatif perdamaian itu melakukan transformasi pada tataran struktur maupun nilai yang mendasari hubungan dari kelompok masyarakat pasca konflik. Kata kunci; transformasi, konflik, inisiatif lokal, perdamaian.
Kata Kunci : Transformasi,Konflik,Inisiatif lokal,Perdamaian