Pengukuran resiko kredit untuk tanpa agunan dengan menggunakan metode credit risk :: Studi kasus pada PT Bank XYZ

BASWORO, Maryani Tri, Jogiyanto Hartono, Prof., Dr., MBA

2008 | Tesis | S2 Magister Manajemen

Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediary, risiko terbesar yang dihadapi oleh lembaga perbankan adalah risiko kredit. Risiko kredit adalah risiko kerugian akibat kegagalan lawan dalam memenuhi kewajibannya. Saat ini pertumbuhan exposure Kredit Tanpa Agunan Bank XYZ mneunjukkan tren yang meningkat. Keaadaan tersebut di satu sisi membawa keuntungan yang cukup besar bagi bank karena produk tersebut merupakan salah satu high yield asset karena mempunyai spread margin yang cukup besar namun disisi lain risiko kreditnya juga besar. Fungsi agunan dalam pemberian kredit selain sebagai faktor pengurang risiko kredit di kemudian hari jika fasilitas kredit yang diberikan tersebut mengalami macet juga berfungsi sebagai tanda keseriusan/kesungguhan debitur. Untuk mengurangi risiko kredit untuk produk Kredit Tanpa Agunan antara lain dengan mengelola dan memasarkan produk ini ke segmen nasabah yang tepat. Ketentuan pengelolaan risiko bank secara international yang diatur oleh Basel Committee mengharuskan bank mengukur risiko kredit dan menghitung besarnya minimum capital charge yang harus disediakan bank untuk menyerap risiko kredit. Credit Risk + adalah metode pengukuran risiko kredit yang tepat untuk portfolio kredit dengan baki debet pinjaman yang kecil dengan jumlah rekening yang banyak karena mudah diimplementasikan dan hanya menggunakan data default. Sifat metodology penelitian adalah analytical dengan data penelitiannya adalah exposure Kredit Tanpa Agunan Bank XYZ dari bulan Januari 2007 sampai dengan Desember 2007. Data exposure default adalah data non performing loan yaitu debitur yang mempunyai kolektibiltas kurang lancar sampai dengan macet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai VaR posisi bulan Desember 2007 adalah sebesar Rp 1.369.980.782 artinya dengan tingkat keyakinan sebesar 95%, maka besarnya risiko kerugian maksimum akibat terjadinya default pada portfolio kredit tanpa agunan di PT Bank XYZ satu bulan ke depan diperkirakan sebesar Rp 1.369.980.782 atau sebesar 0,56 % dari total outstanding kredit. Dengan mengacu pada ketentuan penyediaan modal minimum sebesar 8%, maka minimum Bank harus menyediakan modal untuk menutup risiko kredit untuk produk kredit sebesar 8% x 0,56% = 0,04% dari eksposur kredit. Angka ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan penggunaan standardised approach, yang mengharuskan bank menyediakan modal minimum sebesar 6,14% dari total exposure. Pengujian dengan menggunakan metode Likelihood Ratio pada tingkat kepercayaan 95%, menunjukkan bahwa metode credit risk+ cukup akurat untuk menghitung risiko kredit tanpa agunan.Berdasarkan analisa terhadap debitur KTA diperoleh informasi bahwa profil debitur non performing loan untuk kredit tanpa agunan di Bank XYZ antara lain: jenis pekerjaan adalah pegawai swasta, jenis bidang usaha food & restaurant dengan pendapatan/bulan dibawah Rp 2,5 juta.

To carry out its function as an intermediary institution, the ultimate risk faced by the banking institution is a credit risk. Credit risk is a potential loss as the result of failure from the debtor in fulfilling its obligation. Currently the growth of exposure for Unsecured Loan in Bank XYZ indicates an increasing trend. At one side that situation brings high profit for the bank because the product is one of the high yield assets due to a considerable high spread margin, but on the other side the credit risk is also high. The function of the collateral when providing credit, besides set as a credit risk cutback factor later, if the credit facility provided non performed, also as indication of the debtor’s seriousness. To reduce the credit risk on Unsecured Loan product among other are: to manage and to market this product to selected clients. The rule in managing bank’s risk which is internationally regulated by Basel Committee requires bank to measure the credit risk and to calculate the amount of minimum capital charge to be reserved by bank to absorb the credit risk. Credit Risk+ is a methodology to measure the credit risk accurately on credit portfolio for a small loan outstanding with the large amount of accounts because it is easier to implement and only using a data default. The characteristic of research methodology is analytical using the data from unsecured loan exposure of Bank XYZ for the period of January 2007 until December 2007. Data exposure default is a non performing loan data, namely debtors who have classification from special mention to non performing loan. The research result has shown that the VaR value in the month of December 2007 is in the amount of IDR 1.369.980.782.00, means with the level of certainty of 95% , then the amount of a maximum potential loss risk due to the default on credit portfolio for Unsecured Loan at PT Bank XYZ for the following one month is approximately in the amount of IDR1.369.980.782.00 or 0.56% from the total outstanding credit. Referring to the regulation on minimum capital reserve which is 8%, therefore the Bank must reserve a minimum capital to cover the credit risk for credit product in the amount of 8% x 0.56% = 0,04% of the credit exposure. This figure is much smaller when compared to using of the standardized approach, which requires the bank to reserve a minimum capital in the amount of 6.14% from the total exposure. Testing using Likelihood Ratio method on the level of confidence at 95%, has shown that the credit risk method is sufficiently accurate in calculating the risk of Unsecured Loan. Based on the analysis made for the debtor of Unsecured Loan the information shown that the profile of non performing loan debitor for the Unsecured Loan at Bank XYZ among others are: type of job is a private employee, type of business is a food & restaurant with the earning under IDR2.5 million per month.

Kata Kunci : Resiko kredit, credit risk, Kredit tanpa angunan, Non perforting loan, Capital requitrement, Likelihood ratio.