Laporkan Masalah

Evaluasi Ketersediaan Produk Obat Esensial di Indonesia

TRISNA, Mega, Dr. Sri Suryawati

2008 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar belakangan. Kebijakan Obat Nasional (Konas) merupakan salah satu kebijakan pemerintah terhadap peningkatan akses obat. Tujuan Konas antara lain menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat terutama obat esensial, dengan demikian pemerintah berkewajiban menyediakan obat esensial, hal ini berarti obat esensial harus tersedia untuk pelayanan kesehatan di Indonesia baik di sektor publik maupun swasta dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Harga obat mempengaruhi keterjangkauan masyarakat terhadap obat, mahalnya harga obat dapat menghambat akses masyarakat terhadap obat. Tujuan. Mengidentifikasi jumlah nama dagang obat esensial berdasarkan kelas terapi dan berdasarkan bahan aktif, menganalisis kecukupan alternatif produk obat esensial, menganalisis variasi harga nama dagang untuk tiap bahan aktif. Metode. Metode deskriptif analitik untuk memperoleh gambaran ketersediaan produk obat esensial di Indonesia dan variasi harga nama dagang obat. Data obat diperoleh dari buku informasi obat MIMS Indonesia edisi 103 tahun 2006. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan produk obat esensial relatif sangat sedikit dibanding jumlah total produk obat yang beredar (18,6%). Dari 358 obat esensial (nama bahan aktif) yang termasuk dalam DOEN 2005, terdapat 231 (64,5%) obat esensial yang tersedia produk dagangnya dan 127 (35,5%) obat esensial yang tidak tersedia produk dagangnya. Dari 231 obat esensial yang tersedia produk dagangnya, terdapat 100 (43,3%) obat esensial yang cukup tersedia alternatif produk dagangnya dan 131 (56,7%) obat esensial yang tidak cukup tersedia alternatif produk dagangnya. Jumlah nama dagang obat esensial berdasarkan kelas terapi berkisar antara tiga sampai 249 nama dagang dan jumlah nama dagang obat esensial berdasarkan bahan aktif berkisar antara nol sampai 50 nama dagang. Rasio harga tertinggi dan terendah nama dagang untuk tiap bahan aktif berkisar satu sampai 48,7, rasio harga tertinggi dan terendah produk dagang obat esensial untuk tiap bahan aktif berkisar satu sampai 42,8. Rasio harga tertinggi dan terendah nama dagang untuk tiap bahan aktif hasil penelitian lebih besar dibanding Indikator Harga Obat International MSH. Kesimpulan. Ketersediaan produk obat esensial relatif sangat sedikit, dimana terdapat obat esensial yang tidak tersedia produk dagangnya dan obat esensial yang tidak cukup tersedia alternatif produk dagangnya. Harga obat di Indonesia relatif lebih mahal dibanding harga obat yang tersedia di pasar Internasional.

Background. A National Drug Policy is a part of government policy on increased access to medicines. National Drug Policy aims to ensure the availability and affordability of essential medicines, therefor Government commitment to provide essential medicines, its mean that essential medicines must be available for Indonesia health care in the public and private sectors at a price the community can afford. Medicines price determine affordability of community on medicines. The expensive medicines make the community cannot access to medicines. The aims of this research are to identify the number of essential medicines brands based on therapeutic categories and substances, to analyze the adequacy of essential medicine products, and to analyze variation in price between brands. Methods. Descriptive analytic method use to provides the description on availability of essential medicine products in Indonesia and variation in price between brands. Medicines data were from MIMS Indonesia 2006 103 edition. Results. The availability of essential medicine products was relatively insufficient compared to total numbers of marketed product (18,6%). 358 essential medicine products on the National Essential Drug List, there were 231 (64,5) essential medicine brands that available and 127 (35,5%) essential medicine brands not available. 231 essential medicines that available, there were 100(43,3%) essential medicines that sufficient in the brands alternative and 131 (56,7%) essential medicines that insufficient in the brands alternative and. Number of essential medicine brands based on therapeutic categories ranged 3 to 249 and number of essential medicine brands based on substances ranged 0 to 50 brands. Price variation of brands for each substance with the highest and lowest price ratio ranged 1 to 48,7. Price variation of essential medicine brands for each substance with the highest and lowest price ratio ranged 1 to 42,8. Conclution. The availability of essential medicines was relatively insufficient, there were essential medicine products were not available and essential medicines that were insufficient in the brands alternative. Medicine price in Indonesia was relatively more expensive than International marketed.

Kata Kunci : Ketersediaan,Obat Essensial,Konas,Variasi Harga Obat, Availability, Essential medicines, National Drug Policy, price variation of medicines


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.