Faktor pembentuk karakter arsitektur rumah tradisional bangsawan Bugis di SUlawesi Selatan
AKBAR, Andi Muhammad, Dr.Ir. Arya Ronald
2007 | Tesis | S2 Teknik ArsitekturArsitektur rumah tradisional bangsawan suku Bugis di Sulawesi Selatan merupakan unsur kebudayaan nasional yang memiliki karakter bentuk fisik, fungsi dan style serta sangat erat kaitannya dengan sejarah kerajaan Bugis pada masa lalu dimana wujud fisik rumah tradisional bangsawan Bugis sangat dipengaruhi stratafikasi derajat sosial yang berlaku dimasyarakatnya. Tujuan penelitian ini mendapatkan gambaran faktor-faktor pembentuk yang berpengaruh terhadap karakter arsitektur rumah tradisional bangsawan Bugis dan ditinjau berdasarkan Spatial system, Phisical system,dan Stylistic system. Lingkup penelitian ini mencakup basis kerajaan suku Bugis di Kota Adiministratif Bone, Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Wajo. Penelitian ini menggunakan metedologi penelitian kualitatif dengan pendekatan paradigma rasionalistik. Gambaran hasil penelitian didapatkan faktor pembentuk karakter arsitektur rumah tradisional bangsawan Bugis secara spasial tata ruang luar berada pada lahan persegi yang luas dan dominan berbentuk asimetris yang terdiri atas bangunan induk dilengkapi ruang tambahan yang terpisah dengan tegas sehingga membentuk massa bangunan yaitu lego-lego dan jongke. Pada tata ruang dalam yang juga luas dengan pengelompokan ruang berdasarkan perbedaan tinggi lantai ditandai dengan adanya tamping dan pembatas dinding yang tegas, pola tersebut tidak terdapat pada konsep tata ruang dalam rumah Bugis. Dalam sistim fisik konstruksi dan bahan bangunan yang digunakan terdapat suatu keragaman kerumitan alami dalam suatu hubungan yang saling berpengaruh serta membentuk keseimbangan dalam satu kesatuan sistem komposisi fasadnya. Dimana modul struktur alliri kearah panjang dan lebar bangunan tidak sama, jumlah alliri yang lebih banyak serta dimensi alliri yang lebih besar, sedangkan alliri posi bola tidak ada passu yang kesemuanya merupakan hegemoni kebangsawanan yang tetap dipertahankan, karena setiap elemen-elemen tersebut dapat mempengaruhi persepsi bagi yang melihat sebesar apa pengaruh seseorang dan setinggi apa status sosialnya dalam masyarakat Pada struktur dinding dan konstruksi ujung-ujung balok pattolok riawa serta arateng diukir dengan berbagai ragam hias ciri masing-masing daerah tempat rumah itu berada. Sedangkan Penggunaan timpa laja lebih dominan sebagai simbol derajat kebangsawanan pemiliknya. Dalam tatanan komposisi fasad dan elemen-elemen bentuk fasad setiap bangunan menyatakan hirarki melekat dalam fungsi-fungsi yang dimiliki, para pemakai yang dilayani, tujuan-tujuan atau arti yang disampaikan, lingkup atau konteks yang dipaparkan memunculkan karakter arsitektur budaya setempat dalam suatu komposisi bangunan dilingkungan mana berada dan siapa pemiliknya.
Architecture of Bugis noble’s traditional house in South Sulawesi is national cultural elements having characteristic in physical shape, function and style, and have close relation with history of Bugis monarchy. In the past, physical shape of Bugis noble’s house was influenced by social status that existed in community. The objective of this research was to get description on shaping factors that affect architectural character of Bugis noble’s traditional house, which was viewed from spatial system, physical system and stylistic system. This research included monarchy base of Bugis ethnic in Bone Administrative municipality, Sidrap regency and Waji regency. This research used qualitative research method with rationalistic paradigm approach. Result of the research indicated that there were factors shaping architectural character of Bugis noble’s traditional house in spatial aspect. The factors included exterior lay out in broad and dominant square in asymmetric shape consisting of main building and additional building that was separated firmly, which make building mass of lego-lego and jongke. Interior side was broad with room grouping based on different floor height marked with tamping and firm wall divider. The pattern was not found in lay out of Bugis house. In physical system, there was natural complexity variations of construction and material used in an association that affect to each other and make balance in integrity of fasad composition. Its structural module of alliri was longward and building wide was different with greater amount of alliri and greater dimension of alliri, while alliri posi bola had no passu, in which all was noble hegemony that was kept, because each elements can influence perception of viewer about the extent of one’s influence and height of social status in society. In wall structure and construction of ends, beams of pattolok riawa and arateng were carved with various decorative patterns based on characteristic of each region the house exists. Use of timpa laja was more dominant as symbol of owner’s nobility level. In structure of composition of fasad and elements, shape of fasad in each building stated inherent hierarchy of functions owned, user served, goal or meaning delivered, and scope or context presented that present local cultural architecture character in a building composition where it exist and who owner is.
Kata Kunci : Arsitektur Rumah Tradisional,Bangsawan Bugis, shaping factors, character, Bugis noble’s house