Frase nomina adjektiva dan nomina penyukat pada Bahasa Dawan dan tetun di Timor
TAFAIB, Yohanes, Dr. Inyo Yos Fernandez
2007 | Tesis | S2 LinguistikBahasa Dawan (BD) dan Bahasa Tetun (BT) adalah dua bahasa yang berdekatan secara geografis sehingga terjadi bilingualisme antara penutur BD dan BT di daerah perbatasan. Demikian pula, karena secara antropologis, historis dan kultural penutur kedua bahasa tersebut memiliki latar belakang yang sama, maka diasumsikan bahwa masyarakat Dawan penutur BD dan masyarakat Belu penutur BT memiliki relasi sosial dan kultural yang erat, sehingga kedua bahasa tersebut memiliki relasi kekerabatan yang erat pula. Walaupun secara kultural dan sosial hubungan masyarakat dan kekerabatan bahasanya erat, namun perkembangan dan perubahan pola hidup masyarakat berakibat pada berubahnya kedua bahasa tersebut. Hal ini berakibat pada sulitnya penelusuran kajian diakronisnya. Topik kajian pada tesis ini adalah frase nomina adjektiva dan nomina penyukat pada BD dan BT dengan tujuan untuk mendeskripsikan struktur BD dan BT berdasarkan konstruksi FNA, struktur BD dan BT berdasarkan konstruksi NP serta untuk menemukan unsur-unsur kemiripan dan perbedaan pada kedua bahasa. Kajian ini menggunakan teori struktural untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi data-data kebahasaan sesuai struktur satuan lingual yang ada. Data yang sudah diklasifikasi kemudian dideskripsikan untuk menemukan struktur tingkatan bahasa khususnya FNA dan NP pada BD dan BT. Kajian juga menggunakan teori linguistik historis komparatif yang bertujuan untuk menemukan kekerabatan dan perbedaan kedua bahasa berdasarkan ciri-ciri satuan lingual yang ada. Bukti-bukti yang ditemukan menunjukkan bahwa antara BD dan BT memiliki unsur warisan bersama yang dihipotesiskan berasal dari proto yang sama. Data kualitatif memperlihatkan bahwa BT tetap memperlihatkan bentukbentuk relik atau retensi sedangkan BD mengalami inovasi. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui kemiripan morfologis dan kemiripan pada struktur sintaksis misalnya frasa Uim faot feu ‘rumah batu baru’ pada BD dan Uma fatuk fon ‘rumah batu baru’pada BT. Frase tersebut memperlihatkan adanya unsur warisan yaitu uim ‘rumah’ faot ‘batu’ padaBD dan uma ‘rumah’, fatuk ‘batu’ pada BT yang menunjukkan kemiripan dan adanya kekognatan. Namun, kedua frase tersebut juga memiliki perbedaan bentuk karena kata uim dan faot dari BD merupakan bentuk inovasi dari leksem bebas ume dan fatu sedangkan kata uma dan fatuk pada BT merupakan bentuk retensi yang tetap dipertahankan sehingga baik leksem bebas maupun leksem terikat bentuknya sama. Pembentukan NP pada BD dilakukan dengan menambahkan sufiks es, nes, bes, res, ‘se…’yang merupakan perubahan metatesis dari mese ‘satu’yang dilekatkan di belakang nomina seperti bijae ‘sapi’+ res ‘se’> bijaeres ‘sapi se’ (seekor sapi) sedang pada BT pembentukan NP dengan menambahkan kata bilangan ida ‘satu’ di belakang nomina seperti karauk ‘sapi’> karauk ida ‘sapi satu’ (seekor sapi).
The Dawan language (BD) and the Tetun Language (BT) are two different languages which are geographically close to each other. This results in the existence of bilingualism among speakers of the above languages. As speakers of these two languages anthropologically, historically and culturally share the same background, it is assumed that Dawan society who are speakers of BD and Belu society who are speakers of BT culturally and socially closely related therefore it is also assumed that these two languages are also closely related. However, vast and fast development and changes in the way of life of the speakers has resulted in the changes of the language itself which causes difficulty in conducting diachronic research. Topics of this research are adjectival-noun phrases (FNA) and phrases with quantifiers (NP) in both languages with the aim to describe BD and BT grammar based on FNA and NP constructions to find out the similarities and the differences of the two languages. In order to identify and classify language data based on the lingual units, structural theory is used in this study. Classified data are then described to find the level of language structure especially in relation to the FNA and NP in both languages. Historical comparative linguistic theory is also used to find the relation, as well as the similarities and differences, between the two languages based on the lingual units they share. Evidence found shows that the two languages own the same element of retention which then can be hypothesized as being derived from the same proto. Qualitative data shows that BT still retains its relics, but BD innovates. The findings can also be proven by the morphological and syntax resemblances. Uim faot feu in BD and Uma fatuk fon in BT which both mean ‘the new stone house’ Both phrases contains uim ‘house’, faot ‘stone’ in BD and uma ‘house’, fatuk ‘stone’ in BT which show similarity and that they belong to the same cognate. However, both phrases contain differences as uim and faot in BD are innovation of free lexemes, whereas uma and fatuk in BT are free and bound lexemes which are retained. NP in BD is formed by adding suffixes i.e. es, nes, bes, res, ‘se…’ which actually is the result of a change in the order of the sound or metathesis from mese ’one’ at the end of a noun e.g. bijae ‘cow’ + res ‘a’ > bijaeres ‘cow a’ (a cow). NP in BT is formed by adding numeral ida ‘one’ at the end of a noun e.g. karauk ‘cow’ + ida ‘a’ > karauk ida ‘cow a’ (a cow).
Kata Kunci : Frase Nomina Adjektiva dan Nomina Penyukat,Bahasa Dawan dan Tetun,relation, innovation, retention, lingual unit, metathesis