Leksikon untuk Unta dalam Bahasa Arab :: Kajian Etnosemantik
HUMAINI, Arif, Dr. Suhandano, MA
2007 | Tesis | S2 LinguistikPenelitian terhadap leksikon untuk unta ini menggunakan kajian etnosemantik, yakni dengan mengkaitkan gejala bahasa yang ada di dalam bahasa Arab dengan budaya mereka, sebagai upaya untuk mengetahui peranan dan pengaruhnya terhadap pemakaian leksikon untuk unta tersebut dan menjawab pertanyaan mengapa leksikon untuk unta bisa begitu banyak dalam bahasa Arab. Karena adanya kendala jarak, waktu, dan biaya yang menyebabkan tidak bisanya penulis mengunjungi asal bahasa, maka leksikon mengenai unta dalam penelitian ini hanya diperoleh dari bahan pustaka. Data yang terkumpul selanjutnya diklasifikasikan dan dianalisis untuk mengetahui ciri pembeda dari setiap leksikon. Dari hasil analisis, leksikon untuk unta ini dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori, yakni berdasarkan (1) jenis kelamin: unta jantan dilihat dari aspek kejantanannya, unta betina dilihat dari kondisi kehamilan, proses melahirkan, waktu melahirkan, dan juga kondisi anak yang dilahirkan serta waktu kelahirannya; (2) tingkatan usia: (3) fungsi yang terbagi dalam beberapa aspek seperti produksi susu, jenis barang yang diangkut dalam fungsinya sebagai hewan angkut, dan yang ditinggalkan atau tertelantarkan oleh pemiliknya dalam fungsinya sebagai hewan ternak; (4) ciri-ciri fisik seperti tenaga, bentuk tubuh, dan warna kulitnya; (5) kebiasaan atau perilakunya, dalam hal ini ada dua kebiasaan unta yang dapat dilihat yakni kebiasaannya yang suka berkumpul bersama dengan yang lain dan kebiasaannya yang suka minum air yang banyak sekali terutama ketika dalam kondisi haus. Bahasa tidak mungkin bisa terlepas dari budaya, demikian pula sebaliknya. Kedua hal ini merupakan sesuatu yang saling kait mengait dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain. Leksikon-leksikon unta yang beragam tersebut merupakan cerminan dari budaya yang sudah ada di dalam masyarakat Arab. Unta disimbolkan sebagai kekayaan dan kemakmuran bagi orang Arab, oleh karena itulah mereka sangat memperhatikan kondisi unta-unta mereka bahkan sejak sebelum kelahirannya. Orang Arab akan merasa bangga sekali jika memiliki unta-unta yang gagah, kuat, bagus, dan juga menarik. Cerminan lain dari budaya yang berhubungan dengan beragamnya leksikon mengenai unta yakni budaya bangga diri dan foya-foya yang tergambar dalam kegemaran mereka untuk berperang dan berjudi. Unta merupakan kendaraan perang yang sangat penting dan juga hewan pacuan yang dijadikan ajang perjudian. Sedangkan budaya yang lain berkaitan dengan pemanfaatan unta itu adalah sebagai alat angkut, transportasi, ternak, dan sebagainya. Itulah beberapa alasan kenapa pemakaian leksikon unta dalam bahasa Arab sangat beraneka ragam. Selain didorong oleh kebutuhan terhadap unta, budaya dan tradisi yang berkembang di dalam kehidupan mereka juga sangat mempengaruhi pemakaian leksikon unta tersebut.
This special research on lexicon describing camels was carried out by using an ethno-semantics study in which language phenomenon in Arabic was related to the culture, with the aim to find out the role and its influence towards the use of these lexicons as well as to discover the reason why many varieties of lexicon describing this animal are found in Arabic. Due to difficulties encountered during the research which would not allow the researcher to travel to the country, i.e. distance, time and finance, it was decided that resources would be mainly taken from books. Data collected was then classified and analysed especially to find out distinctive features on camels. From the analysis, lexicon describing camels can be classified into categories based on: (1) gender: male camels seen from their masculinity, female camels seen from the conditions of their pregnancy, the process of giving birth, the time of the delivery, and also the condition of the calf as well as the timing of the birth; (2) ages; (3) the benefit e.g. milk production – in terms of milk producers, the types of goods carried – in terms as an animal carrier, whether or not a camel has been abandoned by its owner – in terms of those treated as cattle; (4) physical characteristics e.g. strength, body shapes, and skin color; and (5) the camels’ habit i.e. those who like mingling with other camels and those who like drinking a lot of water when thirsty. Owing to the fact that language and culture are intertwined, studies on these two disciplines cannot be separated from the culture. The existence of the big number of lexicon describing camels shows the culture in Arab community. Camel ownership is identical with and a symbol of wealth and prosperity. This condition has forced Arab people to pay detailed attention to their camels from even before their birth. The Arabs are very proud of their well-built, strong, excellent-conditioned and interesting camels. Other form of cultural phenomenon related to the variety of lexicon describing camels is the Arabs’ lavish life style and their pride which are reflected in their hobbies to gamble and fight. Not only are they important vehicles in wars but camels are also racing animals used as a means of gambling. Other cultural factors related to the use of camels are having them as carriers, vehicles, cattle, etc. These are the prime reasons why there is wide variety in lexicon on camels in Arabic. Not only is it the benefits the Arabs get from camels, but also their culture and tradition that has determined and influenced the usage of these special lexicons.
Kata Kunci : Etnosemantik,Bahasa Arab,Leksikon,Ciri Pembeda, lexicon, ethno-semantic, distinctive feature