Kebatinan dan Keberagaman dalam Paguyuban Tri Tunggal
ALI, Burhan, Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra
2007 | Tesis | S2 Ilmu Perbandingan AgamaPenelitian bertujuan untuk menjawab dua pertanyaan pokok, yakni: (1) Nilai-nilai apakah yang melandasi seluruh kegiatan paguyuban Tritunggal; dan (2), Berdasarkan nilai-nilai tersebut, bagaimanakah pengikut paguyuban memaknai keberagamaan mereka. Penelitian ini menggunakan asumsi teoretis yang memandang kebudayaan sebagai sebuah sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar yang mereka gunakan untuk menginterpretasikan dan sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekelilingnya. Subyek penelitian meliputi para guru, pengikut, serta masyarakat di luar paguyuban Tri Tunggal di Tambak Bayan Yogyakarta. Penelitian ini adalah penelitian etnografis dan pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi partisipatoris. Di samping itu, studi teks terhadap ajaran dan pemberitaan media tentang paguyuban juga dilakukan untuk memperkuat kajian etnografis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada keterkaitan yang erat antara kebatinan dan keberagamaan dalam paguyuban Tri Tunggal. Keterikatan itu ditunjukkan melalui rumusan paguyuban tentang Teologi Kerakyatan, yang berakar pada pandangan dunia kebatinan Jawa. Bagi pengikut paguyuban, rumusan ini mampu mengatasi perbedaan agama, suku, ras, dan kelompok. Nilainilai kebatinan juga mempengaruhi bagaimana agama dan/atau keberagamaan ditafsirkan dalam paguyuban. Agama dipandang dalam dua kategori: agama sebagai ageming aji (pakaian luar) dan agama sebagai hakikat. Agama sebagai hakikat dianggap lebih penting daripada agama yang hanya memperhatikan aspek formal agama. Dalam pengertian ini, agama institusional acapkali dipandang secara negatif sebagai sesuatu yang merepresi hakikat agama itu sendiri. Buah dari hakikat agama tersebut diwujudkan melalui praksis pelayanan penyembuhan, yang menunjukkan sikap penuh keyakinan terhadap Tuhan dan pengejawantahan budi luhur dengan menolong orang lain.
This research aims to seek the meaning of religiosity in Paguyuban Tri Tunggal, one of kebatinan groups in Yogyakarta, and tries to answer two main questions, those are: (1) What are the foundational values of paguyuban Tri Tunggal; and (2), Based on those values, how the followers of Paguyuban Tri Tunggal interpret their religiosity. This research is an ethnographic survey of the behavior and teachings of Paguyuban Tri Tunggal which uses a theoretical assumption that perceives culture as a system of knowledge acquired by man through the process of learning that they use to interpret and at the same time to build strategies facing their environment. The subject of the research includes teachers, disciples, followers, and people who live in the environment. Data collection is conducted through indepth interviews, participatory observation and literary research which strengthen the field research results. The research finding shows that there is a close relation between kebatinan and religiosity in Paguyuban Tri Tunggal. The relation is emphasized by the formulation of Teologi Kerakyatan, rooted in Javanese kebatinan, in the paguyuban to surpass the limitation of religion, ethnic, race, or group. These kebatinan values in turn influence how religion and/or religiosity are interpreted within the paguyuban. Religion is seen by the followers within two categories: as an outfit (ageming aji) which is sometimes in opposition to the second category, the essence, or religiosity which transcends the boundaries of institutional religions, races, ethnics, and/or groups. This religiosity of the paguyuban is manifested by the followers of paguyuban in the praxis of healing which employs a holistic approach derived from different religious and cultural traditions. The healing reflects an unshakeable belief in God and the implementation of the noble value of healing people.
Kata Kunci : Kebatinan,Paguyuban Tri Tunggal