Laporkan Masalah

Berbalas pantun dalam pernikahan :: Suatu kajian tindak tutur bahasa Melayu Sanggau, Kalimantan Barat

KAMALIANA, Fitria, Prof.Dr. I Dewa Putu Wijana, MA

2007 | Tesis | S2 Linguistik

Berbalas pantun yang biasa digunakan masyarakat Melayu dalam pernikahan merupakan bentuk ujaran yang tidak biasa, yaitu percakapan menggunakan puisi quatrain dengan rima a-b-a-b. Mengingat semua ujaran mempunyai tindak tutur, kemungkinan berbalas pantun juga memiliki tindak tutur. Namun, belum diketahui apakah tindak tutur berbalas pantun sama atau berbeda dengan tindak tutur kalimat biasa. Disamping itu, tindak tutur berbalas pantun pernikahan pasti membawa kearifan lokal masyarakat yang menggunakannya, salah satunya adalah masyarakat Melayu Sanggau di Kalimantan Barat yang berkebudayaan Melayu, dan menuturkan bahasa yang statusnya masih menjadi perdebatan apakah termasuk bahasa Melayu atau bahasa Dayak. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan merekam ujaran, mentranskripsikannya secara fonetis, mengklasifikasikannya sesuai dengan jenis acara berbalas pantun pernikahan, dan kemudian menganalisis struktur, tindak tutur, dan kearifan lokal yang ada di dalamnya. Pada akhirnya, penelitian ini menghasilkan pemaparan mengenai struktur berbalas pantun pernikahan masyarakat Melayu Sanggau. Struktur itu berupa berbalas pantun searah, dimana penjual (utusan laki-laki) maupun pembeli (utusan perempuan) memiliki satu kesempatan saja untuk mengujarkan rangkaian pantun jual dan beli. Satu rangkaian pantun jual memiliki bagian pembuka, isi dan penutup. Pantun beli memiliki bagian yang sama dengan bagian pantun jual. Bila pantun jual memiliki bagian pembuka, isi dan penutup, maka pantun beli juga mengandung tiga bagian itu. Demikian halnya, bila pantun jual mengandung isi dan penutup saja, pantun beli juga mengandung isi dan penutup. Tindak tutur yang ada dalam rangkaian pantun jual dan beli terdiri dari satu tindak tutur utama dan beberapa tindak tutur penunjang. Tindak tutur utama sesuai dengan maksud kedatangan utusan. Dari berbalas pantun pernikahan masyarakat Melayu Sanggau bisa diketahui idealisme kepribadian mereka dan budaya lokal kehidupan sosialnya. Selain itu, dari situasi lingual yang digambarkan dalam berbalas pantun pernikahan memperlihatkan kemungkinan bahwa bahasa Sanggau mendapat pengaruh besar dari Bahasa Melayu dari sisi leksikonnya, sedangkan hal-hal yang sulit berubah, seperti fonologi dan morfologi, tidak berubah.

Berbalas pantun that usually used by Malay people in weddings is an unordinary speech, that is a conversation used quatrains with a-b-a-b rhyme. Considering that every utterance contains speech acts, may berbalas pantun has them too. But, it hasn’t known whether berbalas pantun has same speech acts with common sentences or not. Besides that, speech acts of berbalas pantun brings local knowledge of societies that use it, one of them is Sanggau-Malay people in West Borneo that use Malay culture, and they use a language that the status is still debated whether it is Malay or Dayak. This research used descriptive qualitative method. In collecting data, researcher recorded utterances, transcript them phonetically, classified them based on kinds of berbalas pantun ceremonies, then she analyzed its structure, its speech acts and its local knowledge. Finally, this research results a description about the structure of berbalas pantun in Sanggau-Malay people’s weddings. The structure is one-direction replication structure, that a pantun seller (a speaker from the groom) and buyer (a speaker from the bride) utter a series of pantun in a chance. The series of pantun which uttered by the buyer has same parts towards a series of pantun which uttered by the seller previously. It means that if the seller brought a series of pantun that contains main part and the closing, the buyer had to utter the main part and the closing also, he is not allowed to add uttering the opening. Every series of pantun that uttered by a seller and a buyer has one main speech act and some supporting speech acts. The main speech act is similar to the intension of the speaker’s attendance. From berbalas pantun that used by Sanggau-Malay people in weddings, their characteristic idealism and their local culture in social live can be seen. On the other hand, from the lingual situation that presented in berbalas pantun described a possibility that Sanggau Language influenced greatly by Malay Language in its lexicons, whereas some things that difficult to change, such as its phonology and its morphology, were not changed.

Kata Kunci : berbalas pantun, tindak tutur, Bahasa Melayu Sanggau, masyarakat Melayu Sanggau, speech acts, Sanggau-Malay Language, Sanggau-Malay people


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.