Pelayanan HIV/AIDS di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
PURWANINGTIAS, Andris, dr. Mubasysyir Hasanbasri, MA
2007 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat (Kebij. dan Manaj. PeLatarbelakang: Rumah sakit merupakan instansi kesehatan yang berperan penting untuk melawan penyebaran HIV/AIDS. Tetapi sering kali rumah sakit melakukan diskriminasi terhadap pasien HIV/AIDS, dengan tidak mau menerima mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dikarenakan belum siapnya rumah sakit untuk menyediakan pelayanan. Rumah sakit sebagai penyedia jasa dalam hal ini pelayanan HIV/AIDS yang menyeluruh dan berkesinambungan, dituntut untuk siap dan menyediakan pelayanan yang bermutu dengan ditunjang kesiapan sumber daya manusianya dan ketersediaan fasilitas pendukung. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui bagaimana respon RSUP Dr. Sardjito dalam memberikan pelayanan HIV/AIDS termasuk untuk mengetahui bagaimana strategi manajemen rumah sakit dan sejauh mana kapasitas tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan serta jenis-jenis pelayanan apa saja yang tersedia. Metodologi: Jenis penelitian adalah penelitian studi kasus eksploratif dengan rancangan deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yaitu melalui wawancara terstruktur, cek dokumen dan observasi. Pengambilan data dilakukan mulai Bulan Januari hingga Bulan Februari tahun 2007. Hasil Penelitian: Pengembangan pelayanan HIV/AIDS di RSUP Dr. Sardjito mengalami perkembangan pesat setelah dibukanya Klinik Edelweis sebagai pintu utama pelayanan HIV/AIDS pada tahun 2005. Pelayanan yang diberikan mulai dari pelayanan pro mosi hingga rehabilitasi. Jenis pelayanan meliputi: voluntary counseling and t esting (VCT), care support and treatment (CST), perevention of mother to child HIV transmission (PMTCT), TB-HIV, infeksi menular seksual, dan pelayanan penunjang, yang meliputi p elayanan gizi, laboratorium, radiologi, dan pencatatan dan pelaporan. Ketersediaan pelayanan di RSUP Dr. Sardjito atas bantuan dana dari Global Fund for AIDS, Tuberculosis and Malaria (GFATM) dan bekerjasama dengan institusi kesehatan internasional. Petugas kesehatan mengikuti training yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan tentang penyediaan pelayanan HIV/AIDS secara berkala. RSUP Dr. Sardjito bekerjasama dengan Komite Penanggulangan AIDS di pusat maupun di daerah, GFATM, kerjasama lintas sektoral dengan unit-unit pelayanan di luar rumah sakit, dan bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat. Pengelolaan kasus di rumah sakit dilakukan oleh masing-masing unit tetapi dengan berkonsultasi dengan panitia penanggulangan HIV/AIDS. Kesimpulan dan Saran: Respon Rumah Sakit Dr. Sardjito terhadap HIV/AIDS mengikuti kekuatan dari stakeholder nasional dan internasional. Penguatan stakeholder rumah sakit merupakan fokus kebijakan yang penting untuk masa depan.
Background: A hospital is a health institution which has an important role in overcoming HIV/AIDS infection. However, hospitals often discriminate HIV/AIDS patients by refusing to provide health service due to the fact that they are unprepared to such service. As providers of comprehensive and sustainable HIV/AIDS service, hospitals have to be well prepared and provide quality service with the support of competent human resources and supporting facilities available. Objective: To find out the response of Dr. Sardjito Hospital in providing HIV/AIDS service, strategies of hospital management, health staff's capacity in service provision and types of service available. Method: This was an explorative case study with descriptive qualitative design. Methods of data collection were structured interview, document checking and observation. Data were collected from January to February 2007. Result: HIV/AIDS service at Dr. Sardjito Hospital had developed extensively after the establishment of Edelweiss Clinic as the main gate of HIV/AIDS in 2005. The service ranged from health promotion to rehabilitation, including voluntary counseling and testing (VCT), care support and treatment (CST), prevention of mother to child HIV transmission (PMTCT), tuberculosis-HIV, sexually transmitted infection and support services such as nutrition, laboratory, radiology, recording and reporting. The service was made possible by the financial aid of Global Fund for AIDS, Tuberculosis and Malaria (GFATM) in cooperation with international health institutions. Health staff got periodic training on HIV/AIDS service provision conducted by the Ministry of Health. Dr. Sardjito Hospital worked in cooperation with AIDS prevention committee either at the national or local level. GFATM worked across sec tors with service units outside hospital and non government organizations. The management of cases in the hospital was done by each unit under the supervision of HIV/AIDS prevention committee. Conclusion and Suggestion: The response of Dr. Sardjito Hospital to HIV/AIDS depended on national and international stakeholders. Strengthening stakeholders of hospitals should become important focus of policies in the future.
Kata Kunci : Layanan Kesehatan,HIV/AIDS,Rumah Sakit, hospitals, HIV/AIDS, health staff, people living with HIV/AIDS