Perbandingan pemberian asam Tyrode terhadap kejadian Hatching pada fertilisasi in vitro dengan menggunakan model mencit

PANJAITAN, Kalber Kifli, Prof.dr. Djaswadi Dasuki, MPH.,PhD.,SpOG(K)

2007 | Tesis | PPDS I Obstetri dan Ginekologi

Latar belakang: Kemajuan dalam teknologi reproduksi bantuan belum dapat meningkatkan keberhasilan implantasi yang memuaskan. Penyebab yang mendasari hal ini masih terus diteliti. Kemampuan embrio untuk berkembang dan berimplantasi berhubungan dengan kualitas gamet dan karateristik intrinsik embrio seperti keadaan kromosom dan kualitas sitoplasma masih terus diteliti. Kenyataannya beberapa embrio dengan kromosom normal dengan perkembangan yang baik ternyata gagal untuk mengadakan implantasi. Hal ini disebabkan oleh kesulitan untuk keluar dari zona pelusida atau yang disebut hatching Tujuan penelitian: Membuktikan keberhasilan hatching blastocyst dengan assisted hatching menggunakan larutan asam Tyrode lebih tinggi dibandingkan dengan spontaneous hatching. Rancangan penelitian: Studi Observasional Intervensi: Assisted hatching Hasil: Stimulasi ovarium didapatkan 151 oosit dengan oosit matur 128 oosit (84,7%), immature (9,93%), atretik 3 (1,98%), fragmented oosit (3,31%). Pada 64-68 jam pasca penyuntikan HCG hanya tinggal 97 oosit yang memenuhi kriteria inklusi, assisted hatching dikerjakan pada 34 oosit sedangkan spontaneous hatching 63 oosit. Pada 148-150 jam pasca penyuntikan HCG, kejadian hatched blastocyst pada kelompok assisted hatching (asam Tyrode) dibandingkan spontaneous hatching tidak bermakna (p>0,05; RR=0,64; 95%CI=0,29-1,43), artinya kejadian hatching pada kelompok spontaneous hatching lebih besar 1,8 kali dibandingkan assisted hatching. Pada 126-128 jam pasca penyuntikan HCG, kejadian hatching blastocyst dengan assisted hatching (asam Tyrode) sebesar 17,2% dibandingkan spontaneous hatching 70,2% dan bermakna secara statistik (p<0,05; RR=0,36; 95%CI= 0,16-0,81). Perbandingan perkembangan embrio 124-126 jam dan 104-106 jam pasca penyuntikan HCG sampai mencapai stadium morula dan blastula ternyata bermakna secara statistik (p<0,01; RR=0,64; 95% CI = 0,48-0,86 dan p<0,05; RR=0,69; 95%CI=0,4-1,16) Simpulan: Assisted hatching dengan asam Tyrode tidak meningkatkan keberhasilan hatching blastokista, hal ini kemungkinan oleh karena pengaruh lamanya embrio berada di luar inkubator.

Background: Despite recent advances in assisted conception tecniques, implantation rates remain low. The underlying cause of this is still obscure. The ability of embrio for development and implantation related to the quality and intrinsic characteristic of embrio such as cromosom and quality of citoplasma. In fact that there is embrio with good quality and development stiil failed for implantation. This condition caused by zona pellucida. The blastocyst filed for hatching. Objective: The aim of this study is to prove that assisted hatching with Tyrode’s acid solution might increase hatching blastocyst. Design: A prospective experimental study using mice model Intervention: Assisted hatching Results: From ovarian stimulation we had 151 oocytes and only 97 embryo with inclusion criteria. From 97 oosit, we performed assisted hatching 34 embryo. At 148-150 hours after injection, assisted hatching were not significantly increased hatched blstocyst than spontaneous hatching (p>0,05; RR=0,64; 95%CI=0,29-1,43). Hatching rate on 126-128 hours post injection of HCG in assisted hatching group was 17,2% compared with spontaneous hatching 70,2% but it was significantly statistic (p<0,05; RR=0,36; 95%CI=0,16-0,81. Embryogenesis until morula and blastocyst stage at 104-106 and 126-128 hours were significant (p<0,01; RR=0,64; 95%ci= 0,48-0,86 dan p<0,05; RR=0,69; 95%CI=0,4-1,16). Conclusion: Assisted hatching using Tyrode’s acid solution did not increase hatching rates of blastocyst. The caused were the embryo was taken time too long out site the incubator.

Kata Kunci : Fertilisasi In Vitro,Assisted Hatching,Asam Tyrode