Laporkan Masalah

Isolasi, seleksi dan identifikasi bakteri asam laktat dan aplikasinya pada pengawetan limbah udang sebagai komponen ransum domba

YASIN, Ismail, Promotor Prof.Dr.Ir. Zaenal Bachruddin, M.Sc

2006 | Disertasi | S3 Ilmu Pertanian

Penelitian Tahap Pertama Isolasi, seleksi dan identifikasi BAL Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bakteri penghasil laktat unggul sebagai starter fermentasi anaerobik tepung limbah udang, dengan mengisolasi dan menyeleksi bakteri asam laktat. Isolasi dilakukan dengan menumbuhkan feses sapi perah yang baru lahir sebagai sumber mikrobia pada medium MRS dalam suasana anaerobik dan diinkubasi pada suhu 39oC selama 24 jam. Sebanyak 25 isolat yang diperoleh kemudian diseleksi berdasarkan produksi asam laktat dan nilai pH yang dicapai. Berdasarkan uji tersebut terdapat satu isolat terbaik yaitu isolat nomor 12 (BAL12) dengan kadar asam laktat 16,38% dan pH 3,74. Spesifikasi isolat tersebut yaitu katalase negatif homofermentatif, gram positif dan berbentuk batang. Berdasarkan uji identifikasi maka dapat disimpulkan isolat BAL12 adalah lactobacillus plantarum. Penelitian Tahap Kedua Pengaruh Penambahan Sumber Karbohidrat Mudah Larut Terhadap Kualitas dan Ketahanan Aerobik Silase Tepung Limbah Udang dengan Starter Isolat Bakteri Asam Laktat BAL12 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan sumber karbohidrat mudah larut terhadap kualitas dan ketahanan aerobik silase tepung limbah udang dengan starter bakteri asal laktat BAL12. Sumber karbohidrat mudah larut yang ditambahkan pada fermentasi tepung limbah udang adalah tepung gaplek, dedak halus dan tetes, dengan perbandingan tepung limbah udang dan sumber karbohidrat mudah larut 70 : 30. Penelitian ini dilakukan dengan satu kontrok (K) yang merupakan 100% tepung limbah udang dan tiga perlakuan adalah TLU + Tepung gaplek (P1), TLU + dedak halus (P2) dan TLU + tetes (P3). Masing-masing perlakuan dan kontrol mendapat penambahan starter BAL12 sebanyak 10% dari bahan kering, kadar air silase 60% dan dilakukan pemeraman selama 14 hari dalam fermentor secara anaerobik. Data pH, kadar asam laktat, BK, BO silase diambil pada hari ke nol dan hari keempat belas, serta hari ke nol ketiga dan ketujuh silase yang disimpan secara aerobik. Data fermentasi dilakukan uji dengan analisis statistik dengan rancangan Complete Randomized Design (CRD), dan data penyimpanan silase secara aerobik diuji dengan ranca acak lengkap pola faktorial dan bila terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kadar asam laktat dan pH untuk P1, P2 dan P3 menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05) dibandingkan kontrol, namun diantara perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Kadar asam laktat P1, P2, P3 dan K adalah 47,11%, 47,39%, 47,0% dan 0,11%. pH untuk P1, P2, P3 dan K adalah 6,71, 6,85, 6,87 dan 7,45. Kadar BO P1, P2, P3 dan K adalah 48,52% BK, 48,54% BK, 42,32% BK dan 30,82% BK. Penyimpanan aerobik kadar asam laktat dan pH untuk P1, P2 dan P3 menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) dibandingkan dengan kontrol, serta P1 dibandingkan dengan P2 namun P1 dibandingkan P3 tidak menunjukkan perbedaan nyata. Kadar asam laktat P1, P2, P3 dan K adalah 2,93% BK, 1,49% BK, 3,48% BK dan 0,80% BK. Rata-rata pH P1, P2, P3 dan K adalah 7,03, 7,22, 6,96 dan 8,08. Lama penyimpanan aerobik kadar asam laktat dan pH untuk hari ke-3 dan 7 menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan K. Namun antara hari ke-3 dan hari ke-7 tidak menunjukkan perbedaan rata-rata kadar asam laktat untuk penyimpanan aerobik. Hari ke-0, 3 dan 7 adalah 6,99% BK, 7,44% BK, dan 7,55% BK. Rata-rata pH untuk penyimpanan aerobik hari ke-0, 3, dan 7 adalah 6,99, 7,44 dan 7,55. Rata-rata kadar BK untuk perlakuan P1, P2, P3 dan K adalah 44,07%, 46,46%, 45,44% dan 43,90%. Rata-rata kadar BK hari ke-0, 3, 7 adalah 45,71%, 45,68% dan 43,52%. Rata-rata BO adalah untuk perlakuan P1, P2, P3 dan K adalah 50,86% BK, 49,87% BK, 45,49% BK, dan 32,20% BK. Rata-rata kadar BO hari ke-0, 7, dan 7 adalah 44,74% BK, 45,20% BK dan 43,70% BK. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan berbagai sumber karbohidrat mudah larut dan penambahan BAL memberikan hasil yang baik pada kualitas silase dibandingkan dengan tanpa penambahan sumber karbohidrat mudah larut, serta dapat menjaga kestabilan aerobik sampai hari ke-3 setelah pembukaan fermentor. Penelitian Tahap Ketiga APLIKASI TLU FERMENTASI SEBAGAI KOMPONEN PAKAN DOMBA Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi kecernaan BK, BO, pertambahan berat badan dan profil darah dari penggunaan tepung limbah udang fermentasi pada ransum domba jantan lokal. Dua belas ekor domba lokal jantan dengan berat badan 15 sampai 21 kg dibagi dalam dua perlakuan dengan serta kontrol tanpa penambahan tepung limbah udang, kelompok perlakuan pertama penambahan tepung limbah udang yang tidak difermentasi 10% (P1) dan kelompok kedua penambahan tepung limbah udang fermentasi 10% (P2). Pemberian pakan dalam BK sebanyak 4% dari berat badan dengan perbandingan rumput gajah dan konsentrat 50% : 50%, dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore hari. Data konsumsi dan kecernaan BKBO dianalisis varians dengan menggunakan Anova Complete Ranomized Design (CRD) pola searah dengan uji DMRT untuk hasil yang berbeda nyata dengan bantuan Microsoft Excel. Serta pertambahan berat badan dianalisis kovariansi dengan berat badan sebagai kovariat (Astuti, 1994). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian tepung limbah udang fermentasi 10% memberikan pengaruh yang nyata (P > 0,05) terhadap konsumsi BK, BO, kecernaan BK, BO dan PBBH dibandingkan dengan penambahan tepung limbah udang yang tidak difermentasi 10% dan tanpa penambahan tepung limbah udang (700,89 vs 659,92 dan 516,28 g/hr), BO (681,26 vs 521,83 dan 516,28 g/hr). Kecernaan BK (67,55 vs 51,82 dan 56,45%), BO (73,87 vs 57,53 dan 56,45%) dan PBBH (164,87 vs 103,57 dan 101,19 g/hr/ekor). Rata-rata profil darah yang meliputi eritrosit (jt/mm3) untuk P1 P2 dan K adalah 9,15, 9,66, dan 9,56. Leukosit (rb/mm3) untuk P1 P2 dan K 10987,50, 9787.50 dan 8000,00. HB (%) untuk P1 P2 dan K adalah 8,77, 10,20 dan 8,62, PCV (%) untuk P1 P2 dan K adalah 24,00, 26.75 dan 25.00, Neutrofil (%) untuk P1 P2 dan K adalah 23,00, 23,50, dan 21,00. Limfosit (%) untuk untuk P1 P2 dan K adalah 8,50, 16,00 dan 8,50. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan tepung limbah udang fermentasi 10% dalam ransum domba jantan lokal meningkatkan kecernaan, konsumsi BKBO dan pertambahan berat badan harian dibandingkan dengan penambahan tepung limbah udang yang tidak difermentasi 10% dan kontrol.

First Stage Research Isolation, selection and identification BAL Research was aimed to obtain bacterial resulting eminent lactate as the starter of anaerobic fermentation of shrimp waste flour by isolating and selecting the lactate acid bacterial (BAL). The isolation was carried out by growing the faeces of new-born milk cow as the source of microbial in MRS medium in anaerobic condition and incubated in 39oC within 24 hour. Twenty five isolate obtained then selected based on the production of lactate acid and pH value reached. Based on this test, there was the best isolate, isolate number 12 (BAL12) with lactate acid content of 16.38% and pH of 3.74. The specification of isolate was negative catalyses of homofermentative (resulting only lactate), gram positive and in the form of rod. Base on the identifical data obtain, the BAL12 is Lactobacillus plantarum Second Stage Research The Effect of the Addition of Soluble Carbohydrate Source on the Quality and the Aerobic Endurance of Silage Made From Shrimp Waste Flour Using Starter of Lactate Acid Bacteria Isolate BAL12 This research aims at finding out the effect of the addition of soluble carbohydrate source on the quality and the aerobic endurance of silage made from shrimp waste flour using starter of lactate acid bacteria isolate BAL12. The soluble carbohydrate source added in fermentation of shrimp waste flour is cassava flour, fine bran, and molasses whose ratio of shrimp waste flour to soluble carbohydrate source is 70: 30. The research is conducted by using one control (K), which is 100% of shrimp waste flour, and three treatments: TLU + cassava flour (P1), TLU + fine bran (P2), and TLU + molasses (P3). Each treatment and control get the addition of starter BAL12 approximately 10% of dry matters, 60% water content of silage, and all are fermented for 14 days in an aerobic fermentor. Data of pH and lactate acid, BK, BO, and PK contents of silage was taken in days of 0 and of 14 and days of 0, of 3, and of 7 of silage kept in an aerobic storage. The data of the fermentation are tested by using statistical analysis with Complete Randomized Design (CRD), and the data of the aerobic storage with Factorial Complete Randomized Design, and when there is significant difference Duncan Multiple Range Test (DMRT) will be done. The result of the research indicates that the addition of soluble carbohydrate sources can give better results in quality of silage made from shrimp waste flour than the result in the control group. The result of the statistical analysis shows that the content of lactate acid and pH for P1, P2, and P3 in the treatment group shows significant effect (P<0.05) than in the control group. The aerobic storage of silage in K shows that P1 and P2 increase (P<0.01), while P3 does not show significant effect (P>0.05). Lactate acid content in K and P1 do not indicate significant effect (P>0.05), while in P2 and P3 show significant effect (P<0.05). BK content in P2 shows significant effect (P<0.01). BO content does not show significant effect (P>0.005). Based on the research, it can be concluded that the addition of soluble carbohydrate source and of BAL result in a better quality of silage, compared with the treatment without the addition of soluble carbohydrate source, and the addition of both can keep aerobic stability until day of 3 after the opening of fermentor. Keywords: Silage, TLU, Cassava Flour, Rice Bran, Molasses, Lactate Acid Bacteria. Third Stage Research The Application of Fermented Shrimp Meal As Sheep Feed This research aims at finding out the digestibility of BK, BO, the growth of body weight, and the profile of blood after the use of fermented shrimp waste flour in the rations of local male sheep. All twelve local male sheep with the average body weight of 19.0 ± 21 kg were distributed into two treatment groups and a control group without the addition of shrimp waste flour. In the first treatment group, the addition of non-fermented shrimp waste flour is 10% (P1), while in the second treatment group the addition of fermented shrimp waste flour is 10% (P2). The feeding in BK is 4% of body weight whose ratio of elephant grass to concentrate is 50%:50%, done twice a day at morning and afternoon. Data on the consumption and the digestibility of BK, BO are analyzed using Anova Complete Randomized Design (CRD), a one-way pattern with the DMRT test for different results using Microsoft Excel. The growth of body weight is analyzed with the body weight as covariate. The result of statistical analysis indicates that the addition of fermented shrimp waste flour of 10% shows significant effect (P>0,05) on the consumption of BK, BO, the digestibility of BK, BO, and PBBH, compared with the addition of nonfermented shrimp waste flour of 10% and without the addition of shrimp waste flour (the control group). The average profile of blood including erythrocyte, leukocyte, HB, PCV, Neutrophile, Lymphocyte, is indeed at normal range. Based on the result, it can be concluded that the addition of fermented shrimp waste flour of 10% in the rations of local male sheep can increase the digestibility and the consumption of BK, BO, and the daily growth of body weight compared with the addition of non-fermented shrimp waste flour of 10% and the control group.

Kata Kunci : Pakan Ternak,Limbah Udang,Ransum Domba, Faeces of Calves, Fermentation, Lactic Acid Bacteria,Silage, TLU, Cassava Flour, Rice Bran, Molasses, Lactate Acid Bacteria., In Vivo Digestibility, Penisitum purperum, Fermented Shrimp Waste Flour, Sheep)


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.