Kesesuaian lahan gambut Ombrogen untuk tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis, Jacq) berdasarkan indeks lahannya
WINARNA, Dr.Ir. Bambang Hendro Sunarminto, SU
2007 | Tesis | S2 Ilmu TanahPenelitian untuk mengetahui kesesuaian lahan gambut ombrogen untuk tanaman kelapa sawit yang didasarkan atas nilai indeks lahannya telah dilakukan di 19 lokasi yang tersebar di beberapa perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut di wilayah kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Dari penelitian ini diharapkan juga akan diperoleh hubungan komponen-komponen lahan gambut dengan produksi kelapa sawit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara indeks lahan gambut dengan produksi kelapa sawit, dimana produksi kelapa sawit akan meningkat dengan meningkatnya indeks lahan gambut. Berdasarkan hubungan tersebut, dapat disusun klasifikasi kesesuaian lahan gambut untuk kelapa sawit berdasarkan indeks lahan, yaitu menghasilkan kelas lahan S1 dengan produksi >21 ton TBS/ha/th pada kisaran indeks lahan 59 – 91, kelas lahan S2 dengan produksi 15,4 – 21,0 ton TBS/ha/th pada kisaran indeks lahan 33 – 58, kelas lahan S3 dengan produksi berkisar 10,0 – 15,3 ton TBS/ha/th pada kisaran indeks lahan 7 – 32, dan kelas N1 dan N2 dengan produksi <10,0 ton TBS/ha/th pada kisaran indeks lahan <7. Di daerah penelitian dimana kondisi iklim seperti curah hujan, bulan kering, dan temperatur bukan merupakan faktor pembatas, produksi kelapa sawit di lahan gambut memiliki hubungan korelasi dengan kematangan gambut, kedalaman gambut, kandungan bahan kasar, kadar abu, kedalaman sulfidik, dan pH tanah. Selanjutnya, berdasarkan evaluasi karakteristik lahan dan klasifikasi kesesuaian lahan dengan mempertimbangkan nilai indeks lahan dan produksi kelapa sawit diperoleh pengelompokan lahan gambut berdasarkan potensinya untuk budidaya tanaman kelapa sawit, yaitu lahan gambut berpotensi tinggi dengan produksi berkisar 22,07 – 23,08 ton TBS/ha/th, lahan gambut berpotensi sedang dengan produksi berkisar 17,29 – 20,49 ton TBS/ha/th, dan gambut berpotensi rendah dengan produksi berkisar 10,66 – 14,80 ton TBS/ha/th. Potensi produksi dimaksud adalah rerata produksi TBS periode umur tanaman 6 – 10 tahun.
The study of ombrogenous peatland suitability for oil palm based on land index have been carried out on 19 location distributed in several oil palm plantation in Labuhan Batu, North Sumatera. From this study, we can also know the relationship between peatland components with oil palm production. The result shows that a good relation between oil palm production and land index of peat, where the production will increases similarly by peat land index increases. Based on this relationship, we can classified the peatland based on the land index, class S1 (potentialy production at least 21 ton FFB/ha/yr) with range of land index 59 – 91; class S2 (production potential between 15,4 – 21,0 ton FFB/ha/yr) with range of land index 33 – 58; class S3 (production potential level between 10,0 – 15,3 ton FFB/ha/yr) with range of land index 7 – 32; and class N1/N2 (production potential less than 10,0 ton FFB/ha/yr) with land index <7. This study take place in the area where rainfall, dry month, and temperature were no as limiting factor for oil palm production, but it depends on peat materials decomposition level, peat depth, rough material content, ash content, sulfidic present, and soil pH. Based on land characteristics evaluation, land suitability classification, peatland index,and oil palm production shows the peat grouping based on it potential for oil palm cultivation. The first, the high potential peatland with range production 22,07 – 23,08 ton FFB/ha/yr. Second, the medium potential peatland with level of production between 17,29 – 20,49 ton FFB/ha/yr, and the low potential peatland with production level between 10,66 – 14,80 ton FFB/ha/yr. This level of production is shows by FFB on age 6 – 10 year periode.
Kata Kunci : Lahan Gambut,Kelapa Sawit, Land sutability, ombrogenous peatland, oil palm