Laporkan Masalah

Keterlibatan terapi obat anti epilepsi sebagai faktor prediktor kualitas hidup penderita epilepsi

PAMUNGKAS, Muhammad Tri Wahyu, Prof.dr. Harsono, Sp.S(K)

2007 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran Klinik

Latar belakang: Epilepsi sebagai penyakit kronis akan mempunyai dampak psikososial pada pasien, yaitu, stigma (social label), harga diri yang rendah, kurangnya kemandirian, keterbatasan aktivitas, tidak memperoleh pekerjaan, ketergantungan pada obat anti epilepsi (OAE) sehingga perilaku penderita epilepsi berubah dan akan mempengaruhi kualitas hidup penderita epilepsi. Pemberian OAE seawal mungkin untuk pasien disamping akan memperbaiki frekuensi kejang sehingga kualitas hidupnya membaik, tetapi juga menyebabkan kekuatiran efek samping obat yang diminum yang akan menurunkan kualitas hidupnya. Terdapat kontroversi apakah pemberian OAE awal akan memperbaiki atau memperburuk kualitas hidup penderita epilepsi. Tujuan: menghitung korelasi antar rerata mean skor kualitas hidup (QOLIE-31) antara pasien epilepsy yang terlambat diterapi dengan OAE dibandingkan yang tidak terlambat diterapi dengan OAE. Metode: Studi Potong Lintang. Subyek penelitian adalah pasien nyeri epilepsi usia ≥ 18 tahun yang terdiagnosis epilepsi di poliklinik saraf RS Dr. Sardjito Yogyakarta dan RS Jaringan Pendidikan. Faktor prediktor utama yang diperhitungkan adalah pasien dengan keterlambatan terapi OAE (≥ 10 kali serangan) dan tidak terlambat terapi OAE (< dari 10 kali serangan). Outcome yang dinilai adalah nilai skor kualitas hidup yang diukur dengan QOLIE-31 yang disesuaikan.

Background: Epilepsy as a chronic disease will cause psychosocial impact to the patients such as stigma (social label), low self esteem, lack of independency, limitation of activities, unable to obtain job, and dependency to Anti-epileptic Drugs (AED), which all can cause behavioral change and also influence daily quality of life on epileptic patients. Early administration of AED will not only improve the seizure frequency but also quality of life as well. There are controversies towards early administration of AED whether it will improve or even worsen the quality of life of epileptic patients. Purpose: to evaluate the correlation of mean Quality of Life Score (QOLIE-31) between groups of patients who underwent delayed therapy and those who underwent undelayed therapy using antiepileptic drugs Method: A cross sectional study. Subjects were epileptic patients ≥ 18 years of age who were diagnosed with epilepsy in Neurological Outpatient Clinic Dr. Sardjito Hospital and Network Hospitals. Main calculated predicting factors were patients with delayed therapy (≥ 10 attacks) and undelayed therapy (< 10 attacks). Evaluated outcome was the value of adjusted QOLIE-31.

Kata Kunci : Epilepsi,Terapi Obat,Kualitas Hidup, epilepsy, delayed anti-epileptic drugs therapy, quality of life


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.