Pengelolaan sampah swakelola :: Studi kasus Kampung Sukunan, Banyuraden, Gamping, Sleman, daerah Istimewa Yogyakarta
ISTANTA, Ir. Haryadi, M.Arch.,Ph.D
2006 | Tesis | Magister Perencanaan Kota dan DaerahAdanya peningkatan jumlah timbulan sampah yang tidak sebanding dengan penambahan tenaga, sarana, prasarana dan biaya, timbul masalah pengelolaan sampah baik pada tahap pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Perlu diupayakan penanganan sampah sedekat mungkin dengan sumbernya, salah satunya dengan konsep nir sampah (zero waste). Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menjelaskan dan membuktikan bahwa sistem pengelolaan sampah swakelola Sukunan dapat mengelola sampah setempatnya dengan baik; (2) mengetahui faktorfaktor penyebab berhasilnya pengelolaan sampah di Sukunan; dan (3) mengetahui kemungkinan dan syarat-syarat replicability sistem ini di tempat lain. Hasil analisis diperoleh lima kesimpulan pokok. Pertama, pengelolaan sampah swakelola di Sukunan termasuk dalam kategori yang baik tetapi belum termasuk dalam kampung zero waste. Kedua, faktor-faktor yang menyebabkan berhasilnya pengelolaan sampah di Sukunan: (1) masalah sampah sudah dirasakan oleh sebagian besar warga; (2) masyarakat sadar bahwa sampah harus dikelola dengan benar, (3) adanya agen perubah dan merupakan warga Sukunan sendiri; (4) adanya peran dari Lea Jellinek, (5) dukungan stakeholder kampung; (6) warga selalu dilibatkan secara aktif mulai dari perencanaan, implementasi dan evaluasi, dan (7) peran organisasi pengelolaan sampah yang ada. Ketiga, ada korelasi bermakna antara penghasilan, pendidikan, sosial budaya dan organisasi terhadap pengelolaan sampah yang dikukan. Keempat, manfaat pengelolaan sampah swakelola antara lain: (1) tercipta lingkungan kampung yang indah dan sehat; (2) masyarakat tak bingung lagi mengelola sampahnya; (3) tidak perlu membayar retribusi sampah; (4) terbentuk kebiasaan mengelola sampah yang benar sejak dini; (5) tambahan penghasilan; (6) memperpanjang usia TPA sampah; (7) meringankan beban pemerintah; dan (8) mengurangi efek pembakaran sampah. Kelima, pengelolaan sampah model Sukunan dimungkinkan untuk diterapkan di tempat lain. Adanya prakarsa dari suatu komunitas baik RT, RW, maupun kampung untuk mengelola sampahnya secara swakelola harus ditanggapi secara positif oleh pemerintah daerah. Semakin banyak komunitas yang mengelola sampahnya secara swakelola makin meringankan beban pemerintah daerah dalam mengelola sampah di wilayahnya.
An increase of waste dumping in a higher rate than the availability of labor, facility and infrastructure, and funding brings problems to all stages of waste management: collection, transportation, and final disposal. It needs to bring waste handling as close as possible to the source. One of the alternatives is zero waste concept. The research aims to: (1) discuss and prove that the system of self-funded waste management in Sukunan works well; (2) to identify the factors contributing to its success; (3) to investigate the possibility and requirements of replicability of this system in other places. The analysis results present five conclusions: First, self-funded waste management in Sukunan is classified into good management but not yet zero waste. Second, the factors contributing to its success are: (1) local people’s awareness of waste problems; (2) local people’s awareness of proper waste handling; (3) agent of change from the local region; (4) Lea Jellinek’s role; (5) support from stakeholders of the kampong; (6) local people’s active participation in the planning, implementation, and evaluation; and (7) role of the existing waste management organization. Third, there is a significant correlation between income, education, social-culture, and organization and waste management being performed. Fourth, the benefits from self-funded waste management include: (1) beautiful and healthy environment; (2) guaranty of waste management; (3) free of charge; (4) early education on proper waste management; (5) additional income; (6) prolonged age of Garbage Final Disposal; (7) independence from the government service; and (8) prevention of negative impacts from garbage burning. Fifth, waste management in Sukunan is possible for application in other places. An initiative from local community be it from neighborhood group, or kampong to self-manage their own garbage must be given positive responses by the regional government. The more communities performing self-funded waste management, the lesser the government burden for providing waste management.
Kata Kunci : Pengelolaan Sampah,Swakelola, self-sufficient, zero waste, replicability