Laporkan Masalah

Yogyakarta "Kota Pendidikan" perjalanan pencitraan sebuah kota di Jawa pada abad XX

KURNIAWATI, Asti, Prof.Dr. Bambang Purwanto, MA

2006 | Tesis | S2 Sejarah

“Yogyakarta sebagai kota pendidikan” merupakan citra yang telah lama terbangun dalam mental massa. Namun, belum ada penelitian tentang alasan dan sejarah terbentuknya citra ini. Tulisan ini merupakan hasil penelitian tentang mengapa dan bagaimana citra Yogyakarta sebagai kota pendidikan terbangun dan bagaimana pencitraan selanjutnya berlangsung. Citra Yogyakarta sebagai kota pendidikan tidak berhubungan dengan pendidikan tradisional tetapi pendidikan modern. Oleh karena itu, batasan waktu tulisan ini dimulai tahun 1900, awal Politik Etis yang memberi kesempatan pendidikan modern berkembang, dilaksanakan di Hindia Belanda. Titik akhir waktu adalah 1980-an ketika arus globalisasi telah menjadi bagian dinamika kota Yogyakarta dalam membangun dirinya. Multicitra atas kota Yogyakarta pada tahun 1980-an menghadirkan realitasrealitas perkotaan yang paradoks dan ironis. Pada periode ini, ada sebuah penelitian yang menunjukkan adanya realitas “kumpul kebo” di kalangan pelajar dan mahasiswa. Pencitraan Yogyakarta sebagai kota pendidikan sangat dipengaruhi oleh simbol-simbol pendidikan yang dimiliki Yogyakarta. Simbol-simbol itu berupa realitas fisik dan realitas sosial. Keberadaan Muhammadiyah dan Taman Siswa yang bergerak di dunia pendidikan dan selanjutnya Universitas Gadjah Mada University merupakan ikon-ikon dominant yang tidak bisa dilepaskan dari proses pencitraan. Realitas-realitas ini merupakan simbol-simbol yang menarasikan Yogyakarta sebagai kota pendidikan. Lahirnya Muhammadiyah dan Taman Siswa pada awal abad XX merupakan embrio terbentuknya citra kota pendidikan. Selanjutnya penciptaan Yogyakarta sebagai simbol identitas nasionalisme Indonesia telah melahirkan Universitas Gadjah Mada sebagai simbol pendidikan nasional dan menciptakan Yogyakarta sebagai kota pusat pendidikan. Meskipun sejak 1959 simbol pendidikan nasional “diberikan” pemerintah kepada Taman Siswa melalui nama Ki Hadjar Dewantara, namun Universitas Gadjah Mada tetap menjadi simbol kuat Yogyakarta sebagai kota pendidikan. Selain simbol-simbol yang bisa dilihat secara langsung, surat kabar memiliki peran penting dalam menciptakan narasi dan membangun mental massa tentang Yogyakarta. Kedaulatan Rakyat adalah surat kabar lokal kota ini yang memiliki kekhasan yang membedakannya dengan surat kabar lokal kota-kota lain. Halaman-halaman Kedaulatan Rakyat penuh dengan iklan-iklan dan berita-berita pendidikan.

“Yogyakarta as education city” is the image that is formed in mass mentality at a long time. Nevertheles, there is no research of reason and history of this image is created. This thesis is result of the research about of why and how the image of Yogyakarta as a education city is built and how the image projection is going on. The image of Yogyakarta as a education city is not related with traditional education, but modern education. Because of it, time scope of this thesis is begun in 1900, early Etische Politics, that give opportunity of modern education is developed, is implemented in Netherlands Indie. The last point of time is 1980s, when globalization current have be part of Yogyakarta city dynamic in build this self. Multy image of Yogyakarta city in 1980s create paradoxical and ironic urban realities. In this period, there is a research that show presence of reality of “kumpul kebo” in student circles. The image projection of Yogyakarta as a education city is very influenced by education symbols that is Yogyakarta’s. The symbols are physics and social reality. The existence of Muhammadiyah and Taman Siswa that is education movement and furthermore Gadjah Mada University are dominant icons that can not discharged with image projection process. This realities are symbols that narrated Yogyakarta as a education city. The rice of Muhammadiyah and Taman Siswa in early of twenty century is an embryo education city image is created. Furthermore, the creating Yogyakarta as symbol of Indonesia nationalism identity have to expressed Gadjah Mada University as a symbol national education and create Yogyakarta as a city of education center. Although since 1959 symbol national education “is given” by government to Taman Siswa by means of Ki Hadjar Dewantara, however, Gadjah Mada University as hard symbol of Yogyakarta as a education city is unchanged. In addition to symbols that can be refered directly, newspaper have important role to create narration and form people mentality about Yogyakarta. Kedaulatan Rakyat is local newspaper of this city that have special characteristic that different with local newspapers in the other cities. The pages of Kedaulatan Rakyat is full of education advertisement and reports.

Kata Kunci : Sejarah Indonesia,Yogyakarta Abad XX,Citra Kota Pendidikan, city-image-education


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.