Korelasi makna simbolis motif batik klasik Semen Rama gaya Yogyakarta dengan ajaran Asthabrata dalam Serat Rama
WIDODO, Suryo Tri, Prof.Drs. SP. Gustami, SU
2007 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni RupaEksistensi batik klasik pedalaman tidak terlepas dari keberadaan keraton sebagai lembaga kebudayaan. Batik klasik pedalaman, merupakan sebuah hasil budaya adiluhung sebagai manifestasi budaya keraton, baik dari aspek bentuk motif, fungsi, maupun makna simbolisnya. Batik klasik motif Semen Rama sebagai salah satu produk budaya adiluhung Keraton Kasultanan Yogyakarta, dikenal berfungsi sebagai busana dalam upacara panggih (temu) sebagai rangkaian prosesi upacara pernikahan adat Jawa, dan pada ritual mitoni atau tingkeban (selamatan janin berusia tujuh bulan). Sebagai pewaris budaya Mataram di pulau Jawa, Keraton Kasultanan Yogyakarta dikenal memiliki sebuah doktrin keagungbinatharaan atau Devaraja, sebagai sebuah konsep kepemimpinan yang ideal. Doktrin ini termuat dalam subjek Asthabrata sebagai ajaran yang berisi delapan butir sifat kedewaan. Dalam konteks Serat Rama, Asthabrata merupakan ajaran Rama kepada Wibisana ketika diangkat menjadi raja di Alengka menggantikan Rahwana. Visualisasi dari unsur motif pokok Semen Rama yang terdiri atas delapan unsur, diduga memiliki korelasi dengan delapan butir isi ajaran Asthabrata, yang termuat dalam Serat Rama Pupuh LXXVII Pangkur: 19-35. Hubungan korelasional tersebut dapat diperinci sebagai berikut: (1) Motif Pohon Hayat dengan Hyang Éndra; (2) Motif Meru dengan Hyang Yama; (3) Motif Garuda dengan Hyang Surya; (4) Motif Binatang dengan Hyang Candra; (5) Motif Burung dengan Hyang Bayu; (6) Motif Pusaka dengan Hyang Kuwera; (7) Motif Bangunan atau Perahu dengan Hyang Baruna; dan (8) Motif Lidah Api dengan Hyang Brama. Pengkajian ini dimaksudkan untuk mengungkap adanya dugaan hubungan korelasional tersebut. Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari sumber pustaka, observasi, dan artefak yang berupa kain panjang batik klasik motif Semen Rama gaya Yogyakarta. D i samping itu, data juga dikumpulkan dari hasil wawancara dengan beberapa narasumber, berupa data lisan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan, bahwa hubungan korelasional antara makna simbolis motif batik klasik Semen Rama dengan ajaran Asthabrata dalam Serat Rama, dapat ditunjukkan sebagai kemiripan (ikon), hubungan sebab-akibat (indeks), dan asosiasi konvensional (simbol).
The existence of classic batik in the hinterland is closely related to the existence of royal palace as a culture entity. As a manifestation of royal culture, hinterland classic batik is a splendid cultural work as represented in its specific motif, function, and symbolic meaning. Semen Rama motif in classic batik is one of the splendid cultural works of the Royal Palace of Yogyakarta especially worn in the panggih (meeting) ceremony as a part of Javanese traditional wedding ceremony and in the mitoni or tingkeban ritual (sevenmonth pregnancy celebration). As the heir of Mataram culture in Java Island, the Royal Palace of Yogyakarta is known as having a doctrine of keagungbinatharaan or Devaraja as the ideal concept of leadership. This doctrine is included in Asthabrata as the teaching that contains eight divinity characteristics. In the context of Serat Rama, Asthabrata is the teaching that Rama gave to Wibisana when he was appointed king replacing Rahwana in Alengka. The visualization of the main motif of Semen Rama that consists of eight elements seems to have correlation with the eight items of Asthabrata teachings, contained in the Serat Rama Pupuh LXXVII Pangkur: 19-35. The correlation may be elaborated as follows: (1) Motif of Biological Tree with God Éndra; (2) Motif of Meru with God Yama; (3) Motif of Garuda with God Surya; (4) Motif of Animal with God Candra; (5) Motif of Bird with God Bayu; (6) Motif of Heirloom with God Kuwera; (7) Motif of Building or Boat with God Baruna; and (8) Motif of Flame Tongue with God Brama. This analysis was invented to identify the predicted correlation. The data of this study were obtained from literature, observation, and artifact of Yogyakarta style batik cloth with Semen Rama motif. In addition, data were also collected from interviews with several sources. The results of study suggested that the correlation between the symbolic meaning of Semen Rama motif in classic batik with Asthabrata teaching in Serat Ramaya, can be shown as the resemblance (icon), causality (index), and conventional association (symbol).
Kata Kunci : Batik Klasik,Motif Semen Rama,Asthabrata,Serat Rama,Classic Batik,Semen Motif,Asthabrata,Ramayana