Laporkan Masalah

Tupai Jenjang :: Teater Tutur masyarakat Siulak Kerinci Jambi

BARKAH, Hendri Jihadul, Prof.Dr. C. Soebakdi Soemanto, SU

2007 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa

Teater tutur Tupai Jenjang dapat digolongkan ke dalam salah satu subgenre teater rakyat. Ia berasal dari tradisi lisan dan dimainkan oleh seorang pemeran. Selain disampaikan melalui dendang, tokoh-tokohnya diperagakan melalui gerak dan akting. Keseluruhan tokoh dalam cerita dihidupkan sendiri oleh tukang tutur dengan cara berpindah peran dari satu tokoh ke tokoh lain sesuai dengan bentuk dan karakter tokoh dalam cerita. Perubahan tersebut disimbolkan dengan pergantian kostum dan properti. Pertunjukan ini dikenal di Siulak Kerinci sekitar tahun 1950-an. Di daerah asalnya Minangkabau, cerita ini berangkat dari kaba atau mitos yang tercipta tanpa sadar untuk menjaga harmonisasi antara manusia dengan tupai. Penelitian ini menguraikan unsur-unsur yang membangun pertunjukan teater tutur Tupai Jenjang di Siulak Kerinci. Dramaturgi digunakan sebagai pijakan utama guna mengupas struktur dan tekstur pertunjukannya. Sebagai presentasi estetis, unsur struktur dan tekstur pertunjukan teater tutur Tupai Jenjang adalah cerminan dari realitas kesederhanaan masyarakat pendukungnya. Kesederhanaan ditemukan pada variasi cerita dan unsur-unsur yang terlihat dari pertunjukan, seperti; setting decoration, properti dan kostum, serta tata lampu pada pementasannya.

Tupai Jenjang oral theatre belongs to a subgenre of folk theatre. It is based on oral tradition and is performed solely by a person. In addition to dendang (oral narrative), the performer also uses gestures and acting to convey his story. As a living embodiment of the character, performer fluidly transforms himself from one character to another. The transformation is symbolized with costumes and properties. This performance is initially known in Siulak Kerinci in the 50s. In its original place, Minangkabau, the story developed from kaba or myth, created unconsciously to keep man and squirrel in harmony. Furthermore, this research aims to analyze elements which build Tupai Jenjang performance in Siulak Kerinci. Dramaturgy is used as an approach to analyze the structure and texture of the performance. As an aesthetic presentation, Tupai Jenjang reflects the modest reality of its audience life. Its modesty can be found everywhere, from setting decoration, properties and costumes to the lighting of the stage.

Kata Kunci : Teater Tutur,Tupai Jenjang,Masyarakat Kerinci, dramaturgy; oral theatre; Tupai Jenjang; Siulak Kerinci


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.