Laporkan Masalah

Perbandingan Super Crowning dengan Crowning kala dua persalinan terhadap Laserasi Perineum di RB Mattiro Baji Kab. Gowa Sulawesi Selatan

INDRIANI, Prof.dr. Sulchan Sofoewan, PhD.,Sp.OG(K)

2006 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran Klinik

Latar Belakang: Angka kematian ibu di Indonesia saat ini masih tinggi dibanding dengan negara-negara Asean lainnya, yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup (1997). Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, termasuk laserasi perineum. untuk mengurangi laserasi perineum ini dilakukan episiotomi pada nulipara. Rekomendasi ini berlangsung sebelum tahun 2000, tetapi sesudah tahun tersebut episiotomi tidak direkomendasikan pada nulipara, kecuali pada kasus-kasus tertentu. Super Crowning merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi laserasi perineum pada kala dua persalinan. Tujuan: Untuk mengetahui perbandingan super crowning dengan crowning kala dua persalinan terhadap laserasi perineum. Metodologi: Penelitian ini merupakan jenis penelitian uji klinik dengan rancangan parallel randomized clinical trial. Data diambil dari ibu yang melahirkan di RB Mattiro Baji Kabupaten Gowa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, tanda tangan informed consent dan randomisasi blok. Sampel berjumlah 156 dibagi menjadi dua kelompok yaitu Super Crowning dengan 78 sampel dan kelompok crowning 78 sampel. Pengukuran Super Crowning dilakukan pada saat kepala bayi di vulva 5-6 cm (crowning), ibu disarankan untuk tidak meneran tetapi hanya bernafas pendek-pendek seperti mengucapkan fuh fuh fuh sampai kepala bayi lahir seluruhnya. Penolong persalinan mencatat waktu dimulai pada saat crowning ini minimal 60 detik. Hasil: Setelah dianalisis secara statistik laserasi perineum pada kelompok super crowning risikonya lebih kecil 0,34 kali dibanding dengan kelompok crowning. OR 0,45(95% CI: 0,216-0,941). Dari hasil analisis diperoleh pula laserasi perineum pada multipara risikonya lebih kecil 0,17 kali dibanding dengan nulipara OR 0,171 (0,079-0,409). Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dan uji statistik yang telah dilakukan dalam penelitian tentang perbandingan super crowning dan crowning kala dua persalinan terhadap laserasi perineum dapat disimpulkan, bahwa laserasi perineum pada kelompok super crowning risikonya lebih kecil dibanding kelompok crowning. Laserasi perineum pada multipara risikonya lebih kecil dibanding dengan nulipara

Background : The maternal mortality rate in Indonesia is higher than that in other ASEAN countries, which was 334/100.000 live births (1997). The major cause of maternal-mortality is haemorrhage, including perineal laceration. Episiotomy on primiparity was performed to decrease perineal laceration. It was recommended before 2000; howefer, it has not been recommended for primiparity expect for certain cases since then. As an alternative, Super Crowning may decrease perineal laceration second stage of labor. Objective: To know the comparison of Super Crowning and Crowning at second stage of labor against perineal laceration. Methods: The study was a clinical test with parallel randomized clinical trial. The data were collected from the mother who gave births at Mattiro Baji Maternal Hospital, District of Gowa, and who met the inclusion and exclusion criteria. Informed consent and block randomization were considered. One hundred fifty six sample were divided into two groups, Super Crowning (78 sample) and Crowning (78 sample). Super Crowning was measured when the infant’s head was in the vulva 5-6 cm (Crowning). The mother was suggested not to bear down, but was instructed to breathe with short intervals instead, until the infant’s head was born completely. The birth attendant recorded the start of crowning at least for sixty seconds. Results: Statistical analysis showed the risk of perineal laceration in the Super Crowning group was 0,34 times lower than that in the crowning group, OR 0,45 ( 95% CI: 0,216 – 0,941). The risk of perineal laceration in multiparity was 0,17 times lower than that in primiparity, OR 0,171 (0,079-0,409) Conclussions: The risk of perineal laceration in the Super Crowning group was lower than that in the Crowning group. In multiparity, the risk of perineal laceration was lower than that in primiparity

Kata Kunci : Persalinan,Laserasi Perineum,Super Crowning, Super Crowning, Perineal laceration, Labor


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.