Penolakan dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia :: Kajian pragmatik tentang realisasi strategi kesopanan berbahasa
NADAR, Franciscus Xaverius, Promotor Prof.Dr. I Dewa Putu Wijana, SU.,MA
2006 | Disertasi | S3 Ilmu Humaniora (Linguistik)Disertasi ini mengkaji penolakan dalam bahasa Inggris dan penolakan dalam bahasa Indonesia. Pengkajian dilakukan secara deskriptif dengan pendekatan pragmatik yaitu pengkajian yang dilakukan dengan sudut pandang penggunaan bahasa dalam konteks tertentu. Tujuan penulisan disertasi ini adalah untuk mengetahui realisasi strategi kesopanan berbahasa pada penolakan dalam bahasa Inggris, realisasi strategi kesopanan berbahasa pada penolakan dalam bahasa Indonesia, dan perbandingan realisasi strategi kesopanan berbahasa antara penolakan dalam bahasa Inggris dan penolakan dalam bahasa Indonesia. Untuk mempelajari penolakan dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia diperlukan data yaitu tuturan-tuturan yang menyatakan penolakan. Data dikumpulkan dengan menggunakan tes melengkapi wacana yang dibagikan kepada penutur asli bahasa Inggris dan penutur asli bahasa Indonesia, dengan menyimak dan mencatat dialog dalam film, dan dengan menyimak dan mencatat pembicaraan antara penutur dan lawan tutur dalam situasi yang natural. Data yang terkumpulkan berjumlah 390 penolakan dalam bahasa Inggris dan 390 penolakan dalam bahasa Indonesia. Data dikelompokkan berdasarkan teori tindak tutur, yaitu teori yang mengatakan bahwa apabila seseorang mengatakan sesuatu sebetulnya dia juga melakukan sesuatu. Di dalam perbuatan menolak, seorang penutur melakukan berbagai tindakan atau berbagai tindak tutur. Suatu penolakan bisa dinyatakan dengan satu tindak tutur saja atau dengan kombinasi berbagai tindak tutur. Dengan menggunakan teori tindak tutur tersebut, data dianalisis dan dikelompokkan berdasarkan jumlah tindak tutur yang dipergunakan dan macam tindak tutur yang dipakai. Adapun sebagai acuan mengenai strategi kesopanan berbahasa digunakan kompilasi strategi kesopanan berbahasa menurut Brown dan Levinson (1987). Penolakan dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah penolakan dalam dua bahasa tersebut menggunakan beberapa strategi kesopanan berbahasa sebagaimana dikompilasi oleh Brown dan Levinson yaitu strategi kesopanan berbahasa dengan memberikan alasan, membuat poenawaran, meminta maaf dan mengucapkan terima kasih. Persamaan lainnya adalah penolakan dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dinyatakan dengan satu tindak tutur saja, dengan kombinasi dua macam tindak tutur, dengan kombinasi tiga tindak tutur dan dengan kombinasi empat macam tindak tutur. Selain itu, penolakan dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia menggunakan strategi kesopanan berbahasa yang tidak tercantum dalam kompilasi strategi kesopanan berbhasa Brown dan Levinson, misalnya mengungkapkan ketidakmampuan, memberikan saran, mengungkapkan xxii prinsip pribadi, membuat permintaan, dan memberikan apresiasi kepada lawan tutur. Penolakan dalam bahasa Inggris berbeda dengan penolakan dalam bahasa Indonesia menyangkut jumlah dan macam tindak tutur yang dipergunakan. Penolakan dalam bahasa Inggris yang dinyatakan dengan satu macam tindak tutur dan dua macam tindak tutur berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan penolakan dalam bahasa Indonesia yang dinyatakan dengan satu macam tindak tutur dan dua macam tindak tutur saja. Sebaliknya untuk penolakan yang dinyatakan dengan kombinasi tiga macam tindak tutur dan empat macam tindak tutur, penolakan dalam bahasa Indoensia berjumlah lebih banyak. Bahkan, untuk penolakan dalam bahasa Indonesia ada yang dinyatakan dengan kombinasi lima macam tindak tutur, yang tidak terdapat pada penolakan dalam bahasa Inggris. Penolakan dalam bahasa Inggris dan penolakan dalam bahasa Indonesia juga mempunyai kecenderungan yang berbeda dalam menggunakan tindak tutur yang digunakan untuk menyatakan penolakan. Perbedaan-perbedaan dalam mengungkapkan penolakan tersebut disebabkan oleh latar belakang budaya penuturnya. Perbedaan-perbedaan ini perlu dipertimbangkan untuk kelancaran berkomunikasi antara penutur bahasa Indonesia dan penutur bahasa Inggris. Lebih jauh, perbedaanperbedaan ini juga bermanfaat sebagai contoh perbedaan budaya untuk pengajaran bahasa Inggris dan bahasa Indonesia sebagai bahasa asing.
This dissertation discusses refusals in English and in Indonesian. This descriptive study is presented within the framework of pragmatics which can be broadly defined as. the study of how language is used in communication within a certain context. The goal of this study is to describe the language politeness strategies used in English and Indonesian refusals, and to compare the language politeness strategies used in refusals of both languages. To achieve the goal above, data on utterances expressing refusals need to be collected. The data were colleted through the use of questionna ire in the form of Discourse Completion Task, from dialogues in films and from conversation in natural situation. Three hundred and ninety refusals in English and three hundred and ninety refusals in Indonesian were collected using these methods. Then, the data were classified using the theory of speech act. This theory claims that when someone is saying something he or she is actually doing something. Thus, in refusing someone is actually doing or performing an act or, perhaps, some acts. A refusal may be expressed by using a single speech act or a combination of some speech acts. Using the speech act theory, the data were analyzed and classified in accordance with the type of speech act as well as the number of speech acts used to express refusals. The language politeness strategies compiled and proposed by Brown and Levinson (1987) were used as a guide in determining the language politeness in the data. Refusals in English and in Indonesian, as the study has shown, have similarities as well as differences. The similarities are refusals in both languages use some strategies found in Brown and Levinson’s compiled language politeness strategies such as giving reasons, making offers, asking for apologies, and expressing gratitude. Besides, refusals in both languages are expressed by using single speech acts only, combination of two speech acts, combination of three speech acts and combination of four speech acts. Further, refusals in English and in Indonesian employ language politeness strategies which were not covered in Brown and Levinson’s compiled language politeness such as expressing inability, making suggestion, expressing personal principles and giving appreciation to the hearer. Despite the similarities, refusals in English and in Indonesian also have differences concerning the number of speech acts and the types of speech acts used. As compared to refusals in Indonesian, more refusals in English are expressed in single speech acts and combination of two speech acts, and fewer refusals are expressed in combination of three and xxiv four speech acts. Even English has no refusals expressed in combination of five speech acts. Refusals in English and in Indonesian also have different inclination in the use of speech act types to express refusals, The differences in expressing refusals reflect the cultural background of the speakers. It is necessary to consider these differences for the smoothness of communication between Indonesian speakers and native speakers of English. Further, these differences are also useful as examples of cultural differences in the teaching of Indonesian and English as foreign languages.
Kata Kunci : Bahasa Tutur,Kesopanan Berbahasa,Penolakan