Laporkan Masalah

Analisis Bottom-Up Beta dan Regresion Beta terhadap rata-rata return saham di Bursa Saham

WARDHANA, Tito Indria, Indra Wijaya Kusuma, Dr.,MBA

2006 | Tesis | Magister Manajemen

Dalam tiga dekade terakhir, model capital asset pricing telah memegang peranan penting dan sering kali menjadi masalah kontreversial didalam penggunaannya sebagai alat analisa keuangan perusahaan. Capital asset pricing model dalam teorinya membutuhkan tiga masukan untuk dapat menghitung expected return dalam hal ini sebuah risk free rate, sebuah beta untuk sebuah asset dan sebuah expected risk premium untuk porfolio pasar, dengan meregresi return atas suatu asset pada sebuah index saham, maka slope yang terjadi pada regresi menjadi beta dari asset tersebut. Di dalam penulisan ini, kami mencoba untuk menunjukkan kelemahan yang adal dalam regresi beta, terutama untuk perusahaan-perusahaan di dalam pasar yang baru berkembang (dalam hal ini kami melakukan penelitian pada pasar modal Indonesia).Kami menyatakan bahwa alternatif beta disini dapat merefleksikan keadaan saat ini busines mix dan financial leverage dari suatu perusahaan. Periode waktu data yang digunakan dalam research ini adalah antara Januari 1999 sampai dengan Januari 2005. Berdasarkan hasil t-test, kami dapat menyimpulkan bahwa bottomup beta menunjukkna efek yang positif terhadapa return dari saham. Regresi beta juga memberikan efek terhadap return dari saham, tetapi bottom-up beta lebih menunjukan dominasinya. Berdasarkan pada nilai adjusted R2, research ini mendukung penggunaan metode bottom-up beta, dimana metode ini memenuhi kebutuhan yang memang diperlukan untuk mendapatkan beta yang up-date untuk semua perusahaan. Didalam pendekatan bottom-up beta, beta untuk sebuah entity di-estimasikan berdasarkan rata-rata tertimbang dari unlevered beta pada bisnis yang berbeda dari bisnis entity tersebut beroperasi, kemudian dilakukan penyesuaianan yang memungkinkan untuk dapat merefleksikan baik itu operating maupun financial leverage dari entiti tersebut yang sedang terjadi.

Over the last three decades, the capital asset pricing model has occupied a central and often controversial place in most corporate finance analysist’ tool chests. The model requires three inputs to compute expected return – a risk free rate, a beta for an asset and an expected risk premium for the market portfolio (over and above the risk free rate). Betas are estimated, by most practitioners, by regressing return on an asset against a stock index, with the slope of the regression being the beta of the asset. In this paper, we attempt to show the flaws in regression betas, especially for companies in emerging markets (in which here we research at Indonesia capital market). We argue for an alternate approach that allows us to estimate a beta that reflects the current business mix and financial leverage of a firm. Time period for this research are from January 1999 - January 2005. Based on t-test we can conclude that bottom-up beta give better positive effect for stock return. Regression beta also give effect for the stock return, but bottom-up beta still dominant. Based on adjusted R2 result, this research support bottom-up beta method, the bottom-up approach has the most promise when it comes to delivering updated betas for most firms. In the bottom-up approach the beta for a firm is estimated as the weighted average of the unlevered betas of the different businesses that the firm operates in, adjusted to reflect both the current operating and financial leverage of the firm.

Kata Kunci : Rata,rata Return Saham,BEJ,Bottom,Up Beta dan Regression Beta, beta, bottom-up beta, regression beta


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.