Pengembangan kekuatan militer Jepang setelah perang dunia II :: Tinjauan konstruktivis
ALFIAN, Heri, Dra. Siti Daulah Khoiriati, MA
2005 | Tesis | S2 Ilmu Politik (Hubungan Internasional)Tulisan ini mengajukan pembahasan tentang pengembangan militer Jepang Setelah Perang Dunia II (PD II) dengan menggunakan perspektif konstruktivis. Ada dua argumen yang akan dikembangkan, yaitu: Pertama, kerangka berpikir konstruktivis hadir sebagai penyeimbang ataupun sanggahan terhadap pandangan teori-teori rasionalis yang menganggap bahwa pengembangan militer Jepang setelah PD II merupakan resultan dari upaya Jepang untuk survive di dalam lingkungan internasional yang anarkis. Kebijakan Jepang membangun kembali kekuatan militernya setelah PD II tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan kerangka berpikir teori-teori rasionalis seperti neoliberal dan neorealis. Teori-teori tersebut tidak mampu memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti mengapa inklinasi kekuatan militer Jepang tidak berjalan linear? Mengapa kekuatan Jepang tidak meningkat seiring (tidak berbanding lurus) dengan peningkatan kemampuan ekonominya? Mengapa kekuatan militer Jepang tidak meningkat sejalan dengan persepsi ancaman yang dirasakannya dari negara-negara tetangganya? Kegagalan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut terakumulasi pada satu argumen penting yaitu pengembangan kekuatan militer setelah PD II bukanlah semata-mata hasil dari upaya Jepang untuk survive di dalam lingkungan internasional yang menurut para rasionalis bersifat anarkis. Kedua, terkait dengan argumen itu, konstruktivis melihat bahwa pengembangan kekuatan militer Jepang setelah PD II adalah resultansi dari interaksi Jepang dengan significant other-nya yaitu Amerika Serikat dan negara-negara tetangganya melalui evolusi kerja sama, serta adanya intentional effort Jepang untuk merubah struktur identitas dan kepentingannya. Proses pengembangan kekuatan militer itu dalam kerangka berpikir konstruktivis tidak berjalan secara linear karena hal itu dipengaruhi oleh tarik-menarik antara identifikasi positif dan negatif Jepang dengan significant other-nya serta bentuk-bentuk effort Jepang sendiri yang termanifestasikan di dalam bentuk-bentuk perubahan sikap dan kebijakan yang terkait dengan militer.
The purpose of this research is presenting about the development of Japan military forces in post World War II with the usage of constructivist perspective. There are two important arguments will develop in this research, first, the constructivist framework emerge as a balancer or counter view to rationalist theories, supposing the development of Japan military in post World War II as effort to survive in international system. The analysis of Japan military build up in post World war II cannot framed by rationalist theories, i.e. neorealist, neo liberal. Because the advance explanation of which use that theories will be incomplete in answering the basic question, such as why the inclination of Japan military forces unlinear with his economic development? Why the development Japan military forces is unlinear with his threat perceptions? The failure of rationalist theories is led to the accumulation of a statement that the development of Japan military forces in post World War II is not merely as a result from the Japan’s effort to survive in international system as rationalist stated, it is anarchy. Second, the constructivist framework stated that the development of Japan military forces after World war II is the result of Japan interaction in post World War II with the significant other through the evolution of cooperation (United States and Japan’s neighbours) and also the intentional efforts to change his structure of identity and interests. The development of Japan military forces is not linear because it happens within the process of positive and negative identification between Japan and the significant other.
Kata Kunci : Jepang,Kekuatan Militer,Pasca PD II, constructivist, Japan military, significant other, interaction