Laporkan Masalah

Evaluasi keberhasilan terapi kasus infeksi saluran kemih dengan penyakit atau tanpa penyakit penyerta di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2004

MUTIARAWATI, Dr. Imono Argo DOnatus, SU.,Apt

2005 | Tesis | Ilmu Farmasi (Magister Farmasi Klinik)

Infeksi saluran kemih (ISK) masih merupakan problem di negara Indonesia, meskipun belakangan ini penyakit-penyakit degenerasi dan keganasan mulai meningkat, tapi ISK masih tetap banyak (Achmad, 2004). Kasus ISK rawat inap di RS Panti Rapih periode 2004, menduduki urutan ke-15 dengan jumlah pasien 236 kasus dan 128 kasus termasuk kriteria inklusi. Jenis penelitian ini non eksperimental mengik uti rancangan deskriptif evaluatif dengan pengambilan data secara retrospektif. Jalannya penelitian terdiri dari 4 tahap. Tahap pertama adalah pengumpulan data meliputi identitas pasien (jenis kelamin dan usia), anamnesis (riwayat ISK pada masa kanak-kanak dan ISK kambuhan), kondisi klinik (tanda dan gejala), hasil pemeriksaan laboratorium (urinalisa, mikroskopis, kultur kuman, dan sensitivitas antimikroba), terapi antimikroba dan obat lain (pemilihan, dosis, dan durasi terapi), dan outcome pasien. Tahap kedua adalah pengolahan data secara tabulasi. Salah satu parameter keberhasilan terapi ISK dengan membandingkan lekosituria sebelum/saat terhadap setelah terapi antmikroba menggunakan uji Wilcoxon. Analisa keberhasilan terapi masing-masing antimikroba menggunakan uji Kruskal-Wallis. Tahap ketiga adalah evaluasi data dan penulisan, menurut pedoman terapi standar pelayanan medik (SPM) tahun 1998, WHO (2002), Spicer J (2000), Dipiro et al. (2005), Chong R et al. (2000), dan Boo PK et al. (2002). Tahap keempat, memberikan saran untuk meningkatkan keberhasilan terapi ISK di tahun selanjutnya. Ada 4 kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini. Pertama adalah dasar pertimbangan penggunaan antimikroba (pemilihan, dosis, dan durasi terapi) pada pasien ISK tanpa penyakit penyerta tidak sesuai SPM RS Panti Rapih (1998), Spicer J (2000), Chong R et al. (2000), dan Boo PK et al. (2002). Hanya 4 kasus (3,2%) sesuai dengan WHO (2002) dan 1 kasus (0,8%) sesuai dengan Dipiro et al. (2005). Pertimbangan terapi ISK di RS Panti Rapih berdasarkan terapi empirik dan mungkin juga berdasarkan pengalaman dokter. Kedua adalah hanya 2 kasus (1,6%) yang mendapat terapi berdasarkan hasil kultur kuman dan sensitivitas antimikroba. Ketiga adalah besarnya keberhasilan terapi antimikroba dengan outcome sembuh (62,5%), membaik (11,7%), belum sembuh (6,3%), dan tanpa keterangan (19,5%). Uji Kruskal-Walis menunjukkan ada perbedaan keberhasilan terapi dari masing-masing antimikroba, dengan signifikansi 0,004 < 0,05. Namun keberhasilan terapinya menurut Herfindal dan Gourley (2000) belum dapat dievaluasi karena hanya berdasarkan pada hilangnya tanda dan gejala ISK. Jika keberhasilan terapi dilihat dari kondisi klinis (hilangnya tanda dan gejala) dan uji mikroskopis (lekosituria normal), hanya 12 kasus (%) dengan outcome sembuh, tapi hanya 1 kasus (0,8%) dengan penatalaksanaan terapi sesuai (karena didasarkan pada uji kultur dan sensitivitas). Keempat adalah persentase ISK kambuhan selama tahun 2004 sebesar 1,6%.

Urinary tract infection (UTI) remained a problem in Indonesia although in recent times other degenerative and malignant diseases increase (Achmad, 2004). Inpatient UTI cases in Panti Rapih Hospital in 2004 was in the 15th position with total patient of 236 cases and 128 cases including into inclusion criteria. It is a non-experimental study following descriptive-evaluative design, which the data were taken retrospectively. This study was done in 4 phases. The first phase was collecting data that included identity of patients (sex and age), anamnesis (history of UTI in childhood and recurrent UTI), clinical condition (symptoms), laboratory examination results (analysis of urine, microscopic test, microbe culture, and antimicrobial sensitivity), antimicrobial therapy and other drugs (selection, dosage, and duration of therapy), and patient outcome. The second phase was processing data in tabulation manner. One of parameters of UTI therapeutic success was comparing lekosituria before/during/after antimicrobial therapy using Kruskal-Walis. The third phase was evaluating data and writing according to Standard of Medical Service (SMS) of 1998, WHO (2002), Spicer J (2000), Dipiro et al. (2005), Chong R et al (2000), and Boo PK et al (2002). The fourth phase, gave suggestions to improve the success in therapy of UTI for the next year. There were four conclusions taken from this study. First, the consideration of antimicrobial use (selection, dosage and duration of therapy) in UTI patients without accompanying disease was inappropriate with SMS of Panti Rapih Hopspital (1998), Spicer J (2000), Chong R et al. (2000), and Boo PK et al. (2002). There were only four cases (3.2%) that were appropriate with WHO (2002) and one case (0.8%) with Dipiro et al. (2005). UTI therapeutic consideration in Panti Rapih Hospital was based on empirical therapy and (may be) the doctors’ experiences. Second, there were only two cases (1.6%) that got therapy based on the results of microbe culture and antimicrobial sensitivity tests. Third, total antimicrobial therapy successes showed outcome of recover (62.5%), getting better (11.7%), not recover yet (6.3%) and no explanation (19.5%). Kruskal-Walis Test showed that there was difference on the therapeutic success from each anti-microbes with significance of 0.004 <0.05. However, according to Herfindal and Gourley (2000), the therapeutic success could not be evaluated yet, because they were only tested based on the disappeared signs and symptoms of UTI. Based on the clinical condition (the disappearance of signs and symptoms) and microscopic test (normal lekosituria), the success of therapy showed only 12 cases (93,8%) with outcome of recover, 1 case (0.8%) with appropriate procedure of therapy (due to culture and sensitivity tests). Fourth, the percentage of recurrent UTI for 2004 period was 1.6%.

Kata Kunci : Farmakologi Klinik,Terapi Infeksi Saluran Kemih,UTI, antimicrobial, therapeutic success


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.