Perkembangan fisik kota dan implikasinya terhadap kerusakan lingkungan :: Kasus di Kota SoE Kabupaten Timor Tengah Selatan-NTT
BENU, Johanis, Drs. R. Suharyadi, M.Sc
2005 | Tesis | S2 Ilmu Lingkungan (Magister Pengelolaan LingkungaTujuan penelitian ini adalah mengkaji luas dan arah perkembangan fisik Kota SoE serta implikasinya terhadap kerusakan lingkungan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis dan overly peta untuk menggambarkan dan menguraikan data berdasarkan hasil observasi dan wawancara selama penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan cara analisis tingkat perkembangan fisik kota, analisis arah perkembangan kota dan analisis implikasi perkembangan fisik kota terhadap kerusakan lingkungan yang meliputi kondisi ruang terbuka hijau, kondisi drainase dan sanitasi lingkungan, sedangkan pengujian hipotesis dilakukan melalui analisis data dan observasi lapangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa perkembangan fisik Kota SoE dari tahun 1993 sampai tahun 2003, didominasi konversi penggunaan lahan untuk permukiman dan kawasan pemerintahan, luas lahan terbangun meningkat dari 158,44 ha menjadi 230,04 ha. Perkembangn fisik Kota SoE mengikuti pola jaringan jalan dan berbentuk linear, dengan kategori perkembangan fisik cepat di Kelurahan Taubneno, perkembangan fisik sedang meliputi Kelurahan Cendana untuk kategori perkembangan fisik lambat di Kelurahan Kobekamusa, Nunumeu, Kelurahan SoE, Kelurahan Oebesa, Kelurahan Nonohonis, Kelurahan Karangsiri. Arah perkembangan fisik kota cenderung ke arah barat yakni Kelurahan Cendana dan arah utara Kelurahan Nonohonis dan Karangsiri. Kondisi kerusakan lingkungan sebagai implikasi dari perkembangan fisik kota menunjukan telah berkurangnya luas ruang terbuka hijau di sekitar sempadan sungai maupun hutan kota menjadi permukiman di Kelurahan Karangsiri, Kelurahan Nonohonis dan Kelurahan Cendana, dimana pada tahun 1993 terdapat luasan hutan 14,02 ha namun berkurang menjadi 8,09 ha pada tahun 2003. Untuk kondisi drainase di Kota SoE pada umumnya belum direncanakan secara baik, dimana sebagian besar ruas jalan tidak memiliki drainase sehingga air hujan yang jatuh merusak permukaan jalan serta dibeberapa lokasi timbul erosi alur, bahkan berkembang menjadi parit dan menimbulkan tanah longsor. Sanitasi lingkungan kota terutama di Kawasan Pasar Inpres SoE dan Pasar Lama, limbah domestik menggenangi drainase sementara sampah berserakan dimana mana sehingga membentuk pemandangan yang kurang menyenangkan serta menimbulkan bau busuk dan dapat menjadi sumber penyakit
This research aimed to review the extent and direction of physical development of SoE town and its implication of environmental degradation. It used descriptive analysis and map overly to describe and explain data based on result of observation and interview during the research. Data was processed by analyzing level of physical development, direction of development, and implication of the physical development on environmental degradation including condition of green open space, drainage condition, and environmental sanitation, while hypothetical test was done by data analysis and field observation. Result of the study indicated that physical development of SoE town from 1993 to 2003 was dominated by area conservation use for settlement and administration area. The wide of built area increased from 158,44 ha to be 230,04 ha. Physical development of SoE town followed street network pattern and linear, with fast physical development was in Kelurahan Taubneno,Kelurahan Oekefan, Kampung Baru dan Kota Baru moderate physical development was in Kelurahan Cendana and slow physical development was in Kelurahan Kobekamusa, Nunumeu, SoE, Oebesa, Nonohonis dan Karangsiri Direction of the urban physical development tended toward west or north. Environmental degradation as implication of the urban physical development was indicated with decreased green public space in riverbank and change of urban forest to be settlement in Kelurahan Karangsiri, Kelurahan Nonohonis and Kelurahan Cendana, when in 1993 there was forest of 14.02 ha but decreased to be 8.09 ha in 2003. Drainage in SoE town in general was not planned well, where part of street had no drainage channel so rain water damaged street surface and in some places there occurred groove erosion even became ditch and caused landslide. As to Environmental sanitation, especially in Pasar Inpres SoE and Pasar Lama areas, domestic waste inundated drainage channel while rubbish scattered everywhere making unpleasing view and odor that can be source of disease
Kata Kunci : Lingkungan Hidup,Kerusakan Lingkungan,Perkembangan Fisik Kota,urban physical development, land conversion, environmental degradation