Laporkan Masalah

Wayang Kancil di Indonesia :: Bentuk, fungsi, dan dinamika kehidupannya

PURSUBARYANTO, Eddy, Prof.Dr. R.M. Soedarsono

2005 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa

Setelah mengalami berbagai pasang surut, sejak tahun 1980 Wayang Kancil digali dan dipopulerkan kembali oleh Ki Ledjar Soebroto, seorang seniman tatah-sungging wayang di Yogyakarta. Wayang Kancil adalah jenis wayang yang ceritanya terutama mengambil dari cerita Kancil, sebuah dongeng yang dipercaya mengandung nilai-nilai dan moral baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Tesis ini melihat pertunjukan Wayang Kancil khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta secara tekstual dan kontekstual dengan fokus pada fungsinya, makna kehadirannya, dan dinamika kehidupannya. Untuk mengetahui ketiga masalah ini diuraikan dahulu bentuk pertunjukannya, karena selama ini belum ada yang menguraikannya secara komprehensif, padahal bentuk pertunjukan dapat dijadikan awal pembahasan ketiga masalah yang diteliti. Penelitian dengan data kualitatif digunakan dengan pendekatan multidisiplin yang disarankan oleh Marco de Marinis. Beberapa teori yang digunakan antara lain adalah dari Edmund Burke Feldman, R.M. Soedarsono, dan Richard Bauman. Langkah penelitian diawali dengan studi pustaka, pengamatan terlibat dengan bertindak sebagai penabuh maupun dalang Wayang Kancil. Dengan cara ini bentuk pertunjukan Wayang Kancil diharapkan akan dapat lebih teliti diuraikan. Selain itu, dilakukan pula wawancara dengan nara sumber, beberapa dalang dan informan yang terkait dengan pertunjukan Wayang Kancil. Selain itu, digunakan rekaman video, foto, dan sumber data lain yang relevan sebagai pendukung. Wayang Kancil adalah jenis pertunjukan Wayang baru di Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siapapun yang berminat dalam pemanfaatan dan pengembangannya, mengingat seni pertunjukan ini merupakan salah satu kekayaan budaya yang perlu dilestarikan.

After surviving a long history of failures, Wayang Kancil was revived in 1980 in Yogyakarta by Ledjar Subroto – a puppet maker -- and his friends. Wayang Kancil is a shadow puppet where the stories are mainly taken from the stories about Kancil. These stories are believed as a “world” where morals and values are taught not only to children but also to adult. This thesis analyzes Wayang Kancil in the Yogyakarta Special Territory from its textual and contextual perspective, focusing on the significance of its presence, its function, and its development. Before arriving to the analysis, this thesis describes its form. The reason is no comprehensive description has previously been undertaken; whereas its formal description is a start for further analysis. This qualitative research uses the multidisciplinary approach suggested by Marco de Marinis as well as several theories, such as from Edmund Burke Feldman, R.M. Soedarsono, and Richard Bauman. The research starts with library study, and participant observation where the researcher takes part as the musician for the Wayang Kancil as well as the dalang (puppeteer). A deeper study is expected to happen in this way. A number of interviews with some resource persons, dalangs, and informants have been conducted. In addition to this, this study has been supported by video recordings, photos, and other reliable data. Wayang Kancil is a new wayang in Indonesia. The result of this research hopefully will be beneficial for those who have great interest in using and developing it, regarding that it is one of the Indonesian cultural aspects that needs to be preserved.

Kata Kunci : Pertunjukan Wayang Kancil,Dinamika Kehidupan, Wayang Kancil, form, functions, dynamics


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.