Laporkan Masalah

Nelayan Pantai Baron antara mitos, kemiskinan dan kesejahteraan :: Studi pada nelayan Pantai Baron, Kabupaten Gunungkidul, DIY

SUYATNA, Hempri, Dr. Suharko

2004 | Tesis | S2 Sosiologi

Selama ini, nelayan selalu identik dengan persoalan kemiskinan., rumahrumah kumuh dan hidup jauh dari berkecukupan. Meskipun nelayan selalu identik dengan kemiskinan, namun ternyata dalam kasus-kasus tertentu tidak selamanya demikian. Penduduk yang menekuni sektor nelayan justru mampu hidup lebih sejahtera. Kondisi ini terlihat pada masyarakat nelayan Pantai Baron di Desa Kemadang, Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul. Sektor nelayan mampu memberikan dampak positif bagi perbaikan kesejahteraan mereka. Nelayan ternyata mampu hidup sejahtera. Fenomena ini tentunya menarik untuk dikaji, sehingga penelitian ini memfokuskan pada perkembangan kesejahteraan nelayan Pantai Baron dari tahun 1980-an hingga tahun 2004 sekarang ini serta melihat fakta yang terjadi di balik peningkatan kesejahteraan nelayan Pantai Baron tersebut. Penelitan ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Lokasi sasaran yang dijadikan kajian dalam studi ini adalah masyarakat nelayan Pantai Baron, di Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan masyarakat nelayan Pantai Baron adalah penduduk Dusun Rejosari, Dusun Ngepung dan Dusun Sumuran Desa Kemadang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perbaikan kesejahteraan nelayan Pantai Baron dari tahun 1980-an sampai tahun 2004. Masyarakat pesisir Pantai Baron yang pada masa sebelum tahun 1982 identik dengan kemiskinan, pada tahun 2004 sudah hidup relatif sejahtera. Perbaikan kesejahteraan tersebut ditunjukkan dengan peningkatan indikator kesejahteraan yaitu tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, kondisi pemukiman dan tingkat kesehatan penduduk. Kebijakan pemerintah pada tahun 1982 dengan memberikan bantuan perahu dan pelatihan kepada masyarakat menjadi titik tolak peningkatan kesejahteraan nelayan. Keberhasilan ujicoba perahu yang dilakukan tersebut mampu merubah pandangan masyarakat pesisir tentang mitos laut selatan. Sebagian besar masyarakat yang semula takut untuk terjun ke Pantai Baron mulai terjun ke laut. Bergesernya pandangan terhadap mitos tersebut juga menyebabkan terjadinya pergeseran pekerjaan penduduk yang semula bermata pencaharian sebagai petani menjadi nelayan. Namun demikian, sektor pertanian ditinggalkan sepenuhnya. Masuknya juragan dari luar daerah pada tahun 1988 memberikan manfaat bagi nelayan dalam memperoleh akses permodalan dan pemasaran. Berkembangya sektor nelayan juga berimplikasi pada berkembangnya diversifikasi pekerjaan. Anggota rumah tangga nelayan seperti istri dan anak-anak banyak yang bekerja di sektor perikanan laut seperti menjadi pedagang ikan, pedagang kerajinan tangan dan pedagang warung makan. Peningkatan kesejahteraan nelayan juga tidak terlepas dari peran Kelompok Nelayan Mino Samudra yang terlihat secara nyata sejak tahun 1996. Panen lobster yang terjadi di Pantai Baron tahun 1997 ikut membantu nelayan dalam meningkatkan penghasilan. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir yang dilakukan oleh pemerintah tahun 2000 juga berperan dalam meningkatkan akses nelayan dalam permodalan.

During this time, fishermen are connected with poverty problems, slums houses, and far from prosperity. Although fishermen always connected with poverty, but in some cases, this assumption is not correct. People that works as fishermen, they are able to live more prosperous than others. This figure can be seen in Baron beach’s fishermen community in Kemadang village, Tanjungsari, Gunungkidul. Fishery sector can give a positive effect to the improvement of their prosperity. Fishermen can live in prosperity. This phenomena is really interesting to learned, so this research will focus on development of fishermen in Baron beach from 1980 to this recent time, 2004. This research also wants to see the fact that happens behind the increasing welfare of fishermen in Baron beach. This research uses qualitative research methods. Location of the object that used in this study is fishermen community in Baron beach, Kemadang, Tanjungsari, Gunungkidul, DIY. In this matter, whose means as fishermen community in Baron beach are people in Rejosari village, Ngepung village and Sumuran village in Kemadang. The fishermen of baron beach are comes from this three village. The result of the research shows that there is an improvement on welfare of fishermen in baron Beach from 1980 to 2004. People in the coast of Baron Beach that lived before 1982 were identical with poverty, but now they are living in relatively prosperous. This welfare improvement is showed by the increasing of prosperity indicator such as education, income, housing condition and people’s health. Government’s policy in 1982 by giving boats and training to people in there became the point in the increasing of fishermen’s prosperity. The successful of boats trial could change people’s viewpoint about the myth of South Sea. Before, most of the people were afraid to sail in Baron Beach, but now, they are starting to brave sailing to the sea. This viewpoint’s change also had caused the changing of people’s occupation from farmer to fishermen. In 1988, many masters from outside region came and gave benefits to fishermen in getting capital and marketing. The development of fishermen sector also implicates to the development of occupation diversification. Fishermen’s prosperity also can not be separated from the role of Mino Samudra Fishermen Group that seen very clearly since 1996. Lobster harvest in Baron Beach in 1997 helped fishermen in increasing their income. Coast People Economy Effort Program that was done by the government in 2000 also took a part in increasing fishermen’s access for capital. These are the aspects that help the increasing of Baron Beach fishermen’s welfare.

Kata Kunci : Sosiologi,Masyarakat Nelayan,Kesejahteraan,Mitos dan Diversifikasi Pekerjaan


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.