Pengaruh asupan Keong Emas terhadap kadar hormon paratiroid pada penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisis rutin
SUBEKTI, Kukuh, Prof.Dr.dr. H.M. Sja'bani, M.Med.Sc.,SpPD-KGH
2004 | Tesis | PPDS I Ilmu Penyakit DalamLatar Belakang: Sebagian penderita GGK yang menjalani HD rutin di Instalasi Renal RSDS Jogjakarta mengkonsumsi keong emas sebagai sumber protein hewani. Diketahui keong emas mengandung fosfat rendah dan kalsium tinggi. Pembatasan fosfat diet ditetapkan sebagai salah satu cara pencegahan dan pengobatan hiperparatiroidisme sekunder pada GGK. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan rerata kadar iPTH pada penderita GGK yang menjalani hemodialisis rutin di Instalasi Renal RS Dr Sardjito Jogjakarta yang kerap mengkonsumsi keong emas dibandingkan dengan rerata kadar iPTH penderita yang tidak kerap mengkonsumsi keong emas. Cara Penelitian: Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang (cross section). Wawancara dilakukan dengan kuesioner gizi kualitatif untuk mengetahui kekerapan makan keong emas terhadap seluruh penderita GGK yang memenuhi kriteria inklusi. Bersamaan dengan wawancara diambil darah vena untuk pemeriksaaan laboratorium. Kadar hormon paratiroid, kalsium dan fosfat serum diukur dengan metode ELISA, secara berturut-turut dinyakan dengan satuan pg/dl dan mg/dl. Hasil: Variabel penelitian terdistribusi normal. Rerata kadar iPTH serum kelompok kerap mengkonsumsi keong emas adalah 205,60+166,36 pg/ml dan rerata kadar iPTH serum kelompok tidak kerap mengkonsumsi keong emas adalah 223,90+88,38 pg/ml (p = 0,034). Rerata kadar ion kalsium dan fosfat serum tidak berbeda. Simpulan: Didapatkan kadar intact parathormon ( iPTH ) serum pada kelompok yang kerap mengkonsumsi keong emas lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak kerap mengkonsumsi keong emas. Saran: Diperlukan penelitian klinis pemberian diet keong emas dengan dosis tertentu dan frekuensi pemberian yang berbeda pada penderita GGK dengan HD rutin di Instalasi Renal RS Dr. Sardjito Jogjakarta, dengan metode penelitian membuta ganda sehingga dapat ditentukan apakah asupan keong emas dapat mencegah kejadian hiperparatiroidisme pada penderita gagal ginjal kronik
Background: Golden snail is the popular food in most ethnic Indonesian people and in chronic renal failure patients with routinely hemodialysed in Dr. Sardjito Hospital Jogjakarta as well. The benefits of golden snile for chronic renal failure patient have been introduced by Physician in Renal Installation Dr. Sardjito Hospital Jogjakarta since 2000, that it was the first time using golden snile as protein source forchronic renal failure patient in Indonesia. Golden snail has high calcium and low phosphate level. Secondary hyperparathyroidism is the main problem in end-stage renal diseases. The institution of dietary phosphate restriction is able to reverse many of the abnormalities in mineral metabolism; the plasma level of calcitriol is increase, while that of iPTH is diminished. Objective: To inves tigate the influence of golden snail intake habit to the level of parathyroid hormone in chronic renal failure patient with routinely hemodialysed in Dr. Sardjito Hospital, Jogjakarta. Study Design: A cross sectional study had been done in all renal failure patients who underwent routinely hemodialysed in Renal Installation Dr. Sardjito Hospital Jogjakarta 4-5 hours each session, two times/week that have been done more than 12 weeks. Group I are patients who was consumed golden snail every mealtime during > 5 day per week while group II are patients who was consumed golden snail < 2 day per week, within 3 month respectively . Result: There was significantly lower of serum iPTH level in Group I (205,60 ± 166,36 pg/ml) than serum iPTH level in Group II (223,90 ± 88,38 pg/ml) (p=0,034; 95% CI 6,35 – 157,31). Conclusion: There was significantly lower mean of serum iPTH level in-group I than mean of serum iPTH level in-group II.
Kata Kunci : Gagal Ginjal Kronik,Asupan Keong Emas,Hiper Paratiroid Sekunder, golden snail, chronic renal failure, secondary hyperparathyroidism