Pelestarian bangunan candi berbahan batu :: Kasus Candi Plaosan Lor Utama Utara, Candi Induk Sewu dan Candi Kedulan

HAMADOUN, Abdulrahman, Ir. Ikaputra, M.Eng.,Ph.D

2004 | Tesis | S2 Teknik Arsitektur

Peninggalan-peninggalan yang memiliki nilai sejarah, arsitektur dan budaya harus dilindungi melalui konservasi dan pemugaran, dengan demikian pelestarian peninggalan arsitektur tersebut menjadi sangat penting karena dapat dipakai sebagai identitas atau karakter budaya suatu tempat atau bangsa. Pada pelestarian bangunan candi berbahan batu permasalahan yang terjadi adalah bahwa kesalahan atau penyimpangan dalam pemugaran mempengaruhi nilai arsitektur terutama estetika. Pemugaran candi yang merupakan bangunan keagamaan harus menerapkan prinsip-prinsip pemugaran yaitu, keaslian bentuk, keaslian bahan, keaslian tata letak bangunan, dan keaslian teknik pengerjaan. Proses pemugaran ini meliputi enam tahap yaitu, pembongkaran, penggalian, penyusunan percobaan, perawatan bahan, perkuatan struktur, dan pemasangan kembali. Unsur-unsur estetika yang terpengaruh dari proses pemugaran dan menjadi fokus penelitian adalah proporsi, bentuk, dan susunan atau komposisi. Paradigma penelitian ini adalah rasionalstik, dimana teori-teori yang terkait dengan pemugaran candi mendukung pembahasan variabel-variabel pemugaran seperti penggalian, penyusunan percobaan dan lain-lain.. Penelitian yang besifat kualitatif dilakukan dengan metode deskriptif, dimana penelitian ini mendeskripsikan tiga studi kasus dari tiga aspek yaitu, arsitektur candi, kondisi dan cara pelaksanaan pemugaran. Pada penelitian ini, tahap pertama mendeskripsikan arsitektur kasus Candi Plaosan Lor Utama Utara, kasus Candi Induk Sewu, dan Kasus Candi Kedulan. Tahap kedua mendeskripsikan dan menjelaskan tahap-tahap pelaksanaan proses pemugaran kasus-kasus penelitian. Tahap ketiga melihat di lapangan hasil pelaksanaan pemugaran kasus-kasus penelitian serta menganalisis tahap-tahap pemugaran untuk mengetahui apakah ada pengaruh pelaksanaan tahapan tersebut terhadap nilai estetika (proporsi, bentuk, dan susunan) bangunan candi. Hasil analisis penelitian menunjukan, bahwa tahap-tahap yang mempengaruhi nilai estetika bangunan candi adalah tahap penggalian, penyusunan percobaan, perkuatan struktur, pemasangan kembali, sedangkan perawatan bahan hanya mempengaruhi bentuk dan susunan (komposisi). Di lain pihak, tahap yang tidak mempengaruhi nilai estetika candi adalah tahap pembongkaran. Hasil analisis juga menunjukan bahwa pemahatan batu-batu pengganti baru yang dipasang belum secara konsisten mengikuti satu sistem yang menerapkan baik prinsip arkeologi maupun prinsip estetika.

Relics that have historical, architecture, or cultural values, have to be preserved and protected through conservation and restoration. Such conservation and restoration have a vital role within the process of identification and characterization of a specified culture or nation through its own relics. In the case of stone-made buildings (in this study are temples) the likeliest problem is that any mistake or deviation within the restoration process will affect the architecture core values, specially the aesthetic values. The restoration of temples as religious buildings has to match with some principles, which called ‘principles of restoration’. These principles are; form originality, material originality, set up originality, and the originality of work ways and techniques. Restoration process usually consists of six steps. These steps are deconstruction, digging, trial set up, material treatment, structure reinforcement, and reconstruction. The most ‘beaffected’ aesthetic elements (that become the focus of this study) through such process of restoration are proportion, form, and composition. The research paradigm within the study is rationalistic; where theories related to the temples restoration always support variable inquiry of restoration process such digging, trial set up …etc. A qualitative research is done with a descriptive method, where the study describes three main cases from three main aspects that are temple architecture, restoration condition, and techniques. In this study, the first step is to describe the architecture of three case studies, Candi Plaosan Lor Utama Utara, Induk Sewu, and Kedulan. The second step is to describe and explain the main steps of restoration implementation process within the three chosen cases. The third step tries to produce a field observation of the restoration process results, then analyzing the restoration steps in order to know if the restoration implementation has an impact on the aesthetic values (proportion, form, and set up). The study findings point out that digging, trial set up, structure reinforcement, and reconstruction affect all studied aesthetic values of temple buildings, while material treatment only affects form and set up (composition). In other hand, deconstruction is the step that does not affect any aesthetic values of temple buildings. At last, the study found out that neither archeological principles nor aesthetic principles could be followed in the relief on the new substitute stone.

Kata Kunci : Bangunan Candi, Pelestarian, Pemugaran