Gerakan perlawanan pengamen jalanan :: Studi di dua Organisasi Pengamen SPI dan TAABAH Yogyakarta
MUZAKAR, Abdullah, Dr. Susetiawan
2004 | Tesis | S2 SosiologiStudi tentang gerakan sosial selama ini sudah banyak membahas keberadaan gerakan petani, buruh, mahasiswa, NGO’s dan varian gerakan sosial lainnya, akan tetapi studi yang berkaitan dengan gerakan pengamen sejauh yang peneliti ketahui belum pernah dilakukan, padahal pada kenyataan kekuatan gerakan sosial, khususnya di Yogyakarta pengamen telah menunjukkan dirinya sebagai bagian dari kekuatan perlawanan masyarakat sipil yang cukup intens terlibat dalam kerja-kerja gerakan, karena itu studi tentang gerakan pengamen menjadi relevan untuk dilihat sebagai kekuatan baru dalam wacana akademis gerakan sosial di Indonesia. Sebagai upaya memahami keberadaan gerakan pengamen, maka pertanyaan mendasar yang diajukan adalah bagaimana latar belakang kemunculan gerakan pengamen, pola gerakan yang dikembangkan, serta hubungan dengan gerakan sosial lainnya. Untuk mengungkap kecenderungan gerakan yang dilakukan pengamen peneliti mencoba menggunakan metode penelitian studi kasus ‘Case Study’, pilihan metode ini dimaksudkan sebagai upaya menemukan faktor- faktor tertentu tingkah laku sosial, relasi antar unit-unit tersebut dengan milieu sekitarnya dan sejarah pembentukan dari faktor-faktor sosial yang secara spesifik membentuk gerakan pengamen di DIY, seperti keberadaan SPI dan TAABAH. Penelitian ini melibatkan 7 (tujuh) orang informan. Adapun analisis data menggunakan metode Verstehen (interpretatif understanding) dalam konfigurasi fenomena dan fakta sosiologis yang terefleksi dan muncul dipetakan dan dipolakan ke dalam perspektif komunitas dua organisasi pengamen yang menjadi sasaran penelitian. Dari studi yang dilakukan ditemukan dua persoalan mendasar yang dialami pengamen adalah : Pertama, adanya kondisi hambatan struktural “structural strainâ€yang dilakukan negara, dimana pengamen tidak mendapatkan perlindungan dan hak publiknya sebagai bagian dari warga negara. Kedua, hambatan kultural “cultural strain†atas stereotipe negatif masyarakat terhadap keberadaan pekerjaan mereka. Dari kedua persoalan yang melingkupi pengamen sebagai bagian dari kaum miskin kota berimplikasi pada kondisi marginalisasi dan alienasi baik sebagai warga negara maupun sebagai warga masyarakat. Dari kedua persoalan yang dihadapi oleh pengamen di atas, maka pemahaman umum yang terungkap dari studi tentang gerakan pengamen ini adalah bahwa pengamen melakukan gerakan dilandasi oleh : Pertama, lahir sebagai respon atas kondisi ketidakadilan yang dilakukan negara, yang mengabaikan hak-hak mereka sebagai bagian dari warga negara yang memiliki posisi yang sama untuk diakomodasi dalam kebijakan pembangunan, yang selama ini lebih berpihak kepada kelas pemilik modal (kapitalis). Kedua, Stereotipe atas keberadaan mereka pada aras kultural masyarakat mendorong pengamen untuk melakukan gerakan sebagai upaya mendapatkan pengakuan sebagai bagian dari masyarakat yang co-eksistensi dengan kelompok msayrakat lainnya. Pilihan untuk menjadi pengamen bukanlah pilihan yang melegalisasi negara dan kelompok masyarakat untuk menganggap mereka sebagai kelompok yang tidak layak untuk diperlakukan sebagaimana pekerjaan dan profesi lainnya.
Kata Kunci : Sosiologi,Gerakan Perlawanan,Pengamen Jalanan