Laporkan Masalah

Eksploitasi hubungan Pandega-Juragan dalam modernisasi perikanan tangkap di Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur

FEBRIANTO, Priyono Tri, Drs. Rahardjo, MSc

2004 | Tesis | S2 Sosiologi

Penelitian ini --dengan analisa kualitatif-- berusaha mendeskripsikan eksploitasi yang terjadi pada hubungan “patron-client” pandega dengan juragan akibat modernisasi perikanan tangkap di kalangan masyarakat nelayan Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Fokus penelitian diarahkan untuk melihat ada tidaknya ketimpangan yang mencolok antara pandega dengan juragan, ketergantungan pandega terhadap juragan, persaingan antara para pandega, dan semacam konspirasi yang memblokir kehidupan suatu kelompok nelayan. Berdasarkan temuan data di lapangan, modernisasi yang --merupakan salah satu kebijakan pembangunan-- diadopsi pemerintah Indonesia sejak jaman Orde Baru hingga saat ini pada sektor perikanan, telah menumbuhkan ketergantungan para nelayan pada alat-alat yang berbau kecanggihan teknologi. Sehingga keinginan untuk mencari keuntungan lebih besar --di area yang mempunyai keterbatasan tempat dan waktu-- sudah menggunakan dan menghalalkan segala cara, yang antara lain adalah pengeboman dan pemotasan. Nelayan yang masih menggunakan cara-cara tradisional sudah pasti akan kalah bersaing dengan yang menggunakan teknologi terkini, sehingga menyulut terjadinya kesenjangan yang berujung pada munculnya eksploitasi yang berpotensi konflik. Dua implikasi serius dari kebijakan modernisasi perikanan yang digunakan pemerintah, yaitu: pertama, modernisasi perikanan yang lebih ditekankan pada peningkatan teknologi mekanisasi penangkapan malah membuat eksploitasi dan ketimpangan kelas lebih mencolok antara juragan dengan pandega. Atau bisa diartikan bahwa modernisasi perikanan hanya dinikmati oleh sebagian kecil juragan --sebagai pemodal atau nelayan kaya -- yang memiliki akses ekonomi dan pengetahuan, sedang pada tataran pandega (buruh nelayan) tetap saja menjadi kaum tertindas dan terjebak dalam kemiskinan. Kedua, kebijakan modernisasi telah menyebabkan daya dukung lingkungan menjadi rusak akibat hanya terkonsentrasi pada peningkatan hasil tangkapan. Sebab hampir selama tiga dasawarsa dilaksanakannya modernisasi perikanan, sosialisasi pemahaman yang baik terhadap lingkungan kelautan --yang menjadi investasi pengetahuan dan pengertian-- diabaikan pemerintah yang membuat terjadinya degradasi lingkungan yang fatal.

This research --which uses qualitative analysis-- is trying to give description regarding to exploitation which happened to patron client relationship between “pandega” (employees on fishing vessel) with “juragan” (big owners/capitalist) caused by modernization on fishing hauling in fisher society at Grajagan village, Purwoharjo, Banyuwangi in East Java. The observation was directed to see whether the extreme discrepancy is involved into that relationship, dependence of fishermen to the owners of ships, competition between the big owners and a kind of conspiration which blocks a group fishermen’s life. Based on data on the spot, modernization --which is one of development policy-- has been adopted by goverment since “Orde Baru” era until today in fishing sector. This has led fishermen to depend on sophisticated technologies that trigger the fishermen to use any ways in order to gain benefits as much as possible such as bombing and poisoning. Fishermen who still persist to use traditional equipments will be unable to compete with those latest technologies, it leads to discrepancy which brings to exploitation. It could be said that modernization on fishing which is implemented by government have two serious impacts, they are: first, modernization on fishing is emphasized more to the incre ment of mechanization technology that makes exploitation and the discrepancy between the big owners and the employees on fishing vessels become more extreme. Or it could be concluded that modernization on fishing is only enjoyed by small part of owners as capitalists and rich fishermen who has economic access and knowledge, otherwise labored fishers are still the tortured society and trapped in poverty. Second, modernization policy has caused the environment become broken because it only focuses on fish haulin g production. Since almost three decades the modernization has been implemented by government, socialization of good understanding about sea environment which can be part of knowledge investment is ignored by government which leads to degradation of environment itself.

Kata Kunci : Konflik Kepentingan, Modernisasi Perikanan, Hubungan Pandega dan Juragan, modernization, exploitation, relationship


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.