Unsur bawah sadar tokoh Merahnya Merah Iwan Simatupang pemaknaan dengan kajian psikoanalisis
KADARYATI, Prof.Dr. Rachmat Djoko Pradopo
2004 | Tesis | S2 Sastra Indonesia dan JawaNovel Merahnya Merah (MM) adalah salah satu novel karya Iwan Simatupang yang mengangkat dunia kehidupan profesi keagamaan calon rahib yang pindah sebagai seorang gelandangan dengan segala problematika kejiwaannya. Berbagai masalah sosial, psikologis ditampilkan oleh pengarang seperti masalah kemiskinan, kegelandangan, keterasingan, kecemasan, kekejaman, percintaan, hubungan seksual, dan keresahan. Pengarang juga menampilkan masalah religiusitas dan penyimpangan-penyimpangan moral. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis masalah unsur bawah sadar tokoh Merahnya Merah. Untuk mencapai tujuan tersebut dimanfaatkan teori psikoanalisis. Kajian unsur bawah sadar ini dimaksudkan untuk menemukan faktor-faktor Id, Ego, dan Superego yang berada dalam uns ur-unsur struktur Merahnya Merah pada tokoh, latar, dan alur. Dari kajian terhadap unsur bawah sadar para tokoh, tampak bahwa novel Merahnya Merah ditulis oleh pengarang sebagai perwujudan pelepasan ketegangan emosional setelah tokoh mengalami pertikaian batin. Metode yang digunakan adalah metode transferensi dan asosiasi bebas. Novel Merahnya Merah dengan teori psikoanalisis Sigmund Freud menemukan bahwa unsur Id lebih banyak ditemukan paa tokoh daripada unsur lainnya, Ego dan Superego. Keinginan tersebut muncul ke permukaan dalam bentuk penyimpangan tingkah laku. Hal ini, merupakan penggambaran ketidakmampuan Ego dan Superego dalam menekan dan mengontrol Id. Id dengan bebas muncul dalam kepribadian individu tokoh Merahnya Merah. Kajian terhadap Merahnya Merah mengemukakan oposisi nilai lama atau tradisional dan nilai baru atau modern. Nilai lama diwakili oleh Tokoh Kita, Maria, dan Pak Centeng, sedang nilai baru atau modern diwakili oleh Fifi. Kedua nilai tersebut saling mengisi dan mempengaruhi sehingga membentuk kesatuan utuh dalam Merahnya Merah. Kenyataan akhir, oposisi nilai tradisional tetap menunjukkan eksistensinya mengalahkan nilai modern. Nilai-nilai tradisional memiliki unsur kebebasan, kegelandangan, percintaan, hubungan seks, kecemasan, dan pembunuhan. Nilai tradisional tersebut cenderung menggambarkan unsur-unsur kegelapan yang berada dalam bawah sadar manusia. Nilai masyarakat yang tergambar dalam Merahnya Merah adalah dorongan nilai naluriah. Tokoh Kita memiliki religiusitas tinggi, patriotisme yang bertanggung jawab, tetapi ia juga sering menjadi algojo dan berperilaku seks bebas. Maria adalah seorang wanita religius, baik hati, suka menolong, tetapi ia juga wanita kejam, pembunuh Fifi, dan pemuas laki- laki. Fifi adalah wanita muda cantik dan pelacur kecil yang telah membawa nilai baru, berani meninggalkan nilai tradisi untuk mengejar kesempurnaan hidup manusia. Pak Centeng sebagai seorang pemberani, pelindung perkampungan gelandangan, tetapi ia seorang yang lebih mementingkan kebutuhan naluri libido daripada kebutuhan sosial religius. Tokoh polisi sebagai tokoh penegak hukum ternyata justru merasakan hubungan seksual bersama Fifi. Tokoh Icih, pangdak, pangdam, dan mantri kesehatan adalah para tokoh yang tidak jelas gambaran psikologisnya. Kata Merahnya Merah sebagai judul cerita menyiratkan makna bawah sadar pemenuhan kebutuhan biologis tokoh yang didera perasaan, kecemasan, kegelisahan, keterasingan, kebebasan seksual, kekejaman, dan tempat pemuasan nafsu. Hal ini sebenarnya lebih menunjukkan gambaran kritik terhadap perilaku masyarakat yang mengatasnamakan golongan religius, aparat hukum, dan masyarakat awam dalam mempertahankan sksistensinya.
Merahnya Merah (MM) is one of the novels written by Iwan Simatupang which discusses about a life of religious profession of a priest candidate who convert his life to a vagrant and his mental problems. Kinds of social and psychological problems presented by the write such as : poverty, vagrancy, isolation, anxiety, cruelty, love, intercourse, and worry. The writer also presents religiosity problem and moral deviation. The objective of the research is analyzing the problem of the character’s subconsciousness aspect in the novel of Merahnya Merah. The psychoanalysis is applied to reach the objective. The analysis of subconciousness aspect is used to find the Id, Ego, and Superego that exist in the structural aspect of Merahnya Merah’s character, setting and plot. From the analysis of subconsciousness of the characters it showed that the novel was written as the realization of releasing emotional depression after having moral conflict. Transference and free association were the chosen methods in this research. The psychoanalysis theory of Sigmund Freud found was Id as the dominant aspect. The will appears in the form of behavior deviation. It showed the inability of Ego and Superego in pressing and controlling Id. Id freely appeared in the individual personality of the Merahnya Merah character. The analysis of Merahnya Merah described the contracdition between old value or traditional one and the new value or the modern one. Fifi, Maria, and Pak Centeng represented the old value while Fifi represented the new one. Both value were completed and influenced each other so it made unity in this novel. The fact that the new value can not change the existence of the old obne. The traditional value covered some aspects namely, freedom, vagrancy, love, intercourse, anxiety and murder. It tended to describe the bad things in the human subconsciousness. It also described the value of conscience of social calue. The Character of Kita had high religiosity, responsible patriotic, he also becamebodyguard and diod free sex. Maria was religious, kind, helpful but she was also cruel, Fifi’s killer, and always made man satisfied. Fifi was a young woman and also a little prostitute who had brought the new value and leaving the traditional value to reach the perfection of human life. Pak Centeng was very brave, the bodyguard of the slum but he thought that his libido was more important than the social and religious need. The police character as the one who upheld the law was in fact having sex with Fifi. The psychological aspects of Icih, Commander in Chief of the Ground Force, Territorial Military Commander and medical aide were not described clearly. The words Merahnya Merah expressed the meaning of subconciousness in satisfying the biological need of the characters who had the feeling of anxiety, worry, isolation, free sex, cruelty and place for satisfying the sexual need. It is in fact the critical description of society behaviour which represented by the religious men, law agencies, and common people in maintaining the existence.
Kata Kunci : Sastra Indonesia,Novel Iwan Simatupang,Tokoh Merahnya Merah,Psikoanalisis, Psychoanalysis, subconsiousness, anxiety, worry, isolation, free sex, cruelty