Laporkan Masalah

Perubahan metode penetapan hukum Islam di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1984-1992

SRIYANTO, Agus, Drs. Rahardjo, MSc

2004 | Tesis | S2 Sosiologi

Nahdlatul Ulama (NU) selama ini dikenal sebagai golongan Islam tradisional di Indonesia. Stigma yang melekat pada organisasi ini adalah, statis serta ortodok dan tidak dapat dimasukkkan ke dalam golongan modernis. Sejak berdiri pada tahun 1926, NU menyatakan diri sebagai organisasi yang mengikuti salah satu dari empat mazhab Islam. Dan dalam hal ini NU mengambil mazhab Syafi’I dalam bidang fiqh. Dalam Perjalannanya sebagai organisasi social keagamaan NU memegang dengan kuat mazhab fiqh ini, tapi ketika NU masuk ke arena politik, mazhab ini banyak mengalami kegoyahan, dimana mazhab Syafi’I mulai banyak dilanggar dan mengambil mazhab lain yang ‘lebih sesuai’ dengan dunia politik. Melihat kondisi tersebut di atas, banyak kalangan NU yang berpendapat bahwa NU sebaiknya keluar dari politik praktis dan kembali ke Khittah 1926. Akhirnya pada tahun 1984 NU menyatakan kembali ke Khittah 1926 dan keluar dari politik praktis. Sejak saat itu NU kembali berkonsentrasi dalam bidang keagamaan. Sejalan dengan kembalinya NU ke Khittah 1926, pemikiran keagamaan di lingkungan NU mulai berkembang, terutama semenjak GusDur menjadi ketua umum PBNU. Pada tahun 1987 dalam Munas Alim Ulama di Cilacap, dicapai kesepakatan untuk mengadakan pembaharuan dalam bidang fiqh. Kesepakatan inipun akhirnya dilanjutkan dengan berbagai halaqah yang membahas tentang upaya kontekstualisasi kitab kuning serta pengembangan fiqh. Hasil dari halaqah tersebut akhirnya dibahas kembali dan disahkan dalam Munas Lampung, dengan menghasilkan rumusan metode fiqh baru NU yang lebih kontekstual dengan keadaan zaman. Dengan demikian NU telah mengalami perubahan yang sangat fundamental yakni tentang reorientasi mazhab.

This research aim to for the description of opinion growth in the field of Islamic Law in environment of Evocation Moslem Scholar. Nahdlatul Ulama ( NU) during the time known as a traditional Islam faction in Indonesia. Coherent stigma at this organization is, static and also fussy and cannot input into modernist faction. Since standing in the year 1926, NU expressing x'self as organization following one of the four Islam sect. And in this case NU take the sect Syafi'I in the field of Islamic law. In this journey as religious organization social of NU hold powerfully this sect Islamic law, but when NU step into the political arena, this sect a lot of experiencing of groggy, where sect Syafi'I start a lot of impinged and take the other dissimilar sect ' more according to' with the political world. See the above mentioned condition, a lot of circle NU having a notion that NU better go out from practical politics and back to mark with lines struggle1926. Finally in the year 1984 NU express to return to mark with lines struggle1926 and go out from practical politics. After the time of that NU return the to have concentration in the field of religious. In line with the return of NU to mark with lines struggle1926, religious opinion in environment NU start to expand, especially early Gus Dur become the chief of PBNU. In the year 1987 in National Deliberation Clergy in Cilacap, reached by the agreement to perform the renewal in the field of Islamic law. This agreement is finally continued by various discussion studying about effort of contextualization of yellow book and also development Islamic law. Result from the discussion is finally restudied and ratified in Lampung National Deliberation, productively new method Islamic law formula of more NU of contextual with the epoch circumstance. Thereby NU have experienced of the very basal change namely about sect reorientation

Kata Kunci : Sosiologi,Islam dan Budaya Lokal,Hukum Islam,NU, Nahdlatul Ulama, Islamic Law, Sect


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.