Laporkan Masalah

Gaya seni bangun Monumen Kejuangan di Surakarta :: Kajian pemaknaan citra dan estetika

SETYAWAN, Agus Nur, Prof.Drs. SP. Gustami, SU

2004 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa

Selama masa Perang Kemerdekaan (1945-1949), rakyat Surakarta yang tergabung dalam pasukan reguler Tentara Nasional Indonesia (TNI), Tentara Pelajar (TP) maupun rakyat biasa, terlibat dalam berbagai peristiwa bersejarah. Meliputi dua peristiwa pertempuran: perebutan kekuasaan Jepang, dan serangan umum 4 hari di Sala, serta sebuah peristiwa diplomasi perundingan: perjanjian gencatan senjata. Ketiga peristiwa itu melatar-belakangi dibangunnya sejumlah monumen kejuangan yang tersebar di kota Surakarta. Dalam Serangan Umum 4 Hari di Sala (7-10 Agustus 1949), khususnya terdapat dua perintah siasat yang menimbulkan suasana ketegangan dan ketidak-harmonisan komunikasi yang menyelimuti suasana batin kelompok pasukan TP maupun TNI. Dalam citra perwujudan estetisnya, seni bangun monumen kejuangan rakyat Surakarta itu disajikan dalam beragam gaya dan ditempatkan pada beragam lokasi. Munculnya beragam gaya perwujudan estetis disertai kecenderungan lokasinya yang tersembunyi, langsung maupun tidak dipengaruhi sekaligus merefleksikan adanya disparitas pemaknaan terhadap peran kejuangan masing-masing kelompok. Berdasarkan tinjauan kritis, estetika perwujudan dan cara penempatan monumen-monumen kejuangan di Surakarta tersebut menunjukkan adanya diskrepansi lokasi, yang berimplikasi pada terbatasnya upaya pencapaian estetika bentuk, serta mengakibatkan terciptanya suatu jarak sosial antara masyarakat umum sebagai pengguna seni dalam kerangka proses identifikasi dan personifikasi simbolis, dengan beragam bentuk ekspresi simbolis nilai-nilai kejuangan yang disajikan melalui bentuk seni bangun monumen. Lebih dari itu, saratnya kepentingan kelompok yang di”titipkan” kedalam perwujudan simbolis monumen, menjadikan estetika perwujudan bentuk seni bangun monumen kejuangan tersebut tak lain merupakan pengejawantahan semu dari simbol kebersamaan dan kesatuan antar berbagai kelompok dalam peran kejuangan mereka selama masa perang kemerdekaan di Surakarta.

As a symbolic communication media, the presentation of artistic monument buildings can be used as ideological instrument, as we see at many heroic struggle monuments in Surakarta presenting the meaning of corps interest, in the way to send some ideological messages of their involvement in fighting against colonialism, during the time of Perang Kemerdekaan. Perang Kemerdekaan in Surakarta, 1945-1949, recorded three main historical affairs: 1) the fighting against the Japanesse power; 2) serangan umum 4 hari di Sala; and 3) a negotiation of cease fire order; which involved the three groups of pejuang. Pervade group of common people of Surakarta, group of TP (Tentara pelajar) and group of TNI (Tentara Nasional Indonesia) or Indonesian regular army. These entire struggle affairs became the setting of artistic monument buildings that were built in Surakarta, during the years 1974-1986, in several varieties of locations staging and presentation style. The appearance of aesthetics presentation of the monument building, directly as well as indirectly, is influenced and also reflects the existence of disparity meaning of the struggle participating of each group. According to the critical analysis, on how the artistic monument buildings are located and how the heroic struggle monuments in Surakarta are presented, they show the discrepancy locations that give some consequences to their limited forming of the artistic achievement. On the other hand, they also give a certain consequence to a social distance, between the audience and the symbolic presentation, in the process of symbolic personification and symbolic identification to the spirit of the struggle, that are served by the artistic monument buildings. Even more, the excessive vested group interest that is brought by the artistic monument buildings as the symbolic expression, presents a pseudo symbolism of the integrity and togetherness of those groups in their struggle participation during Perang Kemerdekaan.

Kata Kunci : monumen, simbol dan makna, monument, symbol and meaning


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.