Pola permukiman di sekitar tempat pembuangan akhir sampah :: Studi kasus TPAS Putri Cempo Surakarta

SUTAMA, Purnama Hadi, Ir. Haryadi, M.Arch.,PhD

2004 | Tesis | Magister Perencanaan Kota dan Daerah

Keberadaan tempat pembuangan akhir sampah (TPA) memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai pengolahan akhir sampah baik akan didaur ulang sebagai komposing ataupun hanya ditimbun setelah disortir oleh pemulung. Tempat pembuangan akhir menempati lahan yang cukup luas (17Ha), terletak di tepi bagian utara kota berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar. Dengan terbatasnya pendanaan penanganan persampahan masih mengarah ke open dumping, yaitu tumpukan sampah dibiarkan di lahan terbuka sampai mengalami proses komposting secara alami. Disekitar tempat pembuangan tumbuh permukiman dengan memanfaatkan kemudahan akses jalan yang sebetulnya diperuntukkan bagi armada pengangkut sampah. Pola permukiman di sekitar tempat pembuangan akhir sampah dipengaruhi oleh aktifitas manusia dalam menjalankan kegiatan perekonomian yang berkaitan dengan sampah. Penelitian ini menggunakan metode induktif eksploratif, penggunaan metode ini untuk mendapatkan gambaran mendalam terhadap kondisi nyata mengenai pola permukiman yang ada di sekitar tempat pembuangan akhir sampah. Penelitian dilakukan di Wilayah Kelurahan Mojosongo Kota Surakarta, yang dilatarbelakangi oleh adanya fakta bahwa disekitar tempat pembuangan akhir sampah tumbuh permukiman yang sering menimbulkan konflik kepentingan antara perlindungan lingkungan disatu sisi dengan masyarakat yang memandang sampah sebagai sumber ekonomi, hal tersebut menyulitkan pemerintah daerah untuk mengelola tempat pembuangan sesuai standard yang ada. Berdasarkan analisa kuantitatif terhadap data primer dari hasil wawancara terstruktur dan kuisioner dan pembahasan yang dilakukan terhadap pengaruh ketersediaan prasarana, ketersediaan utilitas, kebijakan, kemudahan aksesibilitas, pengaruh fisik dasar dan harga tanah, maka beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah : (1) adanya masyarakat “pengolah sampah” di sekitar tempat pembuangan akhir sampah sangat ditentukan oleh sistim pengolahan sampah yang open dumping; (2) dari total sampah yang dibuang sebesar 229.557 kg/hari yang terdiri dari sampah organic sebesar 64,1% dan non organic 35,9%, tumbuh penduduk disekitar lokasi yang terdiri dari pengumpul 74%, pengolah 11%, lapak 9% dan lain-lain 6%; (3) pola permukiman yang terjadi di sekitar tempat pembuangan akhir sampah sangat terkait dengan struktur masyarakat “pengolah sampah” yaitu: a. lapak biasanya akan berada pada tepi jalan utama, b. pengolah akan berada pada tepi jalan utama atau jalan kampung dengan tetap memperhatikan kemudahan akses, c. pemulung berada tersebar di sekitar lapak maupun pengolah dengan tetap memperhatikan kedekatan dengan lokasi tempat pembuangan akhir sampah; (4) selain struktur masyarakat, faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pola permukiman di sekitar lokasi pembuangan akhir sampah antara lain: a. faktor fisik wilayah seperti topografi dan geologi; b. faktor fisik prasarana lingkungan, berupa pembangunan jaringan jalan, listrik, telepon, sistim drainase dan air bersih; c. faktor non fisik dasar merupakan faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap pemilihan lokasi tempat tinggal, seperti tingkat pendidikan dan besarnya pendapatan.

Garbage dumping site has a very important fungtion, that is, as the final processing of garbage, either for further recycling into compost or to be buried after a sorting out by garbage pickers. Putri Cempo dumping site occupies a relatively large area (17 hectares) located in the northern part of Surakarta city that borders Karanganyar regency. Due to limited budget, the garbage management is still oriented to open dumping, that is, leaving the garbage in an open space for natural decomposition. Around the dumping site grows a settlement, which makes use of the access of road specially constructed for garbage-transporting trucks. The pattern of this settlement is affected by human activities in economic sectors related to garbage. The research uses an exploratives inductive method. The reason for using this method is to obtain an in-depth description of the real condition of the pattern of settlement around the dumping site. It was conducted in the area of Mojosongo village, Surakarta city. This research location is facing a problem in relation to the fact that the growing settlement often causes conflict of interests of environment conservation and the society that regard garbage as an economic source. Such a conflict puts the regional government in difficulty to manage the dumping site according to the required standard. The following conclusions are made based on the qualitative analysis of the primary data obtained from structured interviews and questionnaires, and the discussion on the effects from the availability of infrastructure and utility, accessibility, impacts of basic physic and land price: 1) The presence of ‘garbageprocessing community’ around the dumping site is influenced very much by the open dumping garbage processing system. 2) The amount of garbage thrown into the dumping site is 229.557 kg/day consisting of 64,1% organic garbage and 35,9% non-organic garbage. The population around the dumping site consists of 74% garbage pickers, 11% processing group, 9% lapak (bigger collector), and 6% others. 3) The pattern of settlement around the dumping site is closely related with the structure of ‘garbage-processing’ society, that is, a. lapak usually inhabits on the sides along the main road; b. processing group will occupy the area along the main road or village road but still regarding the ease of access; c. pickers spread around lapak or processing group, still by considering proximity to the dumping site. 4) In addition to the community structure, other factors thet give influence to the pattern of settlement include, among others: a. regional physical factors such as topography and geology; b. factors pertaining to environment infrastructure such as road network, electricity, telephone, drainage system, and clean water; c. non basic physical factor is social-economic factor that affects the choice of dwelling place, such as education and income levels.

Kata Kunci : Pola Permukiman,TPA