Laporkan Masalah

Peran Transformasi Digital Dalam Perkembangan Budaya Digital Pengguna Aplikasi M-Paspor di Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Batam

Pratiwa Wisnu Maharsi, Drs. Pande Made Made Kutanegara, M.Si., Ph.D.; Prof. Ir. Achmad Djunaedi, MURP., Ph.D.

2023 | Tesis | MAGISTER KEPEMIMPINAN DAN INOVASI KEBIJAKAN

Peluncuran Aplikasi M-Paspor memaksa pengguna layanan paspor mengubah cara mendaftar dan mengantre. Transformasi digital pada pelayanan paspor telah dimulai. Dengan berbagai fitur di dalamnya, M-Paspor memberikan pengalaman baru bagi pemohon paspor. Melalui kampanye pemangkasan birokrasi hingga pelayanan paperless, M-Paspor digadang-gadang akan dikembangkan menjadi Super-App Imigrasi. Namun kenyataan di lapangan Transformasi digital yang diwujudkan dengan peluncuran M-Paspor ini bahkan belum mampu merangsang budaya digital yang telah ada pada masyarakat. Aplikasi yang masih belum matang dan masih memiliki banyak kekurangan tidak mampu menjadi pemantik perkembangan budaya digital pada masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pegawai dan sebagian masyarakat antusias dengan transformasi digital pada Kantor Imigrasi Batam. Pengguna menganggap aplikasi M-Paspor masih memiliki banyak hal yang harus dibenahi. Selain itu pelaksanaan di lapangan juga belum berjalan dengan baik, tidak seperti yang dikampanyekan. Sehingga menyebabkan budaya digital masyarakat tidak berkembang. Selain disebabkan oleh Aplikasi, berdasarkan hasil penelitian telah ditemukan faktor-faktor lain yang menghambat perkembangan budaya digital yang dirangsang oleh transformasi digital pada pelayanan paspor. Terdapat faktor-faktor yang memiliki andil besar dan seharusnya masalah tersebut menjadi prioritas utama untuk diselesaikan selain membenahi dan mengembangkan M-Paspor.

The launch of the M-Passport App forced users of the passport service to change the way they register and queue. The digital transformation of passport services has begun. With various features in it, M-Passport provides a new experience for passport applicants. Through a campaign to cut bureaucracy to paperless services, M-Passport is predicted to be developed into an Immigration Super-App. However, the reality on the ground Digital transformation realized with the launch of M-Paspor has not even been able to stimulate the digital culture that has existed in society. Applications that are still immature and still have many shortcomings are not able to ignite the development of digital culture in society. The results of this study show that employees and some people are enthusiastic about digital transformation at the Batam Immigration Office. Users assume the M-Passport app still has a lot to fix. In addition, the implementation on the ground has not gone well, unlike what was campaigned. Thus, causing people's digital culture not to develop. Apart from being caused by the Application, based on the results of research, other factors have been found that hinder the development of digital culture stimulated by digital transformation in passport services. There are factors that have a big hand and the problem should be the top priority to be resolved in addition to fixing and developing the M-Passport.

Kata Kunci : Transformasi Digital, Pelayanan Paspor, M-Paspor, Budaya Digital, Faktor-faktor budaya digital