Laporkan Masalah

Relasi Gender dalam Hubungan Berpacaran Kaum Muda Perempuan dan Laki-laki di Yogyakarta

ANISAH ROSA D, Desintha Dwi Asriani, S.Sos, M.A, Ph.D

2022 | Skripsi | S1 SOSIOLOGI

Pacaran merupakan bentuk manifestasi hubungan romantis yang jamak ditemui pada kehidupan kawula muda di Indonesia. Bersatunya dua insan manusia antara perempuan dan laki-laki yang sedang di mabuk asmara dalam sebuah ikatan pacaran menjadi awal mula perkembangan seksualitas kaum muda. Kisah cinta saat mengarungi fase pacaran juga tidak lepas dari adanya pasang surut dalam hubungan yang acapkali menimbulkan kerentanan, terutama bagi perempuan. Hal tersebut berakar dari konstruksi budaya patriarki yang menafsirkan wacana seks dan gender secara serampangan. Miskonsepsi ini membuat perempuan dihadapkan pada berbagai stigma, stereotipe, dan bias gender yang berimbas pada terciptanya relasi kuasa yang timpang. Perempuan diposisikan seolah-olah lebih lemah dibanding laki-laki dalam menjalin hubungan pacaran. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman berbasis gender dan mengetahui pemaknaan kesetaraan gender dalam hubungan pacaran beserta faktor yang melatarbelakangi pemaknaan tersebut dari perspektif kaum muda. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teori yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah adalah (1) teori gender differences serta (2) pure relationship yang di mana pembentukan makna kesetaraan gender tergambar melalui pengalaman berbasis gender yang terus-menerus disosialisasikan di dalam institusi sosial. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara mendalam. Melalui proses pengolahan data, ditemukan bahwa informan perempuan dan laki-laki memiliki pengalaman pacaran berbasis gender yang berbeda. Wacana tersebut tidak hanya bermakna sebagai bahasan mengenai konstruksi yang sangat kuat mengenai perbedaan posisi dan peran yang dibedakan berdasarkan determinasi biologis, namun juga berkaitan dengan adanya subjektivitas dan plastic sexuality di dalamnya. Fenomena perempuan yang selalu berperan sebagai subjek pasif dan laki-laki yang memainkan peran-peran aktif menjadi sebuah hal yang dinormalkan dalam menjalin hubungan pacaran.Sebagai pelaku seksual aktif kaum muda perempuan dan laki-laki ingin menunjukkan subjektivitas mereka dalam hubungan pacaran, namun juga tidak bisa menghindar dari perilaku seksual pranikah. Selain itu, dalam hal pemaknaan kesetaraan gender dalam hubungan pacaran, kaum muda memiliki sudut pandang yang berbeda-beda. Pembentukan ragam makna ini dipahami berkaitan erat dengan pengalaman hidup informan yang tidak hanya berbasis gender di mana terdapat pengaruh budaya patriarki dalam membentuk peran gender saat mereka menjalin hubungan pacaran. Akan tetapi, juga dibentuk oleh pengalaman di berbagai institusi sosial, seperti keluarga, pendidikan, agama, dan budaya.

Dating is a form of manifestation of romantic relationships commonly found in young people's lives in Indonesia. The union of two human beings between a woman and a man who are intoxicated with romance in a courtship bond is the beginning of the development of youth sexuality. While navigating the courtship phase, the love story is also inseparable from the ups and downs in relationships that often cause vulnerability, especially for women. This is rooted in constructing a patriarchal culture that interprets sex and gender discourse haphazardly. This misconception makes women face various stigmas, stereotypes, and gender biases which impact the creation of unequal power relations. Women are positioned as if they are weaker than men in dating relationships. Therefore, this study aims to explore gender-based experiences and find the meaning of gender equality in dating relationships and the factors behind this meaning from the perspective of young people. This study uses a qualitative method with a phenomenological approach. The theories used to answer the problem formulation are (1) gender theory as a social construction and (2) women's agency, in which the formation of the meaning of gender equality is illustrated through gender-based experiences that are continuously socialized in social institutions. The data collection techniques used were observation and in-depth interviews. The data processing found that female and male informants had different gender-based dating experiences. This discourse is not only meant as a discussion of very strong constructions regarding differences positions and roles that are distinguished based on biological determination, but also related to the existence of subjectivity and plastic sexuality in it. The phenomenon of women who always act as passive subjects and men who play active roles becomes a normalized thing in dating relationships. As active sexual actors, young women and men want to show their subjectivity in dating relationships, but neither do they. can avoid premarital sexual behavior. In addition, regarding the meaning of gender equality in dating relationships, women and men also have different points of view. The formation of this variety of meanings is understood to be closely related to the life experiences of informants, which are not only gender-based where there is an influence of patriarchal culture in shaping gender roles when they are in a courtship relationship. However, it is also shaped by experiences in various social institutions, such as family, education, religion, and culture.

Kata Kunci : Makna Kesetaraan Gender, Perbedaan Pengalaman, Hubungan Pacaran

  1. S1-2022-430832-abstract.pdf  
  2. S1-2022-430832-bibliography.pdf  
  3. S1-2022-430832-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2022-430832-title.pdf