Nini Thowong: pertunjukan boneka magis rakyat Jawa :: Kontinuitas dan perubahannya
RACHMI, Tetty, Prof.Dr. I Made Bandem, MA
2003 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni RupaMaksud dari penelitian ini adalah untuk mengkaji permainan ritual-magis Nini Thowong di masa lalu dan perubahan yang terjadi di dalamnya setelah kini permainan tersebut dikemas sebagai seni pertunjukan. Untuk memperoleh kejelasan struktur bangunan, fungsi, dan makna permainan tersebut serta perubahannya digunakan pendekatan multidisiplin yakni pendekatan antropologi, sosiologi, dan etnomusikologi. Pengungkapan masalah yang ada dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif untuk mengungkap makna-makna/ simbol-simbol yang ada dalam permainan sebagai cerminan falsafah kehidupan masyarakat Jawa. Penelitian ini menghasilkan sejumlah informasi yakni: (1) walaupun disebut sebagai permainan yang pada umumnya berfungsi sebagai hiburan, namun permainan ini juga berfungsi sebagai sarana ritual-magis (meminta hujan turun, dsb.nya) yang melibatkan makhluk kasatmata yang memerlukan peranan pawang atau dukun yang dianggap mempunyai kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi dengan makhluk halus tersebut (magis). (2) Agar permainan dapat dilaksanakan maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi seperti hari tertentu (malam selasa atau jum’at kliwon), pe-nyanggrah-an boneka di tempat wingit, cara tertentu untuk mendapatkan bahan utama pembuatan boneka, tata cara tertentu ketika boneka dibuang, dijemput, dan di arena permainan, adanya sesaji dan kemenyan yang dibakar, perlengkapan permainan, mantera, dan lagu-lagu tertentu. (3) Kini fungsi ritual hampir hilang, kalau pun ada itu hanya sebagai bagian dari pertunjukan dan simbol belaka dan hal ini membuat bentuk permainan berubah, sehingga menghilangkan makna-makna yang ada di dalam permainan tersebut. (4) Dari analisis musikal terhadap 13 lagu terpilih ditemukan adanya karakter musik rakyat yang khas, yakni selain memiliki bentuk yang sederhana dan dinyanyikan secara berulang-ulang; juga bahwa setiap lagu diawali dengan pengulangan sebuah motif melodi atau satu kata teks lagu yang memiliki pengertian yang utuh, serta untuk menggunakan teknik silabis.
The objection of this research is to investigate ritual-magis Nini Thowong in the past and its alteration happened after being packed as a performing art. Multidiciplinary approach, such as antrophology, sosiology, ethnomusicology, and musicology approach, is used to gain a clearer view about structure, role, meaning and change of Nini Thowong. Qualitative research method is used to reveal the problem of this study spceially to reveal the meanings or symbols of Nini Thowong as a miror of Javanese philosophy. The research delivers a number of information, i.e. (1) although its function is for entertainment, but it is also for ritual-magis medium (asking for rain, etc.) involving plain view creatures which need a shaman’s role who has communication and negotiation ability. (2) There are a few requirement to fulfill so that Nini Thowong can be conducted properly, such as certain day (Monday or kliwon Friday nights), lying down (penyanggrahan) of the doll at an eerie place (wingit), certain manner to get the main doll’s ingredients, certain manner when the doll is being thrown away is being picked and is in the arena, the dishes and burnt incense (kemenyan), the equipment, spells, and certain songs. (3) Nowdays the ritual role is almost gone, even if there is, it’s only as a part of the show and merely as a symbol, and it changes the form of Nini Thowong, thus causes the meanings of Nini Thowong to be last. (4) From the musical analysis of the 13 selected songs, it is found that there is a spesific character of people’s music, i.e. they have simple forms and is forms and is sung repeatedly, every song is begun with repetition of a spesific melody motif or a word which has a complete meaning, and also the use of silabis technique.
Kata Kunci : Seni Pertunjukan Tradisional,Boneka Magis Nini Thowong, Nini Thowong, ritual-magis, kliwon, kemenyan, penyang grahan, wingit, silabis.