Laporkan Masalah

Instituut Pasteur dan Penanggulangan Penyakit Rabies di Batavia Pada Masa Kolonial, 1890an - 1930an

ANNISA MIA PRATAMI, Baha' Uddin, M.Hum.

2022 | Skripsi | S1 SEJARAH

Penyakit rabies merupakan salah satu penyakit serius yang dapat menyerang kehidupan manusia dan juga hewan. Di Hindia-Belanda, kasus penyakit rabies sudah ditemukan setidaknya sejak akhir abad ke-19, lebih tepatnya yakni pada 1888. Diketahui bahwa kasus pertama yang terdeteksi ditemukan pada seekor kerbau di Bekasi, sedangkan pada manusia kasus pertama terjadi pada seorang anak laki-laki yang berasal dari Cirebon. Meskipun demikian, belum diketahui secara pasti kapan penyakit rabies mulai menjangkiti penduduk Hindia-Belanda, khususnya Batavia. Akan tetapi, memasuki abad ke-20 terjadi lonjakan besar pada kasus infeksi rabies, dimana sekitar 168 penduduk Batavia dilaporkan mendaftarkan diri untuk pendapatkan pengobatan penyakit rabies di Instituut Pasteur. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya berita pada surat kabar yang memberitakan kasus rabies yang terjadi pada manusia. Permasalahan utama penelitian ini adalah bagaimana keberadaan Insituut Pasteur sebagai rumah sakit rujukan utama bagi pasien rabies dan juga kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda bagi wilayah Batavia. Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan sumber-sumber primer berupa arsip laporan tahunan lembaga Landskoepokinrichting en het Instituut Pasteur, surat kabar, serta produk-produk hukum kolonial. Selain itu, digunakan juga sumber-sumber berupa buku, jurnal, artikel, skripsi/thesis/disertasi, serta tulisan-tulisan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyakit rabies di Batavia terjadi paling banyak di daerah Meester-Cornelis. Selain karena Batavia menjadi pusat segala perekonomian, politik, dan sosial yang menjadi sebuah melting pot yang tentu saja berbagai penyakit pasti akan hadir, alasan lain yang menjadi penyebab merebaknya penyakit rabies pada manusia adalah kelalaian para pemilik anjing. Para pemilik anjing tersebut tidak mau menerima fakta bahwa anjing mereka terinfeksi rabies dan tidak ada tindakan pencegahan yang diambil. Akibatnya, persebaran penyakit rabies di Batavia menjadi semakin meluas. Untuk merespon kondisi tersebut, pemerintah kolonial menghadirkan Instituut Pasteur sebagai rumah sakit rujukan bagi pasien rabies dan juga melalui kerja sama dengan beberapa lembaga, melakukan berbagai upaya baik yang bersifat preventif maupun kuratif. Dalam merespon upaya-upaya pemerintah tersebut terjadi banyak penolakan, khususnya dari kalangan pecinta hewan. Kondisi tersebut akhirnya membuat pemerintah memutuskan untuk membuka rumah sakit khusus hewan, yang kemudian dijadikan sebagai rumah sakit rujukan utama penyakit rabies pada periode-periode selanjutnya.

Rabies is a serious disease that can attack human and animal life. In the Dutch East Indies, cases of rabies have been found since at least the end of the 19th century, more precisely in 1888. It is known that the first detected case was found in a buffalo in Bekasi, while in humans the first case occurred in a boy who come from Cirebon. However, it is not known exactly when rabies began to infect the inhabitants of the Dutch East Indies, especially Batavia. However, entering the 20th century there was a big spike in cases of rabies infection, where around 168 residents of Batavia reportedly registered for treatment for rabies at the Instituut Pasteur. This can be seen from the amount of news in newspapers reporting cases of rabies that occur in humans. The main problem of this research is how the existence of Insituut Pasteur as the main referral hospital for rabies patients and also the policies issued by the Dutch East Indies colonial government for the Batavia area. To answer this problem, this study uses primary sources in the form of archives of the annual report of the Landskoepokinrichting en het Instituut Pasteur institution, newspapers, and colonial law products. In addition, sources in the form of books, journals, articles, thesis/dissertation, and other writings related to this research are also used. The results showed that rabies in Batavia was most common in the Meester-Cornelis area. Apart from being the center of all economic, political, and social aspects, which became a melting pot, of course, various diseases would certainly be present, another reason that caused the spread of rabies in humans was the negligence of dog owners. The dog owners did not want to accept the fact that their dog was infected with rabies and no precautions were taken. As a result, the spread of rabies in Batavia became increasingly widespread. To respond to these conditions, the colonial government presented the Pasteur Institute as a referral hospital for rabies patients and also in collaboration with several institutions, carried out various preventive and curative efforts. In response to the government's efforts, there were many rejections, especially from animal lovers. This condition finally made the government decide to open a special hospital for animals, which was then used as the main referral hospital for rabies in the following periods.

Kata Kunci : Rabies, Anjing, Manusia, Batavia, Instituut Pasteur

  1. S1-2022-415003-title.pdf