Laporkan Masalah

Revitalisasi Benteng Vastenburg : Vastenburg Culinary Park

MONIKA LISTANIA Y, Dr. Ir. Dwita Hadi Rahmi, M.A., Labdo Pranowo, S.T., M. Sc.

2020 | Skripsi | S1 ARSITEKTUR

Bangunan peninggalan bersejarah, bagi sebuah tempat atau daerah, memiliki nilai unik dan ciri khas tersendiri. Seiring dengan perkembangan zaman dan arus globalisasi, bangunan bersejarah dinilai memberikan nuansa budaya sekaligus menjadi penanda peradaban yang berada di tempat atau daerah tersebut. Kota Surakarta, dengan jargon sebagai Kota Budaya dan Pariwisata, memiliki beberapa titik persebaran bangunan peninggalan bersejarah yang bernilai pusaka. Sebut saja Keraton Kasunanan dan Keraton Mangkunegaran, yang dahulu menjadi tempat roda pemerintahan Karesidenan Surakarta dijalankan. Daerah sepanjang Jalan Jenderal Sudirman (atau yang lebih dikenal dengan Kawasan Gladag), terdapat beberapa bangunan bergaya Indische yang merupakan peninggalan zaman kolonial, seperti Gedung Bank Indonesia (yang sekarang menjadi Museum Bank Indonesia), Kantorpos Indonesia, Gedung Bank Danamon, Gereja St. Antonius Purbayan, dan juga yang terluas adalah Benteng Vastenburg. Pendekatan olah desain arsitektur pusaka menjadi salah satu metode desain dengan memperhatikan aspek-aspek perpaduan budaya Jawa dan kolonial yang membentuk citra dari bangunan serta fungsi dari bangunan itu sendiri. Didukung dengan pendekatan pola perilaku masyarakat yang berada di sekitar kawasan bangunan, memberikan sebuah gambaran desain yang dapat menyelaraskan aspek-aspek cagar budaya yang dipertahankan dengan perkembangan zaman. Revitalisasi dengan menghidupkan aktivitas kesenian serta sosial di sekitar lingkungan benteng dengan integrasi bangunan benteng terhadap pusat kuliner menjadi fokus utama dari perancangan tersebut karena kuliner menjadi salah satu daya tarik pariwisata kota Surakarta, sehingga integrasi sosial budaya dan kesenian yang diciptakan sebagai satu rangkaian pariwisata kuliner ini dapat menghidupkan kembali Benteng Vastenburg dengan fungsi baru.

Historical heritage buildings, for a place or region, have their own unique values and characteristics. Along with the times and the flow of globalization, historical buildings are considered to provide cultural ambiences as well as the marks of civilization in that place or area. Surakarta, with its jargon as the City of Culture and Tourism, has several places for historical heritage buildings with heirloom values. The Kasunanan Palace and the Mangkunegaran Palace, which used to be the seat of the Surakarta Residency administration. The area along Jalan Jenderal Sudirman (or better known as the Gladag Area), there are several Indische-style buildings that are relics of colonial times, such as the Bank Indonesia Building (which is now the Bank Indonesia Museum), the Indonesian Post Office, Bank Danamon Building, St. Church. Antonius Purbayan, and also the largest is Vastenburg Fort. The heirloom architectural design approach is one of the design methods by taking into account the aspects of the combination of Javanese and colonial cultures that form the image of the building and the function of the building itself. Supported by the approach to community behavior patterns around the building area, it provides a design overview that can harmonize aspects of cultural heritage that are maintained with the times. Revitalization by reviving artistic and social activities around the fort area with the integration of the fort building against the culinary center is the main focus of the design because culinary is one of the tourist attractions in Surakarta, so that the socio-cultural and artistic integration created as a series of culinary tourism can be revive Fort Vastenburg with new functions.

Kata Kunci : Pariwisata kuliner, Benteng Vastenburg, Olah Desain Arsitektur Pusaka, Revitalisasi