Laporkan Masalah

Pengaruh dan Dampak Karakteristik Ruang Jalan Terhadap Pelecehan Seksual di DKI Jakarta

LENNA KURNIA WIJAYA, Dr. Yori Herwangi, S.T., MURP.

2022 | Skripsi | S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Jalan sebagai ruang publik tidak hanya berfungsi untuk mobilitas, tetapi juga ruang bagi aktivitas lainnya. Namun, karakteristik jalan yang bersifat terbuka dan diakses oleh banyak orang seperti di sekitar simpul transportasi rentan terhadap pelecehan seksual, contohnya seperti jalanan di DKI Jakarta yang banyak menjadi lokasi pelecehan seksual. Meskipun begitu, fenomena tersebut belum banyak diteliti keterkaitannya dengan karakteristik ruang, termasuk kehadiran aktivitas pendukung. Penelitian yang menggunakan metode deduktif kualitatif dengan dasar teori environmental criminology ini bertujuan: (1) mengidentifikasi pengaruh karakteristik ruang jalan terhadap pelecehan seksual serta (2) dampaknya terhadap persepsi keamanan dan pola perjalanan di DKI Jakarta. Variabel dalam penelitian ini meliputi penerangan jalan, fasad, massa, bentuk, dan fungsi bangunan, lebar dan kelas jalan, ruang yang terisolasi, kedekatan dengan simpul transportasi, jumlah dan jenis kelamin pengguna jalan, fungsi jalan, ketersediaan petugas keamanan, serta aktivitas pendukung dan opsional. Sementara itu, variabel terkait tujuan penelitian kedua adalah perubahan waktu tempuh perjalanan, perubahan moda transportasi, perubahan rute perjalanan, pembatasan mobilitas, ketakutan berjalan sendirian, ketakutan berada di jalan yang ramai, ketakutan berada di jalan yang sepi, ketakutan berjalan di malam hari, serta kondisi jalan yang dihindari pasca mengalami pelecehan seksual. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik ruang jalan yang menjadi lokasi pelecehan seksual bervariasi, tetapi karakteristik tersebut hanya berpengaruh terhadap bentuk pelecehan seksual dan tidak berpengaruh terhadap pencegahan pelecehan seksual. Karakteristik ruang jalan yang paling berpengaruh terhadap bentuk pelecehan seksual jalanan adalah adanya pengawasan alami (natural surveillance). Jalan dengan pengawasan alami yang optimal mencegah terjadinya pelecehan seksual yang lebih serius, seperti fisik dan nonverbal. Sementara jalanan yang sepi, minim pengawasan alami, dekat dengan persimpangan, serta tidak padat kendaraan mempengaruhi terjadinya pelecehan seksual bentuk fisik dan nonverbal. Perbedaan bentuk pelecehan seksual memberi dampak yang berbeda-beda pada korban. Pelecehan seksual yang paling berdampak pada persepsi keamanan dan pola perjalanan adalah pelecehan nonverbal dan fisik. Sementara itu, pelecehan seksual verbal hanya berdampak pada perubahan rute perjalanan, seperti menghindari rute tertentu yang berpotensi terjadi pelecehan seksual.

Streets as public space serve not only for movement, but also have other functions. However, streets that are open and attract large number of users (e.g., streets around public transport stop) tend to also attract street harassment. This includes streets in DKI Jakarta, which reportedly became locations of cases of sexual harassment. Yet, little research has been done on the relation between street's spatial characteristics (including street activities) and sexual harassment. Using the qualitative deductive method from the environmental criminology theory, this study aims to identify: (1) how street's spatial characteristic influence the occurrence of sexual harassment, and (2) how this relation impacts travel pattern and perceptions of safety. Variables measured include street lighting; building facade, mass and function; street's width, class and function; availability of hiding space; proximity to transport nodes; number of street users (identified by their sexes); presence of security guards; and street activities (supporting and optional). Variables related to travel pattern and perceptions of safety are changes in travel time, changes in transport modes, changes in travel routes, mobility restrictions, fear of walking alone, fear of being on a busy street, fear of being on lonely street, fear of walking at night, and avoidance of certain street conditions after experiencing street harassment. The study found that street's spatial characteristics, which later became street harassment location, are varied. These characteristics do not influence the occurance, but rather the form of sexual harassment. Street's spatial characteristics that highly influence the form of street harassment is natural surveillance. Streets with optimal natural surveillance prevent the occurrence of a more serious street harassment such as physical and nonverbal harassments. Meanwhile, streets that are quiet, close to intersections, and deserted from traffic, encourage physical and nonverbal street harassments. Different forms of sexual harassments impact differently on perception of safety and travel patterns. Nonverbal and physical harassments have the most impact on perception of safety and travel patterns. Meanwhile, verbal street harassment only impacted on changing or avoiding routes that are perceived as an ideal location for street harassment.

Kata Kunci : karakteristik ruang jalan, natural surveillance, pelecehan seksual, persepsi keamanan, pola perjalanan

  1. S1-2022-424943-abstract.pdf  
  2. S1-2022-424943-bibliography.pdf  
  3. S1-2022-424943-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2022-424943-title.pdf