Laporkan Masalah

KAWASAN GUNUNG WUNGKAL DI KABUPATEN SLEMAN: KAJIAN ARKEOLOGI LANSKAP

YULVIAN PRASTYANTO, Drs. J. Susetyo Edy Yuwono, M.Sc

2022 | Skripsi | S1 ARKEOLOGI

Lanskap arkeologi merupakan sebuah kesatuan luasan ruang yang di dalamnya terdapat potensi arkeologi, yang kemudian dimaknai dan dipersepsikan oleh masyarakat secara dinamis. Kawasan Gunung Wungkal yang memiliki bentuk lahan berupa dataran fluvio-vulkanik dan perbukitan denudasional memiliki kronik budaya yang lengkap, berupa potensi arkeologi, sejarah, dan etnografi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi arkeologi, sejarah, dan etnografi pada masing-masing unit bentuk lahan di Kawasan Gunung Wungkal dan bagaimana karakter lanskap yang terbentuk. Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan arkeologi lanskap melalui pemetaan dan analisis distribusi potensi kawasan yang berasosiasi dengan potensi arkeologi beserta bentang lahannya. Data yang dikumpulkan terdiri dari data bentang lahan, serta data sejarah dan budaya, yang di dalamnya terdapat potensi arkeologi, sejarah, dan etnografi. Semua data tersebut kemudian diinput dan dianalisis secara spasial dengan menggunakan perangkat lunak (software) Quantum GIS (QGIS). Hasil dari pengolahan data tersebut berupa peta-peta yang digunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lanskap arkeologi yang ada di Kawasan Gunung Wungkal, secara spatio-temporal dibentuk oleh potensi arkeologi lintas periode, sejarah, etnografi, dan kondisi bentang lahan setempat. Adapun unit bentuk lahan kawasan berupa perbukitan denudasional dimanfaatkan menjadi ruang yang bersifat ekslusif sakral dan dataran fluvio-vulkanik menjadi ruang yang bersifat komunal. Hasil lain yang diperoleh menegaskan bahwa mata air merupakan unsur bentang lahan yang banyak mempengaruhi perkembangan lanskap masyarakat, yaitu sebagai lokus atas kemunculan mitos dan legenda.

An archaeological landscape is an area containing potential archaeological data, which is then interpreted and perceived by the community dynamically. The Gunung Wungkal area, with its fluvial-volcanic plains and denudational hill landforms, has a relatively complete culture-historical sequence representing pre-Islamic period to the present in the form of archaeological, historical, and ethnographic potentials. This research is aimed to identify the archaeological, historical, and ethnographic potential in the area and the formation of the archeological landscape. Landscape approach is used in this study through mapping and analyzing the geomorphological features and the distribution cultural resource potentials consisting of archaeological, historical, and ethnographic potentials. Quantum-GIS mapping software was applied to analyze spatially and to produce maps as a tool to interpret the landscape. This research shows that the landscape in the Gunung Wungkal area has been spatio-temporally shaped by the occurrence of archaeological remains, historic events, ethnographic perception, as well as the characteristic of local geomorphology. Two landform units are recognized each has different roles. The denudational hills landform is used as an exclusive sacred space, while the fluvial-volcanic plains become ordinary or communal spaces. In addition, water springs are an important factor of the landscape that greatly influence the formation of the community landscape. Apart from being natural resources, they are also cultural resources that give rise to myths and legends.

Kata Kunci : Archaeological landscape, Gunung Wungkal, Fluvio-Volcanic Plain, Denudational Hills, GIS mapping.

  1. S1-2022-430883-abstract.pdf  
  2. S1-2022-430883-bibliography.pdf  
  3. S1-2022-430883-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2022-430883-title.pdf