Laporkan Masalah

"Rumah untuk Kembali": Cara Komunitas Maiyah Merawat Common In-group Identity

SOFYAN HADI SURYA, Dr. Wenty Marina Minza, S.Psi., M.A.

2022 | Tesis | MAGISTER PSIKOLOGI

Identitas menjadi suatu landasan dalam membangun relasi antarindividu dan antarkelompok. Penelitian telah mengidentifikasi bagaimana identitas bersama terbentuk dan dampaknya, namun sedikit yang membahas tentang bagaimana cara merawatnya. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana merawat identitas bersama yang telah terbentuk dan apa saja yang berperan di dalamnya. Penelitian dilakukan pada komunitas Maiyah yang selama dua puluh tahun telah membangun kebersamaan dan menerima masyarakat dari berbagai latar belakang. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara semi-terstruktur, observasi, focus group discussion (FGD) dan dokumen-dokumen seperti artikel dan media resmi komunitas. Partisipan yang terlibat sebanyak 6 orang sebagai partisipan utama, 4 orang partisipan tambahan, dan 30 orang dalam FGD. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis tematik. Hasil penelitian menemukan bahwa inklusivitas dalam komunitas Maiyah membentuk ikatan persaudaraan dan mendorong jamaah untuk menjaga kebersamaan antarjamaah. Relasi antarjamaah dilandasi oleh adanya proses timbal-balik dalam memberikan dukungan, sehingga merekatkan relasi dan memunculkan kepercayaan antarjamaah. Figur Mbah Nun menjadi simbol yang mempersatukan mengayomi, menginspirasi, dijaga serta dihormati oleh jamaah, sehingga menjadi pengikat yang mempersatukan jamaah. Rasa memiliki terhadap Maiyah timbul ketika jamaah merasa aspirasi berpikirnya diterima melalui proses belajar dalam forum diskusi sinau bareng, sehingga terdorong untuk turut serta menjaga muruah Maiyah. Upaya pembentukan lumbung pangan menjadi salah satu upaya pembuktian bahwa Maiyah mampu membawa dampak kemanfaatan terhadap masyarakat. Temuan ini dapat menjadi referensi bagi pengelola komunitas dalam memanfaatkan ruang publik yang dimiliki. Ruang publik dengan kemampuan bertoleransi dan inklusif dalam mengelola kepentingan anggota komunitas yang beragam, akan mendorong anggota untuk berkomitmen memprioritaskan kepentingan bersama.

Identity becomes a foundation in building relationships interpersonal and intergroup. Research has identified how shared identities are formed and their impact, but little has been said about how to treat them. This study aims to examine how to maintain the shared identity that has been formed and what is involved in it. The research was conducted on the Maiyah community which for twenty years has been building togetherness and accepting people from various backgrounds. The method used is qualitative with a case study approach. Data was collected through semi-structured interviews, observations, focus group discussions (FGD) and documents such as articles and official community media. The participants involved were 6 people as the main participants, 4 additional participants, and 30 people in the FGD. Data analysis was carried out using thematic analysis. The results of the study found that inclusivity in the Maiyah community forms brotherly bonds and encourages congregations to maintain togetherness among them. Relationships between congregations are based on a reciprocal process in providing support, so as to strengthen relations and create trust between them. The figure of Mbah Nun is a symbol that unites, protects, inspires, is guarded and respected by the congregation, so that it becomes a bond that unites the congregation. The sense of belonging to Maiyah arises when the congregation feels that their thinking aspirations are accepted through the learning process in the Sinau Bareng discussion forum, so they are encouraged to participate in maintaining Maiyah's dignity. The effort to establish a food barn is one of the efforts to prove that Maiyah is able to bring benefits to the surrounding community. This finding can be a reference for community managers in utilizing their public space. Public spaces with the ability to tolerate and be inclusive in managing the interests of diverse community members will encourage members to commit to prioritizing common interests.

Kata Kunci : Common In-group Identity, Inklusivitas Kelompok, Sense of Belonging, Merawat Identitas, Maiyah.

  1. S2-2022-448929-Abstract.pdf  
  2. S2-2022-448929-Bibliography.pdf  
  3. S2-2022-448929-tableofcontents.pdf  
  4. S2-2022-448929-Title.pdf