Laporkan Masalah

SAMPUA: RITUS PERALIHAN UNTUK REMAJA PEREMPUAN LAPANDEWA DI KAINDEA, BUTON SELATAN

HARDIAN, Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra.,M.Phil.,M.A

2022 | Tesis | MAGISTER ANTROPOLOGI

Ritual sampua perempuan yang masih dipertahankan hingga saat ini merupakan suatu kondisi yang menarik untuk dipelajari di tengah masifnya perkembangan teknologi dan informasi, bahkan ritual itu menjadi suatu keharusan bagi seorang perempuan. Ritual sampua menjadi salah satu syarat perempuan layak disebut perempuan dewasa dan layak untuk dinikahi. Melalui ritual sampua, perempuan mendapatkan pendidikan khusus dari adat sebagai bekal kehidupannya dalam berinteraksi dalam kehidupan sosialnya. Penelitian menggunakan metode penelitian etnografi yang termasuk dalam penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan di desa Lapandewa Kaindea Buton Selatan, Sulawesi Tenggara pada tahun 2021. Informan kunci dalam penelitian ini adalah yang berperan langsung dan bertanggung jawab dalam acara ritual sampua. Jenis data yang digunakan adalah jenis kualitatif, sedangkan sumber data yang digunakan adalah sumber data primer (observasi, wawancara) dan sumber data sekunder (kajian pustaka) Analisis data dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data catatan lapangan dan hasil kajian pustaka, selanjutnya menyusun catatan mengenai berbagai hal yang berisi gagasan yang mengarah pada teorisasi berkenaan dengan data yang ditemui di lapangan, terakhir peneliti menyusun rancangan. Ritual pingitan tidak terlepas dari peranan adat istiadat masyarakat yang masih dipertahankan. Sistem adat yang meyakini perempuan mesti terjaga dan mendapatkan pendidikan secara adat maka pelaksanaan ritual sampua menjadi suatu keharusan dalam konteksnya. Beberapa faktor ritual sampua masih dilaksanakan pada masyarakat Lapandewa Kaindea adalah karena ritual sampua menjadi bagian dari sistem adat yang dijalankan setiap tahun, terdapat keyakinan adanya hubungan agama dalam ritual sampua, pendidikan kepada perempuan remaja tentang bagaimana seharusnya menjadi perempuan dewasa, dan perubahan sikap perempuan dari remaja ke dewasa dalam ritual sampua menjadi ciri khas karakter perempuan remaja Lapandewa Kaindea. Jika terdapat karakter diluar dari pendidikan dalam sampua maka dianggap perempuan telah keluar dari nilai-nilai adat. Selanjutnya peranan antara agama dan budaya yang terlihat bekerja sama dalam ritual sampua dan keyakinan bahwa ritual sampua sebagai bentuk penghormatan laki-laki kepada perempuan.

The sampua ritual for women which is still maintained nowadays is an interesting condition to be studied in the midst of the massive development of technology and information. The ritual itself has become a must for woman. It is one of the prerequisites for women to be worthy of being called adult women and worthy of marriage. Through the sampua ritual, women get special education from adat as a provision for their lives in interacting in their social life. This research is an ethnographic research method that are a part of qualitative research. This research was conducted in the Lapandewa Kaindea village, South Buton, Southeast Sulawesi in 2021. The key informants in this study were those who played a direct and responsible role in the sampua ritual. The type of data used is qualitative data, while the data sources used are primary sources (observations, interviews) and secondary data sources (library studies). The next step is compiling notes on various things that contain ideas that lead to theorizing regarding the data encountered in the field, and finally the researcher prepares a design. The seclusion ritual is inseparable from the role of community customs that are still maintained. The customary system which believes that women must be maintained and receive education in a traditional way, then the implementation ritual sampua it becomes a necessity in that context. Some of the factors that the ritual is still being carried out in the Lapandewa Kaindea community are because the sampua is part of the customary system that is carried out every year, there is a belief in the existence of a religious relationship in ritual sampua, education for adolescent girls about how to become adult women, and changes in women's attitudes from teenagers. To adulthood in the ritual until it becomes the hallmark of the female character of Lapandewa Kaindea. If there is a character outside of the education in Sampua, it is considered women have come out of traditional values. Furthermore, the role of religion and culture is seen to work together in the ritual of the sampua and the belief that the ritual of the sampua is a form of respect for men to women.

Kata Kunci : Ritual peralihan, Ritual sampua, Siklus hidup perempuan